Tuesday, 7 February 2023

ANALISIS KETERAMPILAN GERAK BOLA VOLI

A. Analisis Keterampilan Gerak Bola Voli 

1. Analisis Keterampilan Gerak Servis 

a). Analisis Keterampilan Gerak Servis Atas

Servis adalah pukulan bola yang dilakukan dari belakang garis akhir lapangan permainan melampaui net ke daerah lawan. Pukulan servis dilakukan pada permulaan dan setelah terjadinya setiap kesalahan. Karena pukulan servis berperan besar untuk memperoleh poin, servis harus menyakinkan, terarah, keras, dan menyulitkan lawan. 

Servis atas adalah jenis servis yang membuat jalannya bola tidak mengandung putaran. Bola hasil pukulan servis ini dapat berbentuk jalan bola berputar ke depan atau jalan bola mengapung atau mengambang[1]. Kesulitan lawan menerima bola yang mengapung dan tidak bergerak dalam satu lintasan lurus, kecepatannya tidak teratur, bola sering melayang ke kiri dan ke kanan atau ke atas dan ke bawah sehingga menimbulkan kesukaran untuk memprediksi arah datangnya bola secara tepat[2].

Cara melakukan servis atas yang benar dalam permainan bola voli adalah sebagai berikut:

  1. Sikap awal melakukan servis atas adalah pemain bola voli yang melakukan serangan pertama atau service terletak pada posisi 1 dan mengambil posisi servis di luar garis belakang.
  2. Tubuh dalam posisi tegak dengan pandangan mata fokus melihat ke arah datangnya bola.
  3. Kaki kiri dilangkahkan ke depan. Hal ini dilakukan bersamaan dengan salah satu memegang bola.
  4. Bola dilemparkan ke atas dan dipukul dengan menggunakan jari tangan yang dalam posisi rapat.
  5. Bola harus dipukul dengan sekuat tenaga agar bisa mencapai area lawan.
  6. Setelah memukul bola, posisi tubuh harus kembali dalam posisi siap.

Gambar 1. Teknik Servis Atas

b). Analisis Keterampilan Gerak Servis Bawah

Servis bawah adalah Teknik dasar penanda bahwa permainan telah di mulai yang dilakukan dengan mengayunkan tangan dari bawa ke atas di perkenaan pergelangan tangan atau tangan yang di gengam. Kegunaan servis bawah, yaitu untuk melakukan serangan pertama dalam permainan bola voli yang dimana servis bawah berperan besar. perlu diketahuai apabila keterampilan servis bawah yang dapat diartikan sebagai tindakan mengoper dalam permainan bola voli merupakan teknik dasar yang dominan, sehingga diharapkan semua siswa dapat melakukannya[3]. 

Cara melakukan servis yang benar dalam permainan bola voli adalah sebagai berikut: 

  1. Berdiri dengan kaki kiri ke depan, kaki kanan di belakang. 
  2. Bola dipegang oleh tangan kiri Lambungkan bola setinggi bahu Pada saat bersamaan ayunkan lengan kanan ke belakang,
  3. Kemudian pukul bola dengan tangan kanan. 
  4. Perkenaan bola tepat pada tangan dan telapak tangan menghadap ke arah bola. 
  5. Pukulan dilakukan dengan tangan dalam keadaan mengepal. 
  6. Setelah bola dipukul, diteruskan dengan melangkahkan kaki kanan ke depan.

Gambar 2.Teknik Servis Bawah  

c). Analisis Keterampilan Gerak Servis Floating

Servis sangat memerlukan teknik yang baik, terutama saat melakukan servis floating, sehingga nantinya pada saat bermain atau bertanding bias jadi salah satu serangan awal untuk mematikan bola di pihak lawan. servis floating yang baik adalah servis floating yang langsung menghasilkan angka atau tidak bisa di terima lawan. Servis floating dapat menghasilkan bola yang mengapung dan melayang, akurat dan tidak mampu dikuasai oleh lawan dan langsung menghasilkan angka[4].

Cara melakukan servis floating :

  1. Posisi kaki sama seperti tennis servis.
  2. Tangan kiri memegang bola dan tangan kanan di samping setinggi pelipis.
  3. Dengan tangan kiri bola di lambungkan sedikit ke samping kanan tidak terlalu tinggi.
  4. Setelah bola melambung keatas setinggi kepala, tangan kanan dipukulkan pada bagian tengah bola.

Pukulan float dapat dilakukan dengan beberapa cara: Dengan tumit tangan; Dengan tangan, di saat ibu jari dilipat ke dalam dan menempel pada telapak tangan; Memukul dengan tangan tergenggam.

Gambar 3. Teknik Servis Floating

2. Analisis Keterampilan Gerak Passing 

a). Analisis Keterampilan Gerak Passing Atas

Passing atas berguna untuk menerima servis, menerima operan teman, mengoper bola, mengumpan smash, atau bahkan mengembalikan bola pada permainan bolavoli [5].

Sikap permulaan pada teknik passing atas adalah :

  1. Berdiri tegak, kedua kaki agak dibuka, kedua lutut agak ditekuk badan sedikit condong ke depan. Kedua siku ditekuk, jari-jari tangan dijarangkan dan dikuatkan membentuk setengah bola. 
  2. Ibu jari tangan berdekatan hingga membentuk huruf V ke bawah dan berada di depan sebelah atas dekat dahi. 
  3. Gerakan pada saat bola datang mendekat, segera jari-jari tangan dipukulkan pada bola dengan gerakan jari-jari tangan dikuatkan lalu dipukulkan pada bola, sehingga kedua siku lurus ke atas dan serong ke depan. Kedua lutut diluruskan sehingga tumit terangkat. 
  4. Pada saat jari-jari tangan bersentuhan dengan bola, segera gerakan tangan, pergelangan tangan, lengan, badan, lutut dan kaki secara serempak hingga merupakan suatu gerakan yang harmonis [6].

Gambar 4. Teknik Passing Atas

b). Analisis Keterampilan Gerak Passing Bawah

Passing bawah merupakan teknik dasar memainkan bola dengan menggunakan kedua tangan, yaitu perkenaan bola pada kedua lengan bawah, passing bawah merupakan teknik passing yang sering digunakan untuk menerimabola servis atau smash[7]. Pengusaan teknik dasar passing dalam permainan bola voli sangat penting, keberhasilan suatu regu dalam memenangkan pertandingan bola voli banyak ditentukan oleh passing.

Cara melakukan passing bawah:

  1. Posisi tubuh tegak dengan kedua kaki yang dibuka selebar bahu. Kedua lutut agak sedikit ditekuk dan badan condong ke depan. 
  2. Saat akan melakukan passing, pastikan untuk memajukan salah satu kaki ke depan, sebagai langkah persiapan. 
  3. Sikap kedua kaki saat melakukan passing pada permainan voli adalah ditekuk ke depan seperti memasang kuda-kuda. 
  4. Posisi lengan pada saat melakukan passing bawah adalah kedua tangan diluruskan ke depan bawah dan dirapatkan. Pastikan jika posisi ibu jari sejajar. 
  5. Jika bola sudah hampir tiba, arahkan kedua tangan mengikuti arah datangnya bola. 
  6. Ayunkan kedua tangan untuk memukul bola. Kedua siku tangan harus dipastikan dalam posisi lurus. Posisi perkenaan bola passing bawah 
  7. terletak pada bagian lengan atau bagian atas pergelangan tangan. Ketika tangan memukul bola, luruskan kedua lutut kaki.

Gambar 5. Teknik Passing Bawah

3). Analisis Keterampilan Gerak Blocking 

Teknik dasar blocking ini yang meliputi teknik dasar awalan, lompatan, mendarat dan perkenaan dengan bola[8]. Teknik permainan bola voli yang dilakukan dengan mengangkat kedua tangan lurus ke atas dengan cara melompat dengan tujuan menutup serangan lawan disebut sebagai blocking/bendungan [9].

Teknik blocking perlu konsetrasi yang tinggi dan keterampilan yang bagus, karena pada saat blocking harus melihat bola dari arah mana smasher akan memukul dan menempatkan bola. Dalam teknik blocking ada beberapa macam antara lain single block, double block, triple block. Semua teknik blocking harus dikuasai karena dalam melakukan block yang baik akan menghasilkan poin untuk tim dengan membendung smash lawan[10].

Tahap-tahap melakukan block tersebut adalah sebagai berikut: “(a) melakukan langkah ke kiri atau ke kanan, (b) meloncat ke atas dengan tumpuan kedua kaki, (c) menggerakkan tangan dan lengan ke atas untuk menghalangi lajunya bola dari serangan lawan, (d) mendarat dengan kedua kaki secara lentur”[11].  

Gambar 6. Teknik Blocking 

4). Analisis Keterampilan Gerak Smash 

Smash dalam permainan bolavoli merupakan salah satu teknik, atau teknik memukul (spike) bola dalam permainan bolavoli adalah bagaimana cara seseorang atau atlet bolavoli memukul bola dengan keras dan terarah ke daerah pertahanan lawan”. Smash merupakan pukulan utama dalam penyerangan untuk mencapai kemenangan. Dalam melakukan smash diperlukan kemampuan meloncat yang tinggi agar keberhasilan dapat dicapai dengan gemilang”[12].

Smash adalah teknik dasar yang paling menonjol dan sangat efektif dalam upaya melakukan serangan hingga menjadi penting sekali keberadaannya. Smash secara harfiah berasal dari bahasa inggris berarti ”menukik tajam”[13].

Cara melakukan smash :

  1. Sikap permulaan: Awalan, sederhanakan, yang terpenting adalah 3 langkah terakhir. Postur tubuh tidak boleh tegak badanya mulai dari start sampai pada saat menolak, badan harus tetap membungkuk dengan gerakan yang merupakan satu kesatuan. Awalan yang dipergunakan menurut tujuan atau arah bola yang akan di spike
  2. Tolakan: dua kaki Sikap telapak kaki pada saat take-off diusahakan selalu mengarah kearah bola. Ketika take-off usahakan tolakan atau loncatan jaraknya kurang lebih 1 ayunan dari bola. 
  3. Posisi Pukulan : Setinggi mungkin dan secepat mungkin. Ayunan lengan jangan sampai pada waktu tangan berada diatas kepala, siku tangan pukul mendekati telinga. Untuk pemain putera siku mengarah kemuka dan untuk pemain  puteri siku boleh mengarah keluar. Saat melakukan pukulan siku harus dan perkenaan bola pada bagian atasnya dengan cambukan lengan serta gerakan yang aktif bersama-sama, cambukan lengan itu harus diikuti gerakan membengkokkan dari busurnya. Kekuatan otot perut sangat penting. 
  4. Posisi Mendarat: Kedua kaki mengeper, keseimbangan dan koordinasi setelah memukul harus terjaga baik kemudian mendarat dengan 2 kaki yang mengeper serta selalu siap untuk memainkan bola lagi, tempat mendarat harus diusahakan pada tempat yang sama pada saat take-off[14].



Gambar 7. Teknik Melakukan Smash 

B. Permainan Bola Voli 

Permainan bola voli diciptakan oleh William B Morgan pada tahun 1895 di Holyoke (Amerika bagian timur). William B Morgan adalah seorang pembina pendidikan jasmani pada Young Men Christain Association (MCA). Kemudian permainan bola voli ini menyebar ke seluruh dunia. Pada tahun 1974 pertama kali bola voli dipertandingkan di Polandia dengan peserta yang cukup banyak. Maka pada tahun 1984 didirikan Federasi Bola Voli Internasional atau Internationnal Voli Ball Federation (IVBF) yang waktu itu beranggotakan 15 negara dan berkedudukan di Paris[15].

Bola voli (bahasa Inggris: volleyball) adalah permainan olahraga yang dimainkan oleh dua grup berlawanan. Masing-masing regu enam orang[16]. Permainan bola voli merupakan cabang olahraga yang dapat dimainkan oleh anak- anak sampai orang dewasa, baik laki-laki maupun perempuan[17]. Tujuan dari permaiana bola voli adalah melewatkan bola di atas net agar dapat jatuh menyentuh lantai daerah lawan dan mencegah dengan upaya agar bola yang sama (dilewatkan) tidak tersentuh lantai dalam lapangan sendiri[18].

Permainan bola voli adalah suatu permainan yang menggunakan bola untuk dipantulkan (di-volley) di udara hilir mudik di atas net/jaring, dengan maksud dapat menjatuhkan bola di dalam petak daerah lapangan lawan dalam rangka mencari kemenangan[19].  Permainan bola voli terdapat teknik dasar yang meliputi servis, passing, smash, block. Teknik teknik tersebut biasanya teknik servis yang harus di kuasai oleh suatu regu bola voli karena servis mempunyai potensi besar dan menghasilkan point untuk meraih kemenangan[20].

C. Pembelajaran Permainan Bola Voli 

1. Aktifitas Pembelajaran Keterampilan Gerak Passing 

Aktivitas Pembelajaran I

Cobalah lakukan aktivitas belajar satu di bawah ini untuk belajar keterampilan gerak passing bawah dan atas:

    1. Peserta didik saling berpasangan (satu bola oleh dua orang) dipisahkan oleh net/jaring.
    2. Permulaan permainan diawali dengan lemparan.
    3. Para peserta didik berupaya saling memindahkan bola melewati net/jaring dengan passing bawah atau atas.
    4. Selama bola belum menyentuh lantai, bola dinyatakan dalam permainan (bola hidup).
    5. Peserta didik yang dapat menjatuhkan bola di daerah lawannya mendapat angka satu. Peserta didik yang lebih dulu mengumpulkan angka 15 dinyatakan sebagai pemenang, kecuali deuce, maka peserta didik yang mendapatkan nilai selisih dua yang menang.
    6. Susunlah rencana perbaikan dari aktivitas yang baru saja dilakukan baik sendiri, bersama teman atau guru untuk perbaikan aktivitas Gerakan yang akan datang sesuai ketentuan gerakan yang ada [21].

Gambar 8. Permainan Satu Lawan Satu Passing Atas 

Aktivitas Pembelajaran II

    1. Peserta didik dibagi dalam kelompok (satu kelompok tiga orang).
    2. Lapangan dengan lebar 3 meter, net dapat menggunakan tali/tambah yang direntangkan sepanjang lapangan.
    3. Permulaan permainan diawali dengan lemparan.
    4. Setiap kelompok berupaya untuk memindahkan bola dengan passing bawah atau atas.
    5. Setiap kelompok hanya boleh menyentuh bola tiga kali.
    6. Selama bola belum menyentuh dinding lantai, bola dinyatakan dalam permainan (bola hidup).
    7. kelompok yang dapat menjatuhkan bola di daerah lawannya mendapat angka satu.
    8. Peserta yang lebih dulu mengumpulkan angka 15 dinyatakan sebagai pemenang, kecuali deuce, maka regu yang mendapatkan nilai selisih dua yang menang.
    9. Susunlah rencana perbaikan dari aktivitas yang baru saja dilakukan baik sendiri, bersama teman atau guru untuk perbaikan aktivitas. Gerakan yang akan datang sesuai ketentuan gerakan yang ada.

Gambar 9. Latihan Passing Bawah atau Passing Atas Berpasangan  

2. Aktivitas Pembelajaran Keterampilan Gerak Servis 

    1. Metode pertama terdiri dari pemain yang berdiri berpasangan saling berhadapan. Ini terbatas pada penggunaan jaring atau jaring di tengah lapangan  voli.
    2. Pemain yang melakukan servis kemudian berdiri di belakang garis permainan.
    3. Kemudian pemain yang melakukan servis harus melewati net dan memberikan kepada teman nya yang sedang menunggu di seberang lapangan 
    4. Bergantian melakukan servis

Gambar 10. Latihan Servis Berpasangan

3. Aktivitas Pembelajaran Keterampilan Gerak Blocking 

    1. Sikap bersiap, yaitu sikap berdiri di dekat jarring dengan kaki selebar bahu, kedua lutut di tekuk, serta kedua lengan setinggi dan di depan dada.
    2. Bergerak dan melompat, yaitu gerak pergeseran kaki sejajar net/ jaring. Setelah bergeser kemudian dilanjutkan dengan gerak menolak kedua kaki ke atas dari depan dada.
    3. Kedua tangan ada di dekat jaring dan jaraknya kurang dari diameter bola. Jari-jari telapak tangan terbuka dan sedikit di tekuk. Posisi pergelangan tangan menyesuaikan dengan arah datangnya bola.
    4. Sikap turun, yaitu suatu sikap untuk menetralkan tenaga atau mengontrol gerakan. Dalam gerakan turun bagian kaki yang pertama kali menyentuh tanah adalah bagian depan telapak kaki, kemudian depan dada, serta pandangan  tertuju ke depan atas[22]

Gambar 11. Latihan Block Sambil Berlari 

4. Aktivitas Pembelajaran Keterampilan Gerak Smash 

    1. Siswa berdiri menghadap net dengan jarak 3 langkah.
    2. Siswa melakukan awalan dengan langkah lebar dan datar serta melakukan tolakan dengan sekuat tenaga menggunakan kedua kaki.
    3. Kedua lengan di ayunkan kebelakang dan pandangan kearah bola.
    4. Ayunkan lengan yang akan memukul ke depan dan punggung melenting ke belakang.
    5. Jari-jari tangan dirapatkan dan dipukulkan pada bola tepat pada telapak tangan.
    6. Lentingan badan kebelakang saat tangan memukul bola. 
    7. Pendaratan dilakukan dengan kedua kaki secara bersamaan dan lutut mengeper [23]

Gambar 12. Latihan Melakukan Smash 

5. Penilaian 

a. Pengetahuan  

Pengetahuan peserta didik dapat diilai melalui praktek dan tes tertetulis maupun tes lisan.

b. Sikap 

Sikap peserta didik akan dinilai Ketika mengikuti pembelajaran permainan bola voli yang meliputi: toleransi, disiplin, sopan, kerjasama, menerima kekalahan atau tidak sombong ketika menang dan menjunjung tinggi sportifitas

c. Keterampilan 

Keterampilan peserta didik akan dinilai melalui unjuk kerja selama mengikuti pembelajaran permainan bola voli yang meliputi (1) keterampilan, (2) pengambilan keputusan, (3) dukungan, dan (4) penampilan bermain.

D. Ringkasan 

Permainan bola voli adalah permainan yang berupaya memukul bola di udara hilir mudik di atas net/jaring, dengan maksud dapat menjatuhkan bola pada daerah kosong lapangan lawan. Keterampilan gerak dalam permainan bola voli meliputi keterampilan gerak servis (bawah, atas, dan menyamping), passing atas dan bawah, smash, dan bendungan (blocking). Keterampilan gerak dalam permainan bola voli dapat dikembangkan melalui aktivitas belajar secara individu, berpasangan dan berkelompok. Pada saat belajar keterampilan gerak bola voli perlu diterapkan pula sikap yang baik, seperti: sportif, bekerjasama, toleransi, disiplin, menerima kekalahan dan kemenangan.

Jangan Lupa Nonton juga Video Analisis Keterampilan Gerak Bola Voli di You Tube : https://www.youtube.com/watch?v=ahKTg58kYiU
Subscribe, Like & Comment, Thanks.

Sumber Pustaka

  1. A. Syahban, “Kontribusi Kekuatan Otot Lengan dan Keseimbangan Badan Terhadap Kemampuan Servis Atas Bolavoli pada Mahasiswa Program Studi Pendidikan Jasmani, Kesehatan Dan Rekreasi STKIP Paris Barantai Kotabaru,” Cendekia J. Ilm. Pendidik., pp. 1–13, 2017, [Online]. Available: http://ejurnal.stkip-ktb.ac.id/index.php/jurnal/article/view/45/0.
  2. M. Syaleh, “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Servis Atas Bola Voli Melalui Media Pembelajaran Lempar Pukul Bola Kertas Pada Siswa Kelas VII SMP,” J. Prestasi, vol. 1, no. 1, pp. 23–30, 2017, doi: 10.24114/jp.v1i1.6494.
  3. S. Siswanto and T. Purbangkara, “Persepsi Siswa Terhadap Model Pembelajaran Resiprokal pada Pembelajaran Servis Bawah Bola Voli di SMPN 1 Tirtajaya,” J. Speed (Sport, Phys. Educ. Empower., vol. 2, no. 2, pp. 49–56, 2019.
  4. O. S. Putra, M. S. Rifki, and F. Mukhtarsyaf, “Pengaruh latihan Push Up Dan Ball- Slams Terhadap Kemampuan Service Floating Dalam Permainan Bola Voli Pada Atlet Club Semen Padang,” J. Sport. Saintika, vol. 4, no. 1, pp. 66–79, 2019.
  5. N. Khotimah, “Penerapan Metode Drill Untuk Meningkatkan Keterampilan Passing Atas Bola Voli Siswa SMPN 4 Tapung Hilir,” J. Educ. Teach., vol. 1, no. 1, p. 16, 2020, doi: 10.24014/jete.v1i1.7895.
  6. U. Nugraha and E. Yuliawan, “Meningkatkan hasil belajar passing atas bola voli melalui pendekatan gaya mengajar latihan dengan menggunakan audio visual,” Altius J. Ilmu Olahraga dan Kesehat., vol. 10, no. 2, pp. 231–242, 2021, doi: 10.36706/altius.v10i2.15871.
  7. A. Kurniawan, “Kemampuan Passing Atas Dan Passing Bawah Peserta Ekstrakulikuler Bolavoli Di SMKN 1 Bantul.” Prodi Penjaskesrek Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Yogyakarta, 2021.
  8. A. F. H. Heny Nurbaya, M. Rif’at, “Upaya Meningkatkan Keterampilan Blocking Dalam Permainan Bola Voli Melalui Metode Bola Gantung Siswa Kelas V SD Negeri 5 Landau Garong Tahun Pelajaran 2011/2012,” J. Pendidik. Jasm. dan Kesehat. dan Rekreasi, vol. 1, no. 1, pp. 69–74, 2014.
  9. N. Sani, “Pelatihan Kemampuan Blocking pada Atlet Bola Voli Gapura Desa Kerongkong Nurpiani,” no. September, 2021.
  10. Wahyu Cirana, Arif Rohman Hakim, and Untung Nugroho, “Pengaruh Latihan Drill Smash Dan Umpan Smash Terhadap Keterampilan Smash Bola Voli Pada Atlet Putra Usia 13-15 Tahun Club Bola Voli Vita Solo Tahun 2020,” J. Ilm. PENJAS (Penelitian, Pendidik. dan Pengajaran), vol. 7, no. 1, pp. 1–11, 2021, doi: 10.36728/jip.v7i1.1381.
  11. T. A. Wahyuda, “Model Latihan Block Permainan Bolavoli Pada Kegiatan Ekstrakurikuler Di Smk Negeri 6 Malang,” Pendidik. Jasm., vol. 26, no. 1, pp. 188–202, 2016.
  12. A. A. Y. Dimas Anggara, “Latihan Pliometrik Berpengaruh Terhadap Kemampuan Smash Atlet Bolavoli,” Dimas Anggara, Alex Aldha Yudi, pp. 1331–1343, 2019.
  13. A. Permana, D. Penjaskes, and S. P. Kalimantan, “Adiyudha Permana Dosen Penjaskes STKIP-PGRI Pontianak Kalimantan Barat,” pp. 1–12.
  14. H. Siswanto, “Peningkatan Ketrampilan Smash Permainan Bola Voli Melalui Metode Resiprokal,” Media Ilmu Keolahragaan Indones., vol. 2, no. 2, 2012.
  15. R. Amelia, “Makalah Bola Voli,” 2020.
  16. Nelly Astiana Napitupulu, “Makalah Bola Voli.” 2020.
  17. Iskandar, “Hubungan Koordinasi Mata-tangan dengan Servis Atas Bola Voli Mahasiswa Putra Penjaskes IKIP-PGRI Pontianak,” J. Pendidik. Olah Raga, vol. 3, NO 2, no. 88, pp. 146–155, 2014.
  18. Nursalam, 2016, “Survey Keterampilan Tehnik Dasar Bola Voli Pada Siswa Putra Yang Mengikuti Ekstrakurikuler Di SMA Negeri 4 Pontianak,” J. Chem. Inf. Model., vol. 53, no. 9, pp. 1689–1699, 2016.
  19. A. Yusmar, “Upaya Peningkatan Teknik Permainan Bola Voli Melalui Modifikasi Permainan Siswa Kelas X SMA Negeri 2 Kampar,” J. PAJAR (Pendidikan dan Pengajaran), vol. 1, no. 1, p. 143, 2017, doi: 10.33578/pjr.v1i1.4381.
  20. D. I. M. Saputra and G. Gusniar, “Meningkatkan Hasil Belajar Passing Bawah Bola Voli melalui Bermain Melempar Bola,” Gelangg. Olahraga J. Pendidik. Jasm. dan Olahraga, vol. 3, no. 1, pp. 64–73, 2019, doi: 10.31539/jpjo.v3i1.862.
  21. K. Pendidikan, D. A. N. Kebudayaan, and R. Indonesia, Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan (PJOK) untuk Kelas XI SMA/ SMK. 2017.
  22. A. Febriyanto, U. Primagraha, F. Fahmi, and U. Primagraha, “Model Latihan Blocking Bola Voli Untuk Atlet Volley Ball Blocking Training Model for,” vol. 03, no. 01, 2022.
  23. S. Dasar, E. Ekawarna, F. Dwi Rahayu, and E. Yuliawan, “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Smash Bola Voli Siswa Kelas X SMK Negeri 5 Tanjab Barat Melalui Pendekatan Gaya Mengajar Latihan Power Tungkai Dengan Menggunakan Modifikasi Bola Gantung,” J. Prestasi, vol. 5, no. 2, p. 44, 2021, doi: 10.24114/jp.v5i2.26501
  24. https://instagram.com/miamiselectvolleyball?igshid=YmMyMTA2M2Y
  25. https://stock.adobe.com/id/images/man-volleyball-silhouette/84165127
  26. https://stock.adobe.com/id/search?filters%5Bcontent_type%3Aphoto%5D=1&filters
  27. https://stock.adobe.com/id/search/images?filters%5Bcontent_type%3Aphoto%5D=1
  28. https://www.instagram.com/p/CW_ghFUsXKj/?igshid=MDJmNzVkMjY=
  29. https://www.instagram.com/p/CGX1mAOFO-Z/?igshid=MDJmNzVkMjY=
  30. https://www.instagram.com/p/q1sJwDqfQi/?igshid=MDJmNzVkMjY=

Tuesday, 10 January 2023

MASSAGE OLAHRAGA

MASSAGE OLAHRAGA

Massage 

Massage adalah seni ilmiah dan sistem assesmen dan juga penerapan teknik tertentu secara manual pada jaringan lunak superfisial kulit, otot, tendon, ligamen, dan fasia, serta struktur yang terletak di jaringan superfisial[1]. Massage merupakan terapi alami yang dapat dilakukan dimana saja dan dapat dilakukan tanpa menggunakan peralatan apapun[2]. Massage umumnya menggunakan tangan untuk pemijatan, karena tangan terhubung langsung ke otak dan dapat merasakan perubahan kepadatan jaringan. Para terapis massage menganggap pilihan terbaik saat melakukan massage dengan menggunakan tangan daripada menggunakan alat seperti busa. Dengan kata lain massage sepenuhnya pekerjaan yang menggunakan tangan. Keajaiban ada di tangan: tekanan yang diterapkan pada jaringan tubuh dengan tujuan merusak jaringan tersebut sehingga menyebabkan reaksi kimia[3]. 

Massage secara konvensional diyakini dapat meredakan nyeri otot, akan tetapi efek dari massage hanya memberikan rasa lega pada jaringan otot yang sifatnya sementara[4]. Massage hanya memiliki efek lokal pada metabolisme yang terutama disebabkan oleh peningkatan sirkulasi di seluruh area yang dimassage. Meskipun massage diberikan pada permukaan tubuh, hal itu mempengaruhi struktur yang terletak jauh di dalam tubuh[5].

Efek mekanis dari massage termasuk meredakan kelelahan otot dan mengurangi pembengkakan yang berlebihan. Massage bisa sangat bermanfaat saat mengobati jenis peradangan tertentu. Massage juga meregangkan adhesi otot. Tekanan mekanis dan peregangan jaringan membantu memobilisasi adhesi otot untuk dihilangkan oleh sistem peredaran darah. Massage juga meningkatkan sirkulasi darah. Meremas otot-otot yang rileks mengosongkan pembuluh darah ke arah tekanan yang diberikan. Ini merangsang kapiler kecil untuk membuka dan meningkatkan aliran darah di area yang dimassage. Saat istirahat, kira-kira 4 persen kapiler terbuka; ini dapat ditingkatkan menjadi 35 persen melalui pemijatan. Hasil akhirnya adalah peningkatan ketersediaan darah segar ke area yang dimassage, memungkinkan pertukaran zat yang lebih besar antara kapiler dan sel jaringan[6]. 

Massage Olahraga

Massage olahraga adalah ilmu dan seni menerapkan pijatan atau teknik tertentu untuk menjaga atlet tetap bugar dan mampu meningkatkan performa atletik[7]. Tangan, kaki, lutut, lengan, siku, dan lengan bawah digunakan untuk penggunaan sentuhan eksternal secara sistematis. Massage olahraga merupakan salah satu  aplikasi dari massage yang diterapkan secara khusus untuk olahraga. Massage dalam olahraga dimaksudkan untuk mendukung kebugaran, mengurangi stres fisik, meningkatkan performa dan memperpanjang atau mempersingkat waktu recovery.

Massage olahraga diketahui pertama kali diperkenalkan oleh Herodicus dari sekitar 500 SM[8]. Herodicus dianggap oleh banyak orang sebagai 'father of Sports Medicine'. Herodicus adalah guru Hippocrates (469–399 SM), yang dianggap sebagai 'Bapak Kedokteran'. Hippocrates mendalilkan bahwa cedera atlet tidak boleh dianggap sebagai akibat dari aib para Dewa, melainkan terkait dengan aktivitas atletik. Sejarah modern massage olahraga dimulai pada tahun 1924 saat Olimpiade di Paris. Galen (c. 150 C.E) merupakan seorang tabib Romawi yang terkenal, pernah menjadi tabib para gladiator. Galen memberikan instruksi untuk memijat ke seluruh tubuh dan ke segala arah "agar seluruh serat otot terpijat secermat mungkin". Galen percaya bahwa pijat setelah latihan, yang disebut Apotherapeia, membantu menghilangkan sisa sekresi yang dihangatkan dan diencerkan setelah latihan olahraga yang masih terperangkap di bagian tubuh yang padat atau penyebab kelelahan. Hal ini merupakan bukti yang menunjukkan bahwa massage khususnya dalam olahraga telah digunakan di banyak peradaban kuno.

Pelari Finlandia Paavo Nurmi, dijuluki "flying finn", membawa terapis massage pribadi. Paavo memenangkan 5 medali emas dalam acara lari dan kemudian mengklaim bahwa program pelatihannya mencakup massage. Pada tahun 1982, AMTA mengembangkan program pelatihan pijat olahraga nasional dan pada tahun 1985 sebagai bagian dari kampanye publisitas. Mereka membentuk Tim Pijat Olahraga Nasional. Tokoh kunci dalam perkembangan ini adalah seorang pelatih atletik dan terapis pijat bernama Benny Vaughn. Segera setelah itu, tim dibubarkan[9]. Matt Bullock, mantan pelatih atletik untuk University of Illinois, judul bukunya ‘Athletic Training Methods To Massage’. Bullock menggunakan pengalamannya selama 11 tahun untuk menggabungkan "pengetahuan dan metode latihan  atletik modern". Bullock menyarankan siswa untuk mengikuti terapis pijat terlatih, tetapi juga mendorong mereka untuk mengembangkan teknik mereka sendiri dengan mengikuti beberapa aturan dasar. "Dia menginstruksikan siswa untuk memperoleh 'pengetahuan umum yang baik tentang struktur anatomi dan pemahaman menyeluruh tentang kondisi orang [atlet] untuk siapa dia bekerja.'' Bullock mengajarkan siswa untuk merencanakan sesi dan memilih teknik untuk mencapai efek yang diinginkan.

Massage telah digunakan di seluruh dunia selama ribuan tahun sebagai sarana rehabilitasi dan relaksasi. Banyak pelatih, atlet, dan ahli kedokteran olahraga percaya bahwa massage dapat meningkatkan recovery dari latihan, mengurangi risiko cedera, dan mempertahankan performa atletik. Massage Barat klasik atau Massage Swedia[10] adalah jenis massage yang paling umum digunakan oleh para olahragawan[11]. Massage Swedia terdiri dari effleurage, petrissage, friction dan tapotement. Berikut uraian massage Swedia :

1. Effleurage

Effleurage merupakan gerakan sapuan horizontal dibuat dengan jari, tangan, atau lengan bawah, biasanya sejajar dengan serat otot di bawahnya, bidang fasia, atau pola dermatom. Ini adalah teknik diagnostik dan terapeutik utama yang digunakan dalam terapi massage dan dapat dilakukan dengan berbagai cara. Variabel dasar dari aplikasi ini adalah:

  • Tekanan: dangkal atau dalam
  • Arah: longitudinal atau transversal (ke serat otot)

Kata effleurage berasal dari bahasa Perancis effleureer yang berarti melewati. Teknik effleureer merupakan bentuk teknik massage di mana tangan meluncur di atas kulit dengan gerakan membelai dan selalu digunakan di awal, di antara dan akhir pijatan. Teknik effleurage dapat digunakan dengan tekanan dan kecepatan yang bervariasi tergantung tujuan dan tahapan pemijatan. Effleurage meliputi light stroking, firm stroking dan deep stroking[12]. 

Gambar 1. Contoh effleurage tubuh bagian belakang (Sumber: Cash, 1996) 

2. Petrissage 

Petrissage merupakan gerakan mengangkat, menggulung, meremas dan melepaskan jaringan, paling sering dengan tekanan yang berirama dan bervariasi. Variasi bisa satu tangan, dua tangan, tangan bergantian, menggambar dan kulit berputar[13]. Teknik petrissage dapat menghilangkan kecemasan, meningkatkan fungsi kekebalan tubuh, dan secara positif mengubah respons alergi. Selain itu, petrissage telah terbukti meningkatkan mobilitas jaringan ikat dan ekstensibilitas otot, mengurangi ketegangan otot, meningkatkan kinerja otot, dan meningkatkan gerakan sendi. Teknik ini merangsang sirkulasi, umumnya melonggarkan dan melembutkan jaringan, dan memiliki efek pemanasan yang hebat. Namun, jika jaringan terlalu tegang karena cedera ringan atau kelelahan, petrissage mungkin terasa tidak enak dan menjengkelkan. Jika demikian, pijatan yang lebih dangkal harus digunakan terlebih dahulu sebelum mencoba melakukan teknik Petrissage lagi.

petrissage

Gambar 2. Contoh Petrissage tubuh bagian belakang (Sumber: Fritz, 2005) 

3. Friction 

Friction adalah salah satu teknik pemijatan tertua yang diketahui dan telah disebutkan dalam teks medis dan kesehatan sejak zaman kuno. Friction terdiri dari gerakan kecil dan dalam yang dilakukan di area lokal. Friction memberikan kekuatan geser ke jaringan. Gesekan menciptakan peradangan terapeutik. Teknik Friction digunakan pada otot, ligamen, tendon, dan selubung tendon untuk pencegahan dan pengobatan pembentukan jaringan parut. Teknik ini memecah jaringan parut, meningkatkan ekstensibilitas dan mobilitas struktur, mempromosikan orientasi normal serat kolagen, meningkatkan aliran darah jadi dengan demikian, mempercepat penyembuhan, mengurangi tingkat stres, dan memungkinkan penyembuhan terjadi. 

Friction adalah pijatan kuat dan kecil yang dilakukan bolak-balik di area terisolasi dengan bantalan jari atau ibu jari dengan tekanan yang cukup besar dibandingkan dengan teknik massage lainnya. Bantalan jari atau ibu jari bergerak dengan kulit dalam arah melingkar atau melintang dan dapat menempel pada otot, tendon, dan ligamen. Friction gerakannya berdampingan ke arah serat oleh karena itu sering disebut sebagai "gesekan melintang". Penting untuk dipahami bahwa teknik friction benar-benar mengganggu jaringan lama agar nanti menghasilkan serat yang baru dan karenanya harus digunakan dengan cermat dan hanya jika diperlukan. Friction dapat menyebabkan peradangan kecil yang terkontrol pada struktur ligamen, yang juga merangsang produksi kolagen.  

Gambar 3. Contoh Friction tubuh bagian belakang (Sumber: Cash, 1996)

4. Tapotement

Tapotement adalah teknik yang baik untuk merangsang otot. Tapotement adalah manipulasi stimulasi yang beroperasi melalui respons saraf. Teknik perkusi dilakukan dengan kedua tangan dibentuk menjadi bentuk cangkir yang dangkal memukul kulit secara bergantian dengan batas lateral jari kelima masing-masing tangan melibatkan gerakan pukulan ritmis bergantian atau simultan dari tangan ke tubuh. Saat jari-jari lainnya saling berdekatan saat memukul kulit menciptakan efek perkusi atau suara khas yang terdengar dalam namun lembut dengan kata lain menghasilkan suara hampa, bukan suara tamparan.  

Karena efek rangsangannya yang kuat pada sistem saraf, tapotement memulai atau meningkatkan aktivitas simpatis sistem saraf otonom. Efek manipulasi bersifat refleksif kecuali untuk hasil mekanis perkusi dalam melonggarkan dan menggerakkan lendir di dada. Ini adalah stroke pilihan untuk melonggarkan dahak dan lendir di saluran udara. Bekam tidak boleh diterapkan di atas tonjolan tulang, di atas jaringan payudara pada wanita, dan di atas lokasi patah tulang. Tapotement adalah pukulan yang lebih efektif untuk menghilangkan asam laktat daripada petrissage. Membantu mengurangi nyeri otot tampaknya melalui membantu mengurangi nyeri otot yang tertunda (DOMS). DOMS disebabkan oleh pelepasan mediator kimiawi, peningkatan kadar cairan ekstraseluler, dan sensitisasi ujung saraf di area tersebut akibat kerusakan jaringan yang terkait dengan aktivitas tersebut. Massage membantu menghilangkan kelebihan cairan dari area tersebut dan memasukkan zat untuk membantu perbaikan jaringan. Sejauh membantu penyembuhan cedera, mereka telah menunjukkan bahwa massage meningkatkan kemampuan jaringan untuk sembuh lebih cepat.

Gambar 4. Contoh Tapotement tubuh bagian belakang (Sumber: Benjamin, 2005) 

Didalam olahraga umumnya massage digunakan sebagai salah satu teknik recovery untuk memfasilitasi recovery yang lebih cepat antar set[14] dengan peregangan ringan pada otot antagonis dan dengan melakukan massage otot agonis di antara set[15]. Sebagai bagian dari rencana recovery, massage dapat dilakukan sebelum latihan atau kompetisi disebut massage tahap persiapan dan setelah kompetisi atau latihan disebut massage tahap pemulihan. Massage tahap persiapan biasanya dilakukan 15-25 menit setelah pemanasan umum dan dirancang agar tubuh tetap rileks, mencegah tubuh menjadi dingin dan mengatur emosi sebelum bertanding. Massage tahap pemulihan atau massage relaksasi dapat diterapkan setelah kompetisi atau berolahraga. Jenis massage relaksasi dimulai 20-30 menit setelah kompetisi atau sesi latihan berakhir dan dapat berlangsung selama 7-12 menit. Massage yang dilakukan 1-2 jam setelah latihan yang berat harus berlangsung selama 15-20 menit. Jika olahraga menyebabkan kelelahan yang parah, massage dapat dilakukan beberapa kali sehari[6].

Massage juga merupakan salah satu metode pasif yang dapat digunakan dalam kegiatan pemanasan untuk meningkatkan performa fisik dengan melibatkan manipulasi mekanis jaringan tubuh yang diterapkan secara ritmis[16]. Terapi massage memiliki dampak besar pada jaringan ikat. Reaksi massage membuat jaringan ikat lebih cair, memungkinkan lebih banyak gerakan dan aliran, meningkatkan aliran darah yang lebih baik, dan dengan cepat membuang racun yang menyakitkan dari area tersebut. Waspadai penggunaan massage yang berlebihan gunakan hanya teknik recovery khusus yang memulihkan dan menyegarkan dan tidak menganggu performa atlet[17]. Massage tidak boleh terlalu keras tetapi harus individual dan harus diterapkan dari bagian terluar tubuh ke arah jantung.

Adapun Dasar-dasar teknik massage olahraga meliputi: sliding, kneading, compression, skin lifting, percussion, superficial friction, deep friction, and vibration[7]. Berikut uraian tiap-tiap teknik dasar massage olahraga : 

1. SLIDING

Sliding dilakukan dengan menggerakkan tangan melintasi kulit dari satu tempat ke tempat lain dan menekan secara merata. Sliding biasanya dilakukan dengan minyak atau krim untuk mengurangi gesekan dan iritasi. Sliding sangat bagus dan mudah dipelajari, serta memiliki banyak variasi dan kegunaan. 

Basic Sliding: Tangan tetap rileks dan sejajar dengan permukaan tubuh selama melakukan gerakan. Gerakan geser panjang dilakukan di sepanjang area pijatan dengan tekanan yang sama. Tekanan berkurang pada tulang yang menonjol seperti siku atau tempurung lutut. Saat gerakan meluncur dilakukan dalam satu arah, tangan bergerak kembali ke titik awal dengan meluncur secara dangkal di atas permukaan kulit. Tekanan pukulan balik cukup untuk mempertahankan kontak

Faltering Effleurage: adalah kombinasi Sliding dan superficial friction yang ditemukan dalam massage Rusia. Teknik ini dilakukan dengan menggunakan sedikit atau tanpa minyak dan memiliki efek pemanasan dan stimulasi. Dalam Faltering Effleurage, tangan meluncur pendek dan cepat secara bergantian di atas kulit

Thumb Slides: Sliding ibu jari di sepanjang otot tertentu dari sektor ke sektor pijatan sambil memberikan tekanan kuat. Segmen distal atau ibu jari adalah titik kontak. Ibu jari harus dalam garis lurus dengan jari-jari lengan bawah agar tidak merusak sendi ibu jari.

Broadening: Broadening mengacu pada teknik slide pertama yang dilakukan menekan otot dan jaringan fasia dan kemudian meluncur melintasi bagian pijatan dengan tegak lurus dengan panjang serat otot. Fungsi ini memperluas atau memisahkan jaringan. Teknik pemanjangan dapat digunakan pada otot perut dan tendon

2. COMPRESSION 

Dalam teknik kompresi, jaringan dikompresi terhadap jaringan lunak dan tulang di sekitarnya. Dalam pijat olahraga, jenis kompresi yang paling umum adalah kompresi palmar dan kompresi digital. Teknik kompresi palmar digunakan untuk meningkatkan sirkulasi lokal dan teknik kompresi digital digunakan untuk berbagai aplikasi "titik" atau titik tertentu.

Palmar Compression : dilakukan dengan meletakkan tangan pada kelompok otot dengan telapak tangan saling tumpang tindih. Bidang penerapan teknik ini adalah telapak tangan dan tumit, di mana jari memainkan peran yang lebih kecil. Perhatikan bahwa tangan atas bertumpu pada tulang metakarpal tangan bawah, bukan pergelangan tangan. Arahkan jari ke arah yang sama untuk menjaga pergelangan tangan dalam posisi netral. Menekan pergelangan tangan saat melakukan bench press atau memberikan tekanan saat pergelangan tangan dalam keadaan hiperekstensi dapat menyebabkan cedera pergelangan tangan.

Digital Compression : adalah teknik sederhana yang dilakukan dengan ibu jari, ujung jari atau siku. Tekanan yang cukup diterapkan untuk menekan jaringan di bawahnya. Kompresi digital dapat diterapkan poin demi poin ke otot tertentu atau sebagai aplikasi yang lebih lama ke titik tertentu

3. SKIN LIFTING 

Dilakukan dengan mengambil lapisan atas kulit dan mengangkatnya dengan lembut dari jaringan otot di bawahnya. Ada berbagai cara untuk pergi dari satu tempat ke tempat lain yang mencakup area tertentu, dapat menggunakan dua tangan berdampingan untuk mengangkat, melepaskan, dan menggerakkan area kulit yang lebih luas.  Juga dapat berpindah dari satu tempat ke tempat lain secara bergantian dengan tangan kiri dan kanan. Jika kulit kendur dapat ditahan dan menggulung kulit dengan ibu jari, menekan kulit ke jari yang berlawanan, teknik terakhir ini disebut skin rolling. 

4. KNEADING 

Dasar kneading dimulai dengan tangan dalam posisi telapak tangan penuh. Saat memijat kelompok otot yang lebih besar seperti paha depan, gunakan gabungan dua tangan. Tekan dan angkat terlebih dahulu dengan satu tangan lalu dengan tangan lainnya dalam gerakan berirama dan bergantian. Ulangi gerakan ini di berbagai titik di sepanjang otot perut dengan kecepatan sedang. Berhati-hatilah untuk tidak mencubit kulit atau jaringan lemak. Sesuaikan tekanan untuk menghindari rasa sakit atau memar.

5. PERCUSSION 

Perkusi adalah istilah umum untuk berbagai teknik yang menggunakan perkusi tubuh yang cepat dan berirama. Enam bentuk perkusi yang biasa digunakan dalam sport massage adalah beating, hacking, slapping, cupping, pincement, and tapping.

Beating : Dalam bentuk perkusi yang disebut beating, tangan dikepal ringan. Gunakan sisi tangan yang sedikit empuk dan jari kelingking membentuk permukaan yang mencolok. Pergelangan tangan tetap longgar, tidak kaku selama gerakan

Hacking : Saat hacking, tangan dipegang sedemikian rupa sehingga telapak tangan saling berhadapan, dan jari-jari diluruskan dengan sedikit menekuknya. Kelingking yang kelima lebih santai dari yang keempat; yang keempat lebih santai dari yang ketiga; dll. Jari kelingking dan ujung jari keempat dan ketiga membentuk permukaan utama yang mencolok. Sisi tangan juga bisa ditepuk ringan.

Slapping: Dalam slapping, tangan dipegang dengan telapak tangan menghadap ke badan atlet. Gunakan seluruh permukaan telapak tangan atau hanya bantalan jari untuk menepuk kulit dengan ringan. 

Cupping : Dalam cupping, tangan dipegang sedemikian rupa sehingga ibu jari dan jari-jari saling menekan dan sedikit ditekuk, dengan permukaan telapak tangan cekung membentuk cangkir. Permukaan yang mencolok adalah tepi luar "cangkir" yang dibentuk oleh kelingking, ujung jari, ibu jari, dan telapak tangan. Bagian tengah telapak tangan tidak bersentuhan. Suara berongga dihasilkan selama massag.

Tapping : Dalam Tapping, ujung jari atau bahan yang lembut mengetuk kulit. Ini adalah teknik perkusi yang paling halus dan berguna untuk wajah, kepala, dan dada.

Pincement : tangan dipegang dengan telapak tangan menghadap ke tubuh atlet. Jempol dan jari digunakan untuk menggenggam atau melepaskan jaringan di atasnya dengan lembut. Tekan dengan cepat, tetapi jangan menekan kulit secara agresif.

6. FRICTION 

Friction adalah salah satu teknik massage tertua yang diketahui dan telah disebutkan dalam teks medis dan kesehatan sejak zaman kuno. 

Superficial Friction: berfungsi untuk merangsang dan meningkatkan aliran darah superfisial untuk menghasilkan efek pemanasan. Misalnya, menggosok kulit dengan cepat saat kedinginan adalah hal yang normal. Gesekan permukaan dapat digunakan di salah satu dari beberapa posisi tangan yang berbeda (misalnya telapak tangan, buku jari, atau sisi tangan). Bagian yang digunakan bergerak bolak-balik dengan cepat pada permukaan kulit sehingga menimbulkan gesekan. Hasilnya adalah kemerahan dan pemanasan jaringan 

Deep friction : Gesekan yang diarahkan ke jaringan yang lebih dalam sangat spesifik dalam penerapannya dan oleh karena itu diterapkan pada area kontak kecil dengan ibu jari, ujung jari atau telapak tangan. Tangan tidak bergerak di atas permukaan kulit seperti saat menggosok permukaan, tetapi menggerakkan kulit di atas jaringan di bawahnya. Ketika tekanan yang lebih dalam diterapkan, gerakan pada titik-titik kecil dalam struktur seperti ligamen atau ligamen seperti tendon dapat digerakkan terhadap jaringan di sekitarnya.

7. VIBRATION 

Vibration adalah gerakan pijat yang berulang dan lebih terfokus yang melibatkan gerakan kecil yang sangat cepat. Gerakan vibration halus atau kasar yang menciptakan respons refleksif. Teknik vibration diterapkan dengan gerakan gemetar di ujung jari atau tangan. Tangan pada posisi telapak tangan penuh bertumpu ringan pada kulit.  Vibration adalah teknik yang dilakukan dengan meletakkan kedua tangan di kulit tubuh dan dengan lembut menekan dan menggetarkan kulit tubuh dengan cepat dengan mengontraksikan otot-otot ekstremitas atas secara isometrik.

Vibration meningkatkan sirkulasi darah lokal dan melemaskan otot. Getaran digunakan untuk merangsang proses tubuh. Getaran dapat menenangkan jaringan saraf, misalnya saat mengobati radang saraf tepi. Jika rasa sakitnya parah, getaran ringan dapat mengurangi impuls nyeri, sehingga teknik pemijatan lainnya dapat digunakan. Metode getaran didasarkan pada frekuensi getaran pada tubuh.

Berikut contoh penerapan massage olahraga pada atlet sepak bola. Bagian-bagian tubuh yang disarankan menjadi area massage untuk atlet sepak bola[18] , sebagai berikut:

  1. Kaki = aspek plantar kaki (jaringan di bawah kaki yang membentang dari tumit hingga jari-jari kaki)
  2. Pergelangan kaki dan betis = Otot triceps surae, peroneal, dan tibialis anterior.
  3. Kaki, termasuk lutut dan paha = Quadriceps femoris, adduktor, dan otot hamstring
  4. Area gluteal dan pinggul = Gluteus maximus, medius dan minimus, piriformis, dan otot TFL.
  5. Tulang belakang, dengan fokus pada punggung bagian bawah = Otot erector spinae, quadratus lumborum, latissimus dorsi, rhomboids, dan trapezius.
  6. Bahu = Infraspinatus, teres minor, subscapularis, deltoid, dan otot pectoralis mayor dan minor

Gambar 5. Saran area massage untuk atlet sepak bola (Sumber: Jelvéus, 2011)


Referensi:

[1] S. M. Fritz, SPORTS & EXERCISE MASSAGE: Comprehensive Care In Athletics, Fitness, & Rehabilitation. Canada: Elsevier Mosby, 2005. 

[2] M. Cash, Sport & Remedial Massage Therapy. London: Ebury Press, 1996.

[3] M. J. Boyle, Advances in Functional Training Training Techniques for Coaches, Personal Trainers and Athletes. USA: On Target Publications, 2010.

[4] T. O. Bompa, Periodization Training for Sports: program for peak strength in 35 sport, 3rd ed. United States: Human Kinetics, 1999.

[5] K. Premkumar, The Massage Connection: Anatomy And Physiology. Canada: Lippincott Williams & Wilkins, 2004.

[6] T. O. Bompa and G. G. Haff, Periodization: theory and methodology of training, 5th ed. the United States of America: Human Kinetics, 2009.

[7] P. J. Benjamin and S. P. Lamp, Understanding Sports Massage, 2nd edition. Human Kinetics, 2005.

[8] L. Peterson, Sports injuries : prevention, treatment, and rehabilitation. CRC Press Taylor & Francis Group, 2017.

[9] S. Jurch, Pulling Back the Curtain: A Look at Sports Massage Therapy. Jurch Performance Education, 2015.

[10] S. Capellini and michael van weldensteve, Massage for Dummies. New York: Hungry Minds, 1999.

[11] V. B. Issurin, “New horizons for the methodology and physiology of training periodization,” Sport. Med., vol. 40, no. 3, pp. 189–206, 2010, doi: 10.2165/11319770-000000000-00000.

[12] T. Paine, The Complete Guide to Sports Massage, 2nd edition. London, Berlin, New York, Sydney: Bloomsbury, 2013.

[13] S. M. Fritz, Sports & Exercise Massage, 2nd edition. Elsevier Mosby, 2013.

[14] T. O. Bompa and M. C. Carrera, Periodization Training For Sports. 2005.

[15] T. Bompa and C. Buzzichelli, Periodization Training for Sports, Third Edition, 3rd Edition. United States: Human Kinetics, 2015.

[16] Gavin L. Moir, Strength and Conditioning : A Biomechanical Approach. Burlington: Jones & Bartlett Learning, 2016.

[17] V. Gambetta, Athletics Development : the art & science of functional sports conditioning. United States: Human Kinetics, 2007.

[18] A. Jelvéus, Integrated Sports Massage Therapy. 2011.

Monday, 14 November 2022

SLOW TWITCH AND FAST TWITCH MUSCLE FIBERS

SERAT OTOT TIPE I DAN TIPE II DALAM OLAHRAGA

SERAT OTOT 

Serat Otot (muscle fibers) merupakan salah satu bagian dari susunan struktur otot rangka (skeletal muscle). Serat otot terbentuk dari myofibrils yang bertumpuk-tumpuk dengan sejajar. [1]Serat otot ini membentuk kumpulan yang lebih besar dari fasikulus otot yang bergabung untuk membentuk otot rangka yang kemudian menciptakan gerakan manusia.   

Rangkaian proses sebelum serat otot terbentuk seperti berikut: 

Gambar 1. Proses serat otot terbentuk

Adapun struktur serat otot itu sendiri terdiri dari: 

  1. Sarcolemma : mengandung selaput plasma luar dan selaput bagian dalam yang berhubungan dengan struktur lamina basal.
  2. T Tubules (transverse tubules) : T Tubules memiliki kemampuan untuk bertindak menyebarkan zat ke dalam serat otot.
  3. Sarcoplasmic Reticulum :  merupakan kisi jaringan konduktif yang memiliki tenaga atau kemampuan untuk menembus jauh ke dalam serat otot. Proses ini mengelilingi myofilaments dan mengolahnya menjadi myofibrils

[2]Serabut otot atau cells terdiri dari kumpulan myofibril yang dikelilingi oleh membran (endomysium, sarcolemma). Perlu diketahui Sarcoplasm mengandung enzim, lemak, glikogen, mitokondria (tempat produksi energi aerobik), berbagai macam inti, dan organ-organ lainnya. Fasikula terdiri dari serat otot paralel yang dibungkus oleh membran (perimysium). Otot terdiri dari beberapa fasikulus yang dikelilingi oleh fasia (epimysium). 

Pembentukan serat otot yang baru sangat penting agar otot dapat melaksanakan fungsinya dengan normal. Serat otot yang baru harus dibentuk untuk menggantikan serat otot yang lama atau rusak. Proses pembentukan serat otot ini disebut dengan myogenesis.

Sel Satellite (sel induk) dilepaskan dari basal lamina dan bergerak menuju ke daerah pembentukan serat. Sel Satellite ini kemudian bertambah banyak jumlahnya dan diproses menjadi sel yang lebih fungsional yang disebut myoblast. Myoblast kemudian mengalami proses penggabungan untuk membentuk myotube yang memiliki banyak inti. Myotubes inilah cikal bakal atau dasar pembentukan serat baru yang kemudian berproses secara terus –menerus sampai menghasilkan serat otot yang baru. 

[3]Proses myogenesis ditingkatkan oleh beberapa zat diantaranya seperti; MyoD, Myf5, dan myogenin tetapi dalam prosesnya dicampuri oleh protein yang disebut myostatin. Stimulasi myogenesis meningkatkan pertumbuhan otot sedangkan zat inhibitor membatasi pertumbuhan otot.

[4]Serat otot merupakan sel yang memiliki inti yang banyak, dan diyakini bahwa setiap nukleus melayani volume sarkoplasma yang terbatas kemudian mengendalikan sintesis protein dan berpotensi memberikan batasan ukuran serat. Setiap tipe serat memiliki karakteristik berbeda tergantung pada bentuk gaya atau kekuatan (force) dan daya tahannya. [5]Serat otot unik karena merupakan sel individu dengan banyak inti yang mengandung bahan sel DNA. Hal ini menandakan bahwa serat otot berpotensi lebih besar untuk perbaikan dan hipertrofi melalui sintesis protein karena setiap nukleus hanya mengatur sebagian kecil sel.  

SERAT OTOT DALAM OLAHRAGA

Otot rangka beradaptasi dengan latihan olahraga dengan berbagai cara dan spesifik. Latihan yang di atur secara sistematis menghasilkan banyak gen yang bekerja sehingga meningkatkan fungsi otot kita. [6]Otot rangka terbagi dua tipe serat otot berdasarkan kontraktil otot dan sifat metaboliknya.[7]Serat otot secara umum dikategorikan menjadi dua jenis serat utama: Tipe I dan Tipe II. 

1. Slow-Twitch (ST) atau Serat Tipe I : Sebagian besar merupakan serat daya tahan 

  • Olahraga Aerobik 
  • Otot soleus didominasi Slow-Twitch (ST). 
  • Serat Tipe I memiliki kapasitas gaya yang dihasilkan paling sedikit tetapi memiliki daya tahan tertinggi
  • Atlet yang menggunakan daya tahan, seperti: pelari jarak jauh dan menengah, pengendara sepeda dll. secara umum menggunakan lebih banyak serat Tipe I 
  • Memiliki kecepatan konduksi saraf yang lebih besar, kecepatan kontraktilitas otot, kandungan enzim anaerobik, dan output daya
  • Serat otot lambat bergantung pada kemampuan kapasitas oksigen
  • Lambat lelah
  • Sel saraf yang lebih kecil—memiliki jumlah saraf 10 hingga 180 serabut otot
  • Mengembangkan kontraksi yang panjang dan terus menerus
  • Direkrut selama pekerjaan dengan intensitas rendah dan tinggi

2. Fast-Twitch (FT) atau Serat Tipe II : Sebagian besar adalah serat kekuatan dan power

  • Olahraga Anaerobik 
  • Otot gastrocnemius didominasi Fast-Twitch (FT)  
  • Serat Tipe II memiliki daya tahan paling sedikit tetapi memiliki kekuatan yang besar
  • Atlet yang menggunakan kekuatan/power, seperti: pelari cepat, pelempar, angkat besi, pelompat dll. secara umum menggunakan lebih banyak serat Tipe II 
  • Memiliki aktivitas glikolitik yang tinggi, yang berarti mereka menggunakan glikogen atau bentuk penyimpanan glukosa pada tingkat tinggi.
  • Serat yang tidak membutuhkan oksigen 
  • Cepat lelah
  • Sel saraf besar—menyarafi 300 hingga 500 lebih serat otot
  • Mengembangkan kontraksi pendek dan kuat
  • Direkrut hanya selama pekerjaan berintensitas tinggi

Dalam olahraga kita juga mengenal Serat Otot Hibrida yang berada dalam spektrum serat otot Tipe I dan Tipe II. [8]Rangkaian Tipe serat otot itu terdiri dari Tipe serat I, IC, IIC, IIAC, IIA, IIAB (IIAX), dan IIB (IIX). Meskipun memiliki karakteristik yang berbeda tetapi jenis-jenis serat otot tersebut beroperasi secara berangkai (kontinum). 

 

Gambar 2. Rangkaian tipe serat otot disertakan peringkat untuk kekuatan dan daya tahan. (Sumber:  di adopsi dan di modifikasi dari Ratamess. ACSM’s Foundation of Strength Training and Conditioning. Tahun 2012)

Saat melakukan latihan laktat, serat otot glikolitik atau serat otot cepat dari Tipe IIx mengambil karakteristik serat glikolitik oksidatif serat otot cepat dari Tipe IIa. Namun mereka mendapatkan kembali karakteristik mereka dengan sangat cepat ketika volume latihan mulai berkurang. Saat melakukan latihan kekuatan dengan repetisi tinggi menggunakan beban yang rendah hingga sedang tetapi lebih tinggi dari apa yang mereka hadapi dalam aktivitas khusus olahraga mereka. [7]Jenis latihan ini melatih serat otot slow-twitch dan fast-twitch untuk merespons dengan lebih baik dinamika olahraga yang membutuhkan daya tahan. Karena kelelahan tampaknya terjadi secara bertahap, ketika serat otot lambat (Tipe I) dan serat otot cepat (Tipe IIa) menjadi lelah, serat otot cepat dan kuat (Tipe IIx) direkrut untuk melaksanakan tugas dengan baik.  

[9]Serat otot juga dapat diklasifikasikan menjadi tiga Tipe, yaitu:

1. Tipe I, atau slow-twitch oxidative (SO);

Serat otot Tipe I (SO) mempunyai kepadatan mitokondria yang tinggi dan karenanya sangat aerobik dan tahan lelah. Serat-serat ini memiliki kecepatan pengembangan tegangan yang lambat dan diameternya lebih kecil, sehingga tegangan maksimumnya lebih rendah.

2. Tipe IIA, atau fast-twitch oxidative-glycolytic (FOG)

Serat otot Tipe IIA (FOG) mempunyai karakteristik serat Tipe I dan Tipe IIB. Serat otot Tipe IIA memiliki kapasitas aerobik dan anaerobik yang relatif tinggi, sehingga mereka mengembangkan ketegangan dengan cepat dan dapat mempertahankannya untuk jangka waktu yang lama

3. Tipe IIB, atau fast-twitch glycolytic (FG).

Serat otot Tipe IIB (FG) kaya glikogen dan miskin oksigen. Serat-serat ini memiliki kapasitas anaerobik yang tinggi dan kapasitas aerobik yang rendah, sehingga mereka cepat lelah, tetapi laju perkembangan tegangannya cepat. Serat Tipe IIB berdiameter lebih besar dari serat Tipe I, sehingga dapat menghasilkan tegangan yang lebih besar, tetapi tidak untuk jangka waktu yang lama.

Proses dan struktur tipe serat otot dapat meningkatkan gaya atau kekeuatan (force), power, dan daya tahan seseorang. Perubahan yang terjadi akibat aktivitas enzim otot rangka, proses substrat, proses reseptor, kepadatan kapiler dan mitokondria, dan kandungan protein semua itu dapat meningkatkan kondisi fisik atau meningkatkan prestasi atlit olahraga. [10]karakteristik jenis serat otot seorang atlet memainkan peran penting dalam kemampuan atlet untuk menunjukkan kekuatan otot yang maksimal dan kapasitas pembangkit tenaga. [11]Serat otot antara pria dan wanita tidak ada perbedaan dalam hal distribusi jenis serat dan karakteristik susunan jaringannya, hanya saja pada pria cenderung memiliki luas penampang serat otot yang lebih besar daripada wanita.  Bertambahnya usia baik pria maupun wanita akan mempengaruhi kinerja serat otot.  [12]Jumlah serat otot akibat efek penuaan yang paling berbahaya adalah hilangnya massa otot rangka (sarkopenia). Proses ini dihasilkan dari pengurangan jumlah serat otot dan atrofi serat yang tersisa. 

Gambar 3. Jumlah serat otot berdasarkan otot di tubuh. (Sumber: Di adopsi dari Gavin L. Moir. Strength and Conditioning : A Biomechanical Approach. Tahun 2016)

Komposisi jenis serat otot ditentukan secara genetik dan merupakan salah satu atribut yang dapat mengarahkan atlet untuk berpartisipasi dalam olahraga tertentu. Adapun kontribusi dari Serat otot Tipe I dan Tipe II pada beberapa cabang olahraga, sebagai berikut: 

Gambar 4. Serat otot Tipe I dan Tipe II pada cabang olahraga. (Sumber:  Di adopsi dari Martin. Sports Performance Measurement and Analytics. Tahun 2016)

[13]Proporsi dan diameter serat otot Tipe II dan koordinasi neuromuskular, sangat penting untuk gerakan manusia tipe eksplosif, seperti lari cepat dan lompat. Otot-otot orang rata-rata mengandung sekitar 50% hingga 55% serat Tipe I, 30% hingga 35% serat Tipe IIA, dan 15% serat Tipe IIB, tetapi ada banyak variasi. Atlet yang terlibat dalam aktivitas daya tahan memiliki persentase serat Tipe I yang lebih tinggi dari biasanya, sedangkan pada aktivitas yang membutuhkan power atau daya ledak, misalnya: angkat besi, lari cepat, melompat, melempar, dan sebagainya) memiliki persentase Tipe II yang lebih tinggi dari normalnya. [14]Serat Tipe II sangat mudah lelah dan lebih rentan terhadap kerusakan otot.

[15]Beberapa orang secara genetik dilahirkan dengan jumlah serat otot yang lebih banyak daripada yang lain, oleh karena itu potensi genetik mereka untuk hipertrofi lebih besar. Jadi tidak semua orang memiliki rasio serat otot Tipe I dan Tipe II yang sama. Orang yang memiliki proporsi serat Tipe II yang lebih besar memiliki potensi genetik yang lebih besar pula untuk menjadi lebih kuat, tingkat keberhasilan dalam cabang olahraga yang menggunakan kekuatan tertentu seperti misalnya pada latihan beban. Sebaliknya juga demikian, orang yang memiliki persentase serat Tipe I yang lebih tinggi memiliki potensi genetik yang lebih besar untuk berhasil dalam cang olahraga yang membutuhkan tingkat kekuatan yang lebih rendah dan tingkat daya tahan otot yang lebih besar, misalnya pada olahraga renang jarak jauh dan lari maraton.  

SUMBER PUSTAKA

  1. D. Hansen and S. Kennelly, Plyometric anatomy. United States of America: Human Kinetics, 2017.
  2. J. Ylinen, Stretching therapy for sport and manual therapy, no. July. 2008.
  3. Ni. Ratamess, ACSM’s Foundation of Strength Training and Conditioning. Philadelphia, Baltimore, New York, London, Buenos Aires, Hongkong, Sidney, Tokyo: Lippincott Williams & Wilkins, 2012.
  4. Gavin L. Moir, Strength and Conditioning : A Biomechanical Approach. Burlington: Jones & Bartlett Learning, 2016.
  5. L. E. Brown, Strength Training, Second. United States, Canada, Europe, Australia, New Zealand: Human Kinetics, 2017.
  6. B. Schoenfeld, Science and Development of Muscle Hypertrophy. 2016.
  7. T. Bompa and C. Buzzichelli, Periodization Training for Sports, Third Edition, 3rd Editio. United States: Human Kinetics, 2015.
  8. [L. Martin, Sports Performance Measurement and Analytics. New Jersey: Pearson Education, Inc, 2016.
  9. P. M. McGinnis, Biomechanics of sport and exercise, Third edit. Human Kinetics, 2013.
  10. T. O. Bompa and G. G. Haff, Periodization: theory and methodology of training, 5th ed. the United States of America: Human Kinetics, 2009.
  11. A. Turner, Routledge Handbook Of Strength And Conditioning: Sport-specific Programming for High Performance. New York, USA: Routledge Taylor & Francis Group, 2018.
  12. C. Baldari, “Modern trends in Strength and Conditioning,” J. Sports Med. Phys. Fitness, vol. 53, pp. 1–66, 2013.
  13. D. S. Pablo, Exercise Science and Sports Medicine. New York, USA: Academic Pages, 2017.
  14. [S. Garcia-vicencio et al., “A Moderate Supplementation of Native Whey Protein Promotes Better Muscle Training and Recovery Adaptations Than Standard Whey Protein – A 12-Week Electrical Stimulation and Plyometrics Training Study,” Front. Physiol., vol. 9, no. 9, pp. 1–12, 2018, doi: 10.3389/fphys.2018.01312.
  15. T. R. Baechle, R. W., and Earle, Weight training : steps to success, 4th ed. United States, Canada, Europe, Australia, New Zealand: Human Kinetics, Inc., 2012.

Model Evaluasi Context, Input, Process, Product (CIPP)

đŸŒº MODEL EVALUASI CIPPđŸŒº đŸ‘‰Evaluasi didefinisikan sebagai Proses Menggambarkan, Mendapatkan, dan Menyediakan Informasi yang Bermanfaat untuk...

OnClickAntiAd-Block