Thursday, 14 September 2017

Pengertian, Tujuan, Fungsi, Manfaat, Prinsip dan Perkembangan Belajar Gerak


BELAJAR GERAK

Pengertian belajar motorik / gerak pada prinsipnya tidak jauh berbeda dengan pengertian belajar secara umum. Berikut belajar motorik menurut para ahli : 
  • Schmidt ( 1991 ) menjelaskan bahwa pembelajaran gerak adalah serangkaian proses yang dihubungkan dengan latihan atau pengalaman yang mengarah pada perubahan-perubahan yang relatif permanen dalam kemampuan seseorang untuk menampilkan gerakan-gerakan yang terampil. 
  • Oxendine ( 1984 ) menjelaskan bahwa belajar motorik adalah suatu proses perubahan perilaku gerak yang relatif permanen sebagai hasil dari latihan dan pengalaman. 
  • Rahantoknam ( 1988 ) menjelaskan bahwa belajar motorik adalah proses peningkatan suatu keterampilan motorik yang disebabkan oleh kondisi latihan atau diperoleh dari pengalaman, bukan karena kondisi maturasi atau motivasi temporer dan fluktuasi fisiologis.

TUJUAN BELAJAR GERAK

Belajar gerak memiliki tujuan utama pada Penguasaan keterampilan dan efisiensi gerakan. Keterampilan menurut Singer adalah gerakan otot atau tubuh yang menyukseskan pelaksanaan aktifitas yang diinginkan, sedangkan menurut Rusli Lutan keterampilan adalah kompetensi yang diperagakan oleh seseorang dalam menjalankan tugas tertentu. Demikian juga pendapat Rahtoknam bahwa keterampilan adalah setiap aktivitas yang diarahkan pada tujuan khusus.

Keterampilan gerak pada hakikatnya merupakan pencerminan derajat efesiensi dalam melakukan gerakan tertentu. Gerakan terampil bisa dicapai melalui proses belajar dan berlatih yang berulang-ulang dan spesifik pada cabang olahraga tertentu. Yang penting dalam belajar keterampilan gerak adalah dicapainya penguasaan gerak pada cabang olahraga yang dipelajari, sehingga tercipta pola gerak yang terkoordinasi dan terpadu

Untuk mewujudkan suatu keterampilan diperlukan berbagai kemampuan yang meliputi: 1) Kemampuan gerak (motorik), 2) kemampuan persepsi, 3) kemampuan kognitif.

Kemampuan persepsi terkait dengan kemampuan seseorang dalam mengiterpretasikan suatu sitimulus sensorik dari panca indra dan pengorganisasiannya secara baik untuk menjelaskan suatu aktifitas olahraga. Kemampuan persepsi terkait dengan kemampuan visual (penglihatan), kinestetis (merasakan), taktis (sentuhan), dan auditori (pendengaran).

Kemampuan kognitif terkait dengan proses pengambilan keputusan yang diawali dengan pemahaman tentang teknik gerak yang benar. Pemahaman tentang teknik gerak yang benar akan mempercepat penguasaan dan meningkatkan kualitas gerakan yang dilakukan.

Perpaduan antara kemampuan gerak, kemampuan persepsi, dan kemampuan kognitif secara baik dan mewujudkan keterampilan yang pada hakekatnya merupakan pencerminan derajat efisiensi efektifitas dalam melakukan gerakan olahraga. Untuk mewujudkan keterampilan gerak yang lebih baik, maka diperlukan proses belajar dan latihan secara teratur dan berkesinambungan.

KLASIFIKASI KETERAMPILAN GERAK

1). Berdasarkan kecermatan gerak meliputi:
  • Gerak kasar  melibatkan otot besar sebagai basis gerakan utamanya, keterlibatan bahagian tubuh secara keseluruhan. Contoh: lempar lembing, lompat jauh
  • Gerak halus (otot halus sebagai basis utama gerakan) contoh: menarik dan melepaskan anak panah, menarik pelatuk senapan
2). Perbedaan titik awak dan akhir gerakan :
  • Gerak diskrit
  • Bisa dibedakan secara jelas titik awal dan akhir gerakan, contoh: roll ke depan satu kali
  • Gerak serial
  • Gerakan diskrit yang dilakukan lebih dari satu kali
  • Gerak Kontinyu
  • Gerakan yang tidak mudah ditandai awal dan akhirnya. Contoh: Keterampilan bermain Voli, meliputi gerakan servis smash, block, passing, atas dan bawah.
3). Berdasarkan stabilitas lingkungan :
  • Keterampilan tertutup
  • Stabilitas lingkungan yang tidak berubah dan keberhasilan gerakan ditentukan oleh si pelaku gerak sendiri. Contoh: Servis bola Voli, Bulutangkis.
  • Keterampilan terbuka
  • Stabilitas lingkungan yang berubah-ubah, maka diperlukan kerjasama dalam melakukan gerakan yang tepat. Contoh: Gerakan smash Voli ditentukan oleh umpangan toser.
4). Berdasarkan derajat kesukarannya :
  • Keterampilan adaptif sederhana
  • Keterampilan yang dihasilkan dari adaptasi gerak dasar dengan situasi tertentu. Contoh: Roll, kayang dalam senam.
  • Keterampilan adaptif terpadu
  • Perpaduan antara gerak dasar fundamental dengan penggunaan alat tertentu. Contoh: Sepak sila dalam sepak takraw.
  • Keterampilan Adaptif Kompleks
  • Keterampilan yang memerlukan penguasaan mekanika tubuh serta koordinasi gerak tubuh yang kompleks. Contoh: Menggiring bola melewati rintangan dalam sepakbola.
5). Gerak dasar Fundamental :
  • Gerak Lokomotor
  • Gerakan berpindah dari satu tempat ketempat yang lain. Contoh: Berjalan dan berlari.
  • Gerak stabilisator
  • Gerakan yang berporos pada suatu sumbu bagian tubuh tertentu dengan memahami sistem tuas yang bekerja: Beban,poros dan kekuatan. Contoh: Mengayun kaki dan berdiri dengan satu kaki untuk menjaga kesetimbangan badan.
  • Gerak manipulatif
  • Gerakan menguasai objek tertentu dengan menggunakan anggota tubuh. Contoh: Menggiring bola dalam permainan Sepakbola, objek yang dikuasai adalah bola.
FUNGSI BELAJAR GERAK

Adapun fungsi gerak manusia yaitu :
  1. Manusia dapat berpindah dari suatu tempat ketempat yang lain, 
  2. Manusia dapat berinteraksi, 
  3. Manusia dapat mempertahankan hidup
  4. Manusia dapat mengukur kemampuan yang dimilikinya, 
  5. Manusia dapat merasakan suatu kegembiraan, 
  6. Manusia dapat mengungkapkan perasaan, 
  7. Manusia dapat berkomunikasi, 
  8. Manusia dapat menemukan identitas dirinya, dan 
  9. Mendapatkan kepuasan.
Kajian tentang gerakan manusia melibatkan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan sasaran terwujudnya gerakan manusia yang efisien dan efektif. Efiensi gerak terkait dengan tenaga, waktu, dan ruang. Efektifitas terkait dengan keberhasilan yang dicapai.

MANFAAT GERAK

Gerakan yang efisien dan efektif akan memberikan manfaat terhadap pertumbuhan, perkembangan dan kematangan. Meliputi:
  1. Manfaat secara fisik:  
  2. Memperbaiki postur tubuh, kesehatan dan kesegaran jasmani.
  3. Kognitif : 
  4. Melalui aktifitas gerak memperbaiki pertumbuhan otak sehingga diharapkan peningkatan kemampuan berpikir. Meliputi keadaan persepsi, pemecahan masalah, kreatifitas strategi, perbendaharaan kata, rangsangan untuk berpikir dan kesadaran gerak.
  5. Manfaat secara psikomotor:
  • Efisiensi gerak, keterampilan gerak dan kehalusan gerak
  • Afektif: Terkait dengan penanaman nilai, meliputi jujur,disiplin, mandiri
  • Sosial : Interaksi sosial meliputi komunikasi dan kontak social
PRINSIP BELAJAR GERAK DAN PERKEMBANGANNYA

Gerak manusia dipengaruhi oleh beberapa aspek kehidupan yang berlangsung selama manusia menjalani kehidupannya  antara lain¨pengaruh aspek gizi yang baik atau kurang baik, manusia yang gizinya baik akan memiliki kapasitas gerak yang tinggi di bandingkan dengan orang yang kekurangan gizi, perkembangan antara anak laki-laki dan perempuan sudah mulai terlihat perkembangan fisiknya, terutama pada saat menjelang reproduksi, perkembangan kemampuan fisik bagi anak laki-laki dan perempuan  mulai ada perbedaan antara lain perkembangan kekuatan pria lebih tinggi dibandingkan dengan perkembangan kekuatan wanita, sejalan dengan meningkatnya ukuran tubuh dan meningkatnya kemampuan fisik maka meningkat pula kemampuan gerak anak besar, berbagai kemampuan gerak dasar yang sudah mulai bisa dilakukan pada masa anak kecil semakin dikuasai. Peningkatan kemampuan gerak bisa diidentifikasi dalam bentuk : 

1) gerakan bisa dilakukan dengan mekanika tubuh yang makin efisien, 
2) gerakan bisa dilakukan dengan semakin lancar dan terkontrol, 
3) pola atau bentuk gerakan semakin bervariasi, 
4) gerakan semakin bertenaga.

Beberapa macam gerakan yang mulai bisa dilakukan apabila anak memperoleh kesempatan melakukannya pada masa anak-anak, gerakan-gerakan tersebut semakin dikuasai dengan baik. Kecepatan perkembangannya sangat dipengaruhi oleh kesempatan yang diperoleh untuk melakukan berulang-ulang dalam aktivitasnya. Anak-anak yang kurang dalam kesempatan melakukan aktivitas fisik akan mengalami hambatan untuk berkembang.

Di dalam melakukan suatu gerakan keterampilan ada kalanya menghadapi lingkungan yang berubah-ubah, berdasarkan keadaan kondisi lingkungan seperti itu, gerakan keterampilan bisa dikategorikan menjadi dua yaitu :1) keterampilan gerak tertutup (closed skill) adalah keterampilan gerak dimana pelaksanaanya terjadi pada kondisi lingkungan yang tidak berubah dan stimulus geraknya timbul dari diri si pelaku sendiri, 2) keterampilan gerak terbuka (open skill) adalah keterampilan gerak dimana dalam pelaksanaannya terjadi pada kondisi lingkungan yang berubah-ubah dan pelaku bergerak menyesuaikan dengan stimulus yang timbul dari lingkungan bisa bersifat temporal dan bersifat spesial ( Sugiyanto dan Sudjarwo, 1993:250-251).

Perkembangan gerak dapat pula dikatakan sesuai dengan klasifikasi domain psikomotor. Menurut Anita J. Harrow klasifikasinya ada 5 level yang meliputi:
  1. Gerak reflek
  2. Gerak reflek adalah respon atau aksi yang terjadi tanpa kemauan dasar, yang ditimbulkan oleh suatu stimulus.Gerak reflek bersifat prekuisit terhadap perkembangan kemampuan gerak pada tingkat-tingkat berikutnya. Gerak reflek dibedakan menjadi tiga yaitu refleks segmental, refleks intersegmental, dan refleks suprasegmental (Sugiyanto dan Sudjarwo, 1993:219).
  3. Gerak dasar fundamental
  4. Gerak dasar fundamental adalah gerakan-gerakan dasar yang berkembangnya sejalan dengan pertumbuhan tubuh dan tingkat kematangan pada anak-anak. Gerakan ini pada dasarnya berkembang menyertai gerakan refleks yang dimiliki sejak lahir, gerak dasar fundamental mula-mula bisa dilakukan pada masa bayi dan masa anak-anak, dan disempurnakan melalui proses berlatih yaitu dalam bentuk melakukan berulang-ulang. Gerak dasar fundamental diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu gerak lokomotor, gerak non-lokomotor, dan gerak manipulatif. Sugiyanto dan Sudjarwo, (1993:220) : 1) Gerak lokomotor adalah berpindah dari tempat satu ke tempat lain misalnya merangkak,berjalan, berdiri; 2) Gerak non-lokomotorik adalah gerak yang melibatkan tangan, kaki, dan togok. Gerakan ini berupa gerakan yang berporos pada suatu sumbu di bagian tubuh tertentu misalnya memutar lengan, mengayun kaki, membungkuk, memutar togok; 3) Gerakan mamipulatif adalah gerakan memanipulasi atau memastikan obyek tertentu dengan menggunakan tangan, kaki atau bagian tubuh yang lain. Gerakan manipulatif memerlukan koordinasi bagin tubuh yang digunakan untuk memanipulasi objek dengan indra pelihatan dan peraba misalnya memainkan bola menggunakan tangan, kaki, dan kepala.
  5. Kemampuan fisik
  6. Kemampuan fisik adalah kemampuan memfungsikan sistim organ-organ tubuh didalam melakukan aktifits fisik.Kemampuan fisik sangat penting untuk mendukung aktifitas psikomotor.Gerakan yang terampil bisa berkembang bila kemampuan fisik mendukung pelaksanaan gerak. Secara garis besar kemampuan fisik dapat dibedakan menjadi 4 macam kemampuan, yaitu ketahanan (endurance), kekuatan (strength), fleksibilitas (fleksibility), kelincahan (agility) (Sugiyanto dan Sudjarwo,1993:221-222).
  7. Gerakan keterampilan
  8. Gerakan keterampilan adalah gerakan yang memerlukan koordinasi dengan kontrol gerak cukup kompleks. Untuk menguasainya harus diperlukan proses belajar gerak. Gerakan yang terampil menunjukkan sifat efisiensi didalam pelaksanaannya (Sugiyanto dan Sudjarwo,1993:222).
  9. Komunikasi non-diskusif
  10. Komunikasi non-diskusif memerlukan level klasifikasi domain psikomotor. Menurut Harrow, komunikasi non-diskrusif merupakan prilaku yang berbentuk komunikasi melalui gerakan-gerakan tubuh. Gerakan yang bersifat komunikatif non-diskusif meliputi gerakan ekspresif dan gerakan interperatif. Gerakan ekspresif meliputi gerakan-gerakan yang bisa digunakan untuk mengkomunikasikan maksud tertentu yang digunakan dalam kehidupan, misalnya menganggukkan kepala tanda setuju. Gerakan interperatif adalah gerakan yang diciptakan berdasarkan penafsiran nilai-nilai estetik disebut gerakan estetik, sedangkan gerak yang diciptakan dengan maksud untuk menyampaikan pesan melalui makna yang tersembunyi didalam gerakan disebut gerakan kreatif (Sugiyanto dan Sudjarwo,1993:223).

Sumber;
  • Gallahue, David L, 1975. Motor Development and Movement Experiences. New York: John Wiley & son, inc.
  • Magill, Richard. A.  1985. Motor Learning: Concepts and Aplications. Dubuque:  Wm. C Brown Publisher.
  • Marteniuk, Ronald. G, 1987. Information Processing in Motor Skills. New York: Holt Rinhat an Winston.
  • Oxendine, Joseph. B, 1984. Pshychology of Motor Learning. Englewood New       Jersey: Prentice Hall.
  • Pangrazi, Robert. P and Dauer, Victor. P, 1981. Movement in Early Chilhood and Elementary Education. Mineapolis: Burgess Publishing Company.
  • Rahantoknam, B. E, 1990. Perkembangan Motorik dan Belajar Gerak Pada Anak-anak Sekolah Dasar. Jakarta: Yayas-an Pengembangan Olahraga Indonesia.
  • Schmidt, Richard, A. 1988. Motor Control and Learning: A Behavioral Emphasis. Champaign: Human Kinetic  Publishers, Inc.
  • ————————–, 1991. Motor Learning Performance. Champaign: Human         Kinetics Books.
  • Singer, Robert N. 1980. Motor learning and Human Performance : An Application to Motor Skills and Movement Behaviors. Macmillan Pub. New York

Saturday, 5 August 2017

PROGRAM LATIHAN SEPAKTAKRAW (example)


Nonton Video Takraw Mahasiswa STKIP Paris Barantai di link :

https://youtu.be/-jROfUZCQ6E
https://youtu.be/JXokgskbqu4
https://youtu.be/4fhRqc1icrI

Saturday, 29 July 2017

SOSIOLOGI OLAHRAGA

PENGERTIAN SOSIOLOGI
  1. Sosiologi yang berarti ilmu yang mempelajari tentang struktur sosial, dan proses-proses sosial, termasuk perubahan-perubahan sosial.
  2. Pitirim Sorokin: sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan dan pengaruh timbal balik antara aneka macam gejala sosial (misalnya gejala ekonomi, gejala keluarga, dan gejala moral), sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan dan pengaruh timbal balik antara gejala sosial dengan gejala non-sosial, dan yang terakhir, sosiologi adalah ilmu yang mempelajari ciri-ciri umum semua jenis gejala-gejala sosial lain.
  3. Max Weber: Sosiologi adalah ilmu yang berupaya memahami tindakan-tindakan sosial.
  4. Soerjono Soekanto: sosiologi adalah ilmu yang memusatkan perhatian pada segi-segi kemasyarakatan yang bersifat umum dan berusaha untuk mendapatkan pola-pola umum kehidupan masyarakat.
PENGERTIAN OLAHRAGA
Menurut Cholik Mutohir olahraga adalah proses sistematik yang berupa segalakegiatan atau usaha yang dapat mendorong mengembangkan, dan membinapotensi-potensi jasmaniah dan rohaniah seseorang sebagai perorangan atauanggota masyarakat dalam bentuk permainan, perlombaan/pertandingan, danprestasi puncak dalam pembentukan manusia Indonesia seutuhnya yangberkualitas berdasarkan Pancasila.

Untuk penjelasan pengertian olahraga menurut Edward (1973), olahraga harus bergerak dari konsep bermain, games, dan sport. Ruang lingkup bermain mempunyai karakteristik antara lain; a) Terpisah dari rutinitas, b) Bebas, c) Tidak produktif, d) Menggunakan peraturan yang tidak baku. Ruang lingkup pada gamesmempunyai karakteristik; a) Ada kompetisi, b) Hasil ditentukan oleh keterampilan fisik, strategi, kesempatan. Sedangkan ruang lingkup sport; permainan yang dilembagakan.


Olahraga tidak hanya untuk prestasi tetapi olahraga juga dapat berfungsi sebagai sarana rekreasi, komunikasi dan interaksi sosial. Keterampilan dan nilai-nilai yang dapat dipelajari dalam berolahraga: 
  1. Disiplin
  2. Percaya diri
  3. Kooperatif
  4. Komunikatif
  5. Ulet dan tabah
  6. Menghargai usaha keras
  7. Menghormati peraturan masalah dan pemecahannya
  8. Saling mengerti memahami orang lain
  9. Kepemimpinan
  10. Menyikapi kemenangan
  11. Menyikapi kekalahan
  12. Fair play
  13. Berbagi kesenangan dan kesusahan
  14. Menghargai diri sendiri
  15. Percaya kepada orang lain
  16. Menghormati orang lain toleransi
SOSIOLOGI OLAHRAGA
Sosiologi Olahraga; penerapan bidang sosiologi dalam ilmu olahraga mengenai struktur, tingkatan, proses maupun perubahan sosial dalam masyarakat.

Menurut Tim Delaney and Tim Madigan (2015:5) The sociology of sport is a subdiscipline of sociology that focuses on the relationship between sport and society. Sport sociology is concerned with the behavior of individuals and groups within the sport and the rules and processes that exist within the formal and informal design and makeup of sport. With a commitment toward objective analysis, the sports sociologist places a great deal of emphasis on the evidence. It is the role of the sports sociologist to keep his or her own biases under control and to refrain from making value judgments while conducting research and presenting findings. In other words, as with any social scientist, sport sociologists are to remain objective and present facts. However, offering suggestions and courses of action to correct the “wrongs” and injustices found within the institution of sport is within the reform tradition of sociology (Sosiologi olahraga adalah subdisiplin sosiologi yang berfokus pada hubungan antara olahraga dan masyarakat. Sosiologi olahraga berkaitan dengan perilaku individu dan kelompok dalam olahraga dan aturan serta proses yang ada dalam desain formal dan informal serta susunan olahraga. Dengan komitmen terhadap analisis obyektif, sosiolog olahraga sangat menekankan bukti. Ini adalah peran sosiolog olahraga untuk menjaga biasnya sendiri di bawah kendali dan untuk menahan diri dari membuat penilaian nilai sambil melakukan penelitian dan menyajikan temuan. Dengan kata lain, seperti halnya ilmuwan sosial mana pun, sosiolog olahraga harus tetap objektif dan menyajikan fakta. Namun, menawarkan saran dan tindakan untuk memperbaiki "kesalahan" dan ketidakadilan yang ditemukan dalam lembaga olahraga adalah dalam tradisi reformasi sosiologi).

Tujuan sosiologi olahraga adalah sebagai sarana untuk mengawasi bidang olahraga dalam hubungannya dengan struktur internal dan memposisikan di dalam masyarakat (struktur eksternal).

Sebagian besar ahli sosiologi olahraga setuju bahwa salah satu cabang sosiologi adalah sosiologi olahraga yang membahas tentang kehidupan sosial dan budaya dalam olahraga. Kebanyakan yang dibahasa dalam bidang ini adalah penelitian-penelitian yang subyeknya adalah ”olahraga kompetitif, dan terorganisasi” meskipun tidak sedikit pula yang meneliti di bidang aktivitas fisik (Martin dan Miller, 1999, Rinehart, 2000). Apa yang dilakukan oleh sosiolog-sosiolog tersebut, merupakan upaya untuk menjawab berbagai pertanyaan sebagai berikut:
  • Mengapa ada aktivitas khusus yang diseleksi dan didesain untuk kelompok-kelompok tertentu?
  • Mengapa kegiatan olahraga pada beberapa kelompok masyarakat diciptakan dan dimanajemen dengan cara khusus?
  • Bagaimana olahraga atau partisipasi olahraga dalam kehidupan pribadi dan sosial kita, dan bagaimana hal itu bisa berpengaruh terhadap kita semua, bagaimana kita berhubungan orang lain, dan bagaimana kita mngartikan hubungan tersebut.
  • Bagaimana partisipasi olahraga kita mempengaruhi ide-ide kita tentang: tubuh kita, kejantanan dan feminitas, kelas sosial, ras dan etnis, pekerjaan, kesenangan, kemampuan dan ketidak mampuan, prestasi dan kompetisi, senang dan sakit, penyimapangan dan keteraturan, dan agresifitas dan kekerasan?
  • Apa arti organisasi olahraga dan tujuannya dihubungkan dengan hubunagn sosial, kondisi materi, dan dinamisitas kekuatan dalam suatu kelompok?
  • Bagaimana olahraga menjadi bagian yang penting dalam kehidupan sosial, seperti keluarga, pendidikan, politik, ekonomi, media dan agama?
  • Bagaimana orang dengan pengetahuan olahraganya dan apa yang dapat dilakukan oleh olahraga, dan apa yang mendasarinya sehingga dapat merubah kehidupan sosial menjadi lebih baik, jujur dan demokratis?
  • Bagaimana masyarakat menggunakan pengetahuannya tentang olahraga sebagai fenomena sosial untuk memahami organisasi dan dinamisitas  kehidupan sosial, kemudian mereka ikut serta sebagai agen perubahan dalam dunia sekarang?
SOSIALISASI
Sosialisasi adalah sebuah proses penanaman atau transfer kebiasaan atau nilai dan aturan dari satu generasi ke generasi lainnya dalam sebuah kelompok atau masyarakat. Sejumlah sosiolog menyebut sosialisasi sebagai teori mengenai peranan (role theory). Karena dalam proses sosialisasi diajarkan peran-peran yang harus dijalankan oleh individu.Tahap ini dialami sejak manusia dilahirkan, saat seorang anak mempersiapkan diri untuk mengenal dunia sosialnya, termasuk untuk memperoleh pemahaman tentang diri.
  • Jenis Sosialisasi
Sosialisasi Primer. Sosialisasi primer adalah sosialisasi yang terjadi dalam keluarga.Peter L. Berger dan Luckmann mendefinisikan sosialisasi primer sebagai sosialisasi pertama yang dijalani individu semasa kecil dengan belajar menjadi anggota masyarakat (keluarga). Sosialisasi primer berlangsung saat anak berusia 1-5 tahun atau saat anak belum masuk ke sekolah. Anak mulai mengenal anggota keluarga dan lingkungan keluarga. Secara bertahap dia mulai mampu membedakan dirinya dengan orang lain di sekitar keluarganya. Dalam tahap ini, peran orang-orang yang terdekat dengan anak menjadi sangat penting sebab seorang anak melakukan pola interaksi secara terbatas di dalamnya. Warna kepribadian anak akan sangat ditentukan oleh warna kepribadian dan interaksi yang terjadi antara anak dengan anggota keluarga terdekatnya
Sosialisasi Sekunder. Sosialisasi sekunder adalah sosialisasi yang terjadi dalam masyarakat. Menurut Goffman kedua proses tersebut berlangsung dalam institusi total, yaitu tempat tinggal dan tempat bekerja. Dalam kedua institusi tersebut, terdapat sejumlah individu dalam situasi yang sama, terpisah dari masyarakat luas dalam jangka waktu kurun tertentu, bersama-sama menjalani hidup yang terkukung, dan diatur secara formal.Sosialisasi sekunder adalah suatu proses sosialisasi lanjutan setelah sosialisasi primer yang memperkenalkan individu ke dalam kelompok tertentu dalam masyarakat. Salah satu bentuknya adalah resosialisasi dan desosialisasi. Dalam proses resosialisasi, seseorang diberi suatu identitas diri yang baru. Sedangkan dalam proses desosialisasi, seseorang mengalami ‘pencabutan’ identitas diri yang lama.
  • Agen Sosialisasi
Agen sosialisasi adalah pihak-pihak yang melaksanakan atau melakukan sosialisasi. Ada empat agen sosialisasi yang utama, yaitu keluarga, kelompok bermain, media massa, dan lembaga pendidikan sekolah. 
Keluarga 
Bagi keluarga inti (nuclear family) agen sosialisasi meliputi ayah, ibu, saudara kandung, dan saudara angkat yang belum menikah dan tinggal secara bersama-sama dalam suatu rumah.Sedangkan pada masyarakat yang menganut sistem kekerabatan diperluas (extended family), agen sosialisasinya menjadi lebih luas karena dalam satu rumah dapat saja terdiri atas beberapa keluarga yang meliputi kakek, nenek, paman, dan bibi di samping anggota keluarga inti.Pada masyarakat perkotaan yang telah padat penduduknya, sosialisasi dilakukan oleh orang-orabng yang berada diluar anggota kerabat biologis seorang anak. Kadangkala terdapat agen sosialisasi yang merupakan anggota kerabat sosiologisnya, misalnya pramusiwi, menurut Gertrudge Jaeger peranan para agen sosialisasi dalam sistem keluarga pada tahap awal sangat besar karena anak sepenuhnya berada dalam ligkungan keluarganya terutama orang tuanya sendiri. 
Teman Sebaya 
Teman sebaya sering disebut teman bermain, teman sepergaulan pertama kali didapatkan manusia ketika ia mampu berpergian ke luar rumah. Pada awalnya, teman bermain dimaksudkan sebagai kelompok yang bersifat rekreatif, namun dapat pula memberikan pengaruh dalam proses sosialisasi setelah keluarga. Puncak pengaruh teman bermain adalah pada masa remaja. Kelompok bermain lebih banyak berperan dalam membentuk kepribadian seorang individu.Berbeda dengan proses sosialisasi dalam keluarga yang melibatkan hubungan tidak sederajat (berbeda usia, pengalaman, dan peranan), sosialisasi dalam kelompok bermain dilakukan dengan cara mempelajari pola interaksi dengan orang-orang yang sederajat dengan dirinya. Oleh sebab itu, dalam kelompok bermain, anak dapat mempelajari peraturan yang mengatur peran orang-orang yang kedudukannya sederajat dan juga mempelajari nilai-nilai keadilan. 
Lembaga Pendidikan Formal (Sekolah) 
Menurut Dreeben, dalam lembaga pendidikan formal seseorang belajar membaca, menulis, dan berhitung. Aspek lain yang juga dipelajari adalah aturan-aturan mengenai kemandirian (independence), prestasi (achievement), universalisme, dan kekhasan (specificity). Di lingkungan rumah seorang anak mengharapkan bantuan dari orang tuanya dalam melaksanakan berbagai pekerjaan, tetapi di sekolah sebagian besar tugas sekolah harus dilakukan sendiri dengan penuh rasa tanggung jawab. 
Media Massa 
Yang termasuk kelompok media massa di sini adalah media cetak (surat kabar, majalah, tabloid), media elektronik (radio, televisi, video, film). Besarnya pengaruh media sangat tergantung pada kualitas dan frekuensi pesan yang disampaikan. Contoh: 
  • Penayangan acara Smack Down! di televisi diyakini telah menyebabkan penyimpangan perilaku anak-anak dalam beberapa kasus. 
  • Iklan produk-produk tertentu telah meningkatkan pola konsumsi atau bahkan gaya hidup masyarakat pada umumnya 
Gelombang besar pornografi, baik dari internet maupun media cetak atau tv, didahului dengan gelombang game eletronik dan segmen-segmen tertentu dari media TV (horor, kekerasan, ketaklogisan, dan seterusnya) diyakini telah mengakibatkan kecanduan massal, penurunan kecerdasan, menghilangnya perhatian/kepekaan sosial, dan dampak buruk lainnya. 
Agen Sosialisasi Lainnya 
Selain keluarga, sekolah, kelompok bermain dan media massa, sosialisasi juga dilakukan oleh institusi agama, tetangga, organisasi rekreasional, masyarakat, dan lingkungan pekerjaan. Semuanya membantu seseorang membentuk pandangannya sendiri tentang dunianya dan membuat presepsi mengenai tindakan-tindakan yang pantas dan tidak pantas dilakukan.Dalam beberapa kasus, pengaruh-pengaruh agen-agen ini sangat besar.
INTERAKSI SOSIAL
Interaksi sosial adalah hubungan timbal balik antara individu dan individu, antara individu dengan kelompok atau antara kelompok dengan kelompok dalam berbagai bentuk seperti kerjasama, persaingan ataupun pertikaian.
  1. Interaksi antara individu dengan individu. Adalah individu yang satu memberikan pengaruh, rangsangan/stimulus kepada individu lainnya dan sebaliknya, individu yang terkena pengaruh itu akan memberikan reaksi, tanggapan atau respon.  
  2. Interaksi antara individu dengan kelompok. Secara konkret bentuk interaksi sosial antara individu dengan kelompok bisa digambarkan seperti seorang guru yang sedang berhadapan dan mengajari siswa-siswinya didalam kelas/seorang penceramah yang sedang berpidato didepan orang banyak. Bentuk interaksi semacam ini juga menunjukkan bahwa kepentingan seseorang individu berhadapan/bisa ada saling keterkaitan dengan kepentingan kelompok.
  3. Interaksi antar kelompok dengan kelompok. Bentuk interaksi antara kelompok dengan kelompok saling berhadapan dalam kepentingan, namun bisa juga ada kepentingan individu disitu dan kepentingan dalam kelompok merupakan satu kesatuan, berhubungan dengan kepentingan individu dalam kelompok lain.
Bentuk dan Sifat Interaksi Sosial
Dalam proses interaksi sosial menghasilkan 2 bentuk yaitu proses sosial asosiatif dan disosiatif.
Proses/interaksi Sosial Asosiatif 
  1. Adalah proses sosial yang membawa ke arah persatuan dan kerja sama. Proses ini disebut juga sebagai proses yang positif. Beberapa proses sosial yang bersifat asosiatif adalah: 
  2. Akulturasi (acculturation). Merupakan proses sosial yang timbul akibat suatu kebudayaan asing/kebudayaan lain tanpa menyebabkan hilangnya kepribadian kebudayaan sendiri. 
  3. Asimilasi. meupakan proses asimilasi terjadi apabila dalam masyarakat terdapat perbedaan kebudayaan diantara kedua belah pihak, ada proses saling menyesuaikan, ada interaksi intensif antara kedua belah pihak 
  4. Kerja sama (cooperation). Merupakan bentuk yang paling utama dalam proses interaksi sosial karena interaksi sosial yang dilakukan oleh seorang/kelompok orang bertujuan untuk memenuhi kepentingan/kebutuhan bersama. 
  5. Akomodasi. Sebagai proses usaha-usaha yang dilakukan manusia untuk meredakan atau memecahkan konflik dalam rangka mencapai kestabilan.
Proses/interaksi sosial disosiatif
  1. Merupakan interaksi sosial yang membawa ke arah perpecahan. Ada beberapa bentuk interaksi sosial disosiatif yaitu : 
  2. Konflik Sosial/pertentangan. Dapat diartikan sebagai suatu proses antara dua orang atau lebih, maupun kelompok berusaha menyingkirkan pihak lain dengan jalan menghancurkan atau membuatnya tidak berdaya. 
  3. Persaingan (competition). Merupakan suatu proses sosial yang melibatkan mencapai keuntungan melalui bidang kehidupan yang pada suatu saat tertentu menjadi pusat perhatian umum, tanpa ancaman/kekerasan. 
  4. Kontrovensi. Merupakan suatu proses sosial yang posisinya berada diantara persaingan dan konflik. Kontrovensi dapat berwujud sikap tidak senang, baik secara terbuka/sembunyi-sembunyi.
STRATIFIKASI SOSIAL
Kata Stratifikasi sosial berasal dari bahasa Latin, yakni stratum yang berarti tingkatan dan socius yang berarti teman atau masyarakat. Stratifikasi sosial adalah tingkatan sosial yang ada dalam masyarakat. Stratifikasi sosial berasal dari kiasan yang menggambarkan keadaan kehidupan masyarakat.
  1. Menurut Robert M. Z. Lawang “Stratifikasi sosial adalah penggolongan orang-orang yang termasuk dalam suatu sistem sosial tertentu ke dalam lapisan-lapisan hierarkis menurut dimensi kekuasaan, privilege, dan prestise”.
  2. Stratifikasi sosial adalah perbedaan penduduk atau masyarakat ke dalam kelas-kelas secara bertingkat (hierarkis). Dengan kata lain, perbedaan kedudukan akan menimbulkan stratifikasi sosial atau pelapisan sosial.
  3. Menurut Horton dan Hunt Stratifikasi sosial berarti sistem perbedaan status yang berlaku dalam suatu masyarakat.
  4. Perwujudan dari adanya stratifikasi sosial atau pelapisan sosial adalah adanya perbedaan golongan tingkat kedudukan atau kelas.
  5. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Stratifikasi diartikan sebagai pembedaan penduduk atau masyarakat ke dalam kelas-kelas secara bertingkat atas dasar kekuasaan, hak-hak istimewa, dan prestise.
Dasar Ukuran Stratifikasi Sosial
Dasar yang biasa digunakan untuk menggolongkan suatu masyarakat menurut stratifikasi sosial atau pelapisan sosial antara lain adalah sebagai berikut:
Kekayaan.
Seseorang yang memiliki kekayaan yang paling banyak akan menempati stratifikasi teratas. Orang yang memiliki harta benda banyak akan lebih dihargai dan dihormati masyarakat daripada orang yang miskin. Kriteria umum yang biasa dipakai untuk menempatkan seseorang pada lapisan ini antara lain adalah bentuk dan perabot rumah yang besar dan mewah, jenis mobil yang digunakan, simpanan dalam bentuk kepemilikan tanah yang luas, dan nilai pembayaran pajak yang umumnya besar. Karena itu masyarakat menempatkan orang-orang tersebut pada lapisan masyarakat atas.
Kekuasaan
Kekuasaan berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk menetukan kehendaknya terhadap orang lain (yang dikuasai). Kekuasaan didukung oleh lain,struktur seperti kedudukan atau posisi tertentu seseorang dalam masyarakat, kekayaan yang dimiliki, kepandaian, bahkan kelicikan. Seseorang yang memiliki kekuasaan akan menempati strata yang tinggi dalam struktur sosial masyarakat yang bersangkutan.
Keturunan
Dalam masyarakat feodal, anggota masyarakat dari keluarga raja atau kaum bangsawan akan menempati lapisan atas, seperti orang yang bergelar andi di masyarakat Bugis, Raden di masyarakat Jawa, Tengku di masyarakat Aceh, dan sebagainya. Umumnya mereka disebut dengan ungkapan orang berdarah biru.
Pendidikan
Dalam masyarakat yang menghargai ilmu pengetahuan atau pendidikan, orang yang memiliki keahlian atau profesionalitas akan mendapatkan penghargaan yang lebih besar dibanding orang yang tidak memiliki keahlian dan berpendidikan rendah ataupun buta huruf. Mereka yang termasuk golongan ini adalah para peneliti, cendekiawan atau dosen, dokter, hakim, para atlet dan sebagainya.
Berikut merupakan penguruh positif dan negatif dari adanya stratifikasi sosial:
Pengaruh Positif
  1. Adanya kemauan dari setiap individu di dalam masyarakt untuk bersaing untuk berpindah kasta, sehingga mendorong setiap individu untuk berprestasi, bekerja keras.Sebagai contoh seorang anak miskin berusaha belajar dengan giat agar mendapatkan kekayaan dimasa depan. 
  2. Meningkatnya pemerataan pembangunan setiap daerah, baik atas usulan masyarakata di wilayah tersebut atau pemerintah guna menghilangakan kesenjangan sosial
Pengaruh Negatif
Pada aspek negative, dampak negative stratifikasi sosial, yaitu:
  • Konflik antarkelas
Dalam masyarakat, terdapat lapisan-lapisan sosial karena ukuran-ukuran seperti kekayaan, kekuasaan, dan pendidikan. Kelompok dalam lapisan-lapisan tadi disebut kelas-kelas sosial. Apabila terjadi perbedaan kepentingan antara kelas-kelas sosial yang ada di masyarakat dalam mobilitas sosial maka akan muncul konflik antarkelas. Contoh: demonstrasi buruh yang menuntuk kenaikan upah, menggambarkan konflik antara kelas buruh dengan pengusaha.
  • Konflik antarkelompok sosial
Di dalam masyatakat terdapat pula kelompok sosial yang beraneka ragam. Di antaranya kelompok sosial berdasarkan ideologo, profesi, agama, suku,dan ras. Bila salah satu kelompok berusaha untuk menguasai kelompok lain atau terjadi pemaksaan, maka timbul konflik. Contoh: tawuran pelajar.
  • Konflik antargenerasi
Konflik antar generasi terjadi antara generasi tua yang mempertahankan nilai-nilai lama dan generasi mudah yang ingin mengadakan perubahan. Contoh: Pergaulan bebas yang saat ini banyak dilakukan kaum muda di Indonesia sangat bertentangan dengan nilai-nilai yang dianut generasi tua. Setiap bentuk stratifikasi yang ada dalam masyarakat (sistem lapisan sosial) akan mempunyai konsekuensi. Beberapa konsekuensi dari adanya stratifikasi sosial, yaitu: 
  • Timbulnya Kelas Sosial 
Stratifikasi sosial menggolong-golongkan masyarakat ke dalam kelompok-kelompok sosial yang berbeda. Kelompok sosial atas akan mengembangkan pola-pola tertentu dan akan sangat membatasi anggotanya agar berbeda dari kelompok lainnya. Sebaliknya, kelompok yang ada di bawahnya akan berusaha meniru kelompok sosial yang berada di atasnya. Kelompok yang berada di atas adalah kelompok yang mempunyai kekuatan ekonomi, yaitu kelompok orang kaya. Mereka mengukur segala sesuatu dengan uang. Prestise atau gengsi menjadi bagian dari hidupnya. Mereka ingin menjadi kelompok yang dipandang tinggi, sehingga tidak segan menghamburkan uang demi menjaga gengsinya tersebut.
  • Kesenjangan Sosial  
Konsekuensi lain sebagai akibat dari stratifikasi sosial adalah kesenjangan sosial. Kesenjangan sosial merupakan perbedaan jarak antara kelompok atas dengan kelompok bawah. Tentu saja kesenjangan sosial lebih didominasi oleh perbedaan tingkat ekonomi. Kelompok atas yang kaya, dengan kekayaannya akan semakin kuat untuk bertahan hidup. Sebaliknya, kelompok bawah yang miskin akan menjadi kelompok yang terpinggirkan.  
  • Polarisasi Power
Polarisasi berarti pembagian suatu unsur menjadi dua bagian yang berlawanan, sedangkan power sendiri diartikan sebagai kekuatan. Jadi, secara bebas polarisasi power dapat didefininisikan sebagai pembagian kekuatan. Dalam hal ini, pembagian masyarakat menjadi dua kelas, yaitu kelas atas dan kelas bawah yang tidak lagi didasarkan hanya pada kehormatan saja, akan tetapi lebih pada unsur kepentingan dan kekuatan dari dua kelompok masyarakat tersebut yang saling berlawanan.
KELOMPOK SOSIAL 
Kelompok sosial adalah kumpulan manusia yang memiliki kesadaran bersama akan keanggotaan dan saling berinteraksi. Kelompok diciptakan oleh anggota masyarakat. Kelompok juga dapat memengaruhi perilaku para anggotanya.

Menurut Robert Bierstedt, kelompok memiliki banyak jenis dan dibedakan berdasarkan ada tidaknya organisasi, hubungan sosial antara kelompok, dan kesadaran jenis. Bierstedt kemudian membagi kelompok menjadi empat macam:
  1. Kelompok statistik, yaitu kelompok yang bukan organisasi, tidak memiliki hubungan sosial dan kesadaran jenis di antaranya. Contoh: Kelompok penduduk usia 10-15 tahun di sebuah kecamatan.
  2. Kelompok kemasyarakatan, yaitu kelompk yang memiliki persamaan tetapi tidak mempunyai organisasi dan hubungan sosial di antara anggotanya.
  3. Kelompok sosial, yaitu kelompok yang anggotanya memiliki kesadaran jenis dan berhubungan satu dengan yang lainnya, tetapi tidak terikat dalam ikatan organisasi. Contoh: Kelompok pertemuan, kerabat.
Kelompok asosiasi, yaitu kelompok yang anggotanya mempunyai kesadaran jenis dan ada persamaan kepentingan pribadi maupun kepentingan bersama. Dalam asosiasi, para anggotanya melakukan hubungan sosial, kontak dan komunikasi, serta memiliki ikatan organisasi formal. Contoh: Negara, sekolah.

PERILAKU MENYIMPANG
  1. James Vander Zender berpendapat bahwa perilaku menyimpang merupakan perilaku yang dianggap sebagai hal tercela dan diluar batas-batas toleransi oleh sejumlah besar orang.
  2. Bruce J. Cohen berpendapat bahwa perilaku menyimpang adalah setiap perilaku yang tidak berhasil menyesuaikan diri dengan kehendak-kehendak masyarakat atau kelompok tertentu dalam masyarakat.
  3. Secara sosiologi menurut Dr. Fuad Hassan “Tingkah laku menyimpang” adalah perbuatan atau kelakuan anti sosial dan anti normatif.
  4. Dari beberapa defenisi diatas dapat diambil kesimpulan bahwa “tingkah laku menyimpang” adalah suatu tindakan perbuatan yang bertentangan dengan hukum, agama, dan norma-norma masyarakat sehingga akibatnya dapat merugikan orang lain, mengganggu ketentuan umum dan juga merusak dirinya sendiri.
Contoh Perilaku Menyimpang
  • Penyalahgunaan Narkoba
Istilah “narkotika” berasal dari kata Yunani “narkosis” yang dikemukakan oleh Bapak Ilmu Kedokteran, Hipokrates, untuk zat-zat yang menimbulkan mati rasa atau rasa lumpuh. Dalam undang-undang AS, yang dimaksud dengan narkotika adalah opium, variasi dari opium (kodein, heroin atau awam menyebutnya “putau”), termasuk zat sintesis (morphin), dan kokain(disebut juga “koka”). Marijuana (awam: ganja), walaupun di Indonesia dilarang oleh undang-undang dan digolongkan narkotika, baik dari sudut struktur kimia zat itu, maupun dari dampak pemakaiannya (hanya menimbulkan ketergantungan, tidak mematikan). Belanda adalah salah satu Negara yang melegalkan marijuana. LSD (inex, sabu-sabu) dan obat-obat psikedelik lain yang member efekeuphoria (perasaan senang, riang, nyaman yang semu) juga bukan termasuk jenis narkotika, walaupun dampaknya lebih serius daripada ganja (bias menimbulkan reaksi paranoid jika berhenti menggunakannya). Di Negara-negara Eropa dan Amerika Serikat dan beberapa Negara lain, minuman keras (alcohol) juga dikontrol ketat karena dampaknya bias sangat berbahaya ( alcoholim ) jika digunakan secara berlebihan atau dikonsumsi oleh anak-anak di bawah umur. Di Indonesia walaupun ada undang-undang anti alcohol, pengawasannya dalam praktik tidak terlalu ketat, karena dampak sosialnya tidak segawat narkotika.
  • Perkelahian Pelajar
Perkelahian antar pelajar, sering disebut tawuran antarpelajar, tawuran menjadi masalah yang cukup serius karena peserta tawuran cenderung mengabaikan norma-norma yang ada melibatkan korban yang tidak besalah, dan merusak benda-benda yang berada disekitarnya.
  • Perilaku Seksual Diluar Nikah
Mengenai perilaku seksual diluar nikah, sejak dulu manusia telah membuat seperangkat tata nilai dan norma-norma, baik norma agama, adat istiadat maupun hukum tertulis yang mengatur perilaku hubungan seksual agar fungsi reproduksi manusia dapat berlangsung tanpa mengganggu ketertiban sosial.
Usaha Untuk Menanggulangi Perilaku Menyimpang
  • Usaha itu dapat bersifat : pencegahan (preventif), pengentasan (curatif) dan pembinaan (corektive).
  • Usaha Pencegahan (Preventif)
  • Usaha preventif adalah : usaha yang dilakukan secara sistematis, berencana dan terarah kepada tujuan untuk menjaga agar tingkah laku menyimpang itu tidak timbul. Usaha preventif lebih besar manfaatnya dari pada usaha kuraktif. Berbagai usaha preventif dapat dilakukan yaitu:
  • Usaha di Rumah Tangga (Keluarga)
  • Menciptakan kehidupan rumah tangga yang beragama. Artinya membuat suasana rumah tangga atau keluarga menjadi kehidupan yang taat dan bertaqwa kepada Allah di dalam kegiatan sehari-hari.
Menciptakan kehidupan keluarga yang harmonis dimana keluarga, ayah, ibu, dan anak tidak terdapat pertentangan atau percekcokan. Hal ini dapat dilakukan dengan memberikan memberikan waktu luang nuntuk berkumpul bersama dengan anak-anak terutama diwaktu makan bersama.
  1. Adanya kesamaan norma-norma yang dipegang antara ayah, ibu dan keluarga lainnya di rumah tangga dalam soal mengatur anak.
  2. Memberikan kasih sayang secara wajar kepada anak-anak. Tetapi janganpula kasih sayang ibu berlebihan karena akan berakibat pada anak-anak menjadi manja.
  3. Memberikan kasih sayang cukup terhadap kebutuhan anak-anak. Dalam hal ini berarti menumbuhkan kewibawaan pada orang tua akan menimbulkan sikap penurutan yang wajar pada anak.
  4. Memberikan pengawasan secara wajar terhadap pergaulan anak dilingkungan masyarakat.
Usaha di Sekolah  
Guru hendaknya memahami aspek-aspek psikis murid dengan memiliki ilmu-ilmu tertentu antara lain : psikologi perkembangan, bimbingan dan penyuluhan, serta ilmu mengajar.
  1. Mengintensifkan pelajaran agama dan mengadakan tenaga guru agama yang ahli dan berwibawa serta mampu bergaul secara harmonis dengan guru-guru umum lainnya.
  2. Mengintensifkan bagian bimbingan dan penyuluhan disekolah dengan jalan mengadakan tenaga ahli atau mengantar guru-guru untuk mengolah bagian ini.
  3. Adanya kesamaan norma-norma yang dipegang oleh guru-guru. Hal ini akan menimbulkan kekompakan dalam membimbing murid-murid.
Melengkapi fasilitas pendidikan. 
Perbaikan ekonomi guru yaitu menyelaraskan gaji guru dengan kebutuhan hidup sehari-hari.
  • Usaha di Masyarakat
Masyarakat adalah tempat pendidikan ketiga sesudah rumah dan sekolah ketiganya haruslah mempunyai keseragaman dalam mengarahkan anak untuk tercapainya tujuan pendidikan. Apabila salah satu pincang maka yang lain akan turut pincang pula.Usaha pengentasan (Kuratif)
Usaha kuratif adalah usaha pencegahan terhadap gejala-gejala tingkah laku menyimpang tersebut, agar kenakalan itu tidak meluas dan merugikan masyarakat.Usaha kreatif secara formal dilakukan oleh Polri dan kejaksaan negeri. Sebab jika terjadi surat kenakalan berarti sudah terjadi suatu pelanggaran hukum yang dapat berakibat merugikan diri mereka dan masyarakat.
  • Usaha Pembinaan (corektive)
Usaha pembinaan yang dimaksud adalah Pembinaan terhadap anak didik yang tidak melakukan kenakalan.Pada hal ini dilaksanakan pembinaan dirumah, sekolah dan masyarakat.Pembinaan terhadap anak didik yang telah mengalami tingkah laku menyimpang yang telah menjalani suatu hukuman karena kenakalannya.Hal ini perlu dibina agar mereka tidak mengulangi lagi kenakalan tersebut.
PERILAKU KOLEKTIF
Perilaku kolektif sering dikaitkan dengan bahasan: kerumunan, mobs (kerumunan dgn maksud jahat), manias, penyerbuan, kepanikan, kekacauan, opini publik, propaganda, tren pakaian, gerakan sosial, revolusi, dan reformasi.

Secara sederhana, aktifitas kelompok dapat diartikan sebagai perilaku kolektif. Aktifitas kelompok diartikan sebagai tindakan individu-individu yang bertindak secara serentak bersamaan, pembagian tugas, serentak bersamaan dengan nilai masing-masing individu.
Faktor Penyebab Perilaku Kerumunan
Teori Contagion
  • Kebersamaan dengan orang banyak (tidak saling mengenal satu dengan lainnya) 
  • Adanya penularan (contagion)
  • Suggestability (massa mudah dipengaruhi, mudah percaya, atau mudah taat)
  • Teori Convergen
Kerumunan muncul dari sejumlah orang yang memiliki dorongan, maksud, dan kebutuhan yang serupa
Kekerasan Kolektif
  • Kekerasan Kolektif Primitif, dilakukan oleh sekelompok individu, tidak bersifat politik, dan terbatas hanya pada komunitas lokal.
  • Kekerasan Kolektif Reaksioner, merupakan protes atau perlawanan terhadap sistem dalam kekerasan massal sebagai reaksi terhadap penguasa.
  • Kekerasan Kolektif Modern, merupakan kekerasan yang diorganisasi untuk tujuan politik dan ekonomi. contoh: pemogokan buruh 
  • Faktor-faktor yang menimbulkan perilaku kolektif:
Ketegangan struktural,
  1. Penyebarluasan (isu) yang mempengaruhi kepercayaan umum
  2. Adanya pencetus
  3. Mobilisasi
  4. Bekerjanya pengendalian sosial
PERUBAHAN SOSIAL
Perubahan sosial merupakan bagian dari gejala kehidupan sosial,sehingga perubahan sosial merupakan gejala sosial yang normal. Perubahan sosial tidak dapat dipandang hanya dari satu sisi,sebab perubahan ini mengakibatkan perubahan disektor-sektor lain.ini berarti perubahan sosial selalu menjalar keberbagai bidang-bidang lainnya.

Perubahan sosial dapat dilihat dari system nilai yang pada suatu saat berlaku.misalnya,dahulu kantor pos memegang peranan penting untuk mengantar surat sampai ketempat tujuan,kini kantor pos mengalami penurunan fungsi sejak ditemukan telepon genggam yang bisa menyampaikan pesan berbicara ataupun pesan SMS dengan lebih cepat.

Teori-Teori Modern Mengenai Perubahan Sosial
Teori-teori modern yang terkenal ialah,antara,lain, teori-teori modernisasi para penganut pendekatan fungsionalisme seperti Neil J.Slemser dan Alex Inkeles, teori ketergantungan Andre Gunder Frank yang merupakan pendekatan konflik,dan teori mengenai sistem dunia dari walllerstrein.

Diantara teori-teori klasik dan teori-teori modern kita dapat menjumpai benang merah. Teori-teori modernisasi pun cenderung melihat perkembangan masyarakat dunia ketiga berlangsung secara evolusioner dan linear dan bahwa masyarakat bergerak kearah kemajuan dari tradisi ke moderitas.

Teori modernisasi mengangap bahwa negara-negara terbelakang akan menempuh jalan sama dengan negara industri maju di Barat sehingga kemudian akan menjadi negara berkembang pula melalui proses modernisasi. Teori berpandang bahwa masyarakat-masyarakat yang belum berkembang perlu mengatasi berbagai kekurangan dan masalahnya sehingga dapat mencapai tahap tinggal landas(take off) kearah perkembangan ekonomi.

Teori ketergantungan. Menurut teori ini (dependensia) yang didasarkan pada pengalaman negara-negara Amerika Latin ini perkembangam dunia tidak merata;negara-negara industri menduduki posisi dominan sedangkan negara-negara Dunia ketiga secara ekonomis tergantung padanya. Perkembangan negara-negara industri dan keterbelakangan negara-negara dunia ketiga,menurut teori ini, berjalan bersamaan; dikala negara industri mengalami perkembangan, maka negara-negara dunia ketiga yang mengalami kolonialisme dan neo kolonialisme, khususnya di Amerika Latin, tidak mengalami "tinggal landas" tetapi justru menjadi semakin terbelakang.

Teori sistem dunia. Menurut teori yang dirumuskan Immanuel Wallerstrein ini perekonomian kapitalis dunia kini tersusun atas tiga jenjang: negara-negara inti, negara-negara semi-periferi dan negara-negara periferi. Negara-negara inti terdiri atas negara Eropa Barat yang sejak abad 16 mengawali proses industrialisasi dan berkbang pesat,sedangkan negara-negara inti dan secara ekonomis tidak berkembang. Negara-negara periferi merupakan kawasan Asia dan Afrika yang semula merupakan kawasan ekstrem karena berada diluar jaringan perdagangan negara inti tetapi kemudian melalui kolonisasi ditarik kedalam sistem dunia.

Masalah adalah kesenjangan antara harapan dengan kenyataan.Masalah sosial terjadi karena dua faktor yaitu tata kelakuan yang menyimpang dan ukuran-ukuran umum segi moral. Dalam menyikapi suatu masalah sosial, setiap masyarakat mempunyai ukuran yang berbeda antara waktu dan tempat. Dengan adanya waktu dan tempat ini masyarakat  dapat mengatakan suatu perbuatan itu menyimpang atau tidak.

MASALAH SOSIAL
Masalah sosial bersangkutan dengan hubungan antara manusia dan di dalam kerangka bagian-bagian kebudayaan yang normatif. Norma agama, sosial, kesusilaan dan kesopanan sangat berpengaruh dalam menilai suatu perbuatan yang menyimpang. Gejala-gejala yang wajar timbul antara lain : norma-norma, kelompok sosial, lapisan masyarakat, lembaga kemasyarakatan, dan proses sosial.

Adapun penyebab masalah sosial dapat diklasifikasikan dalam 4 kategori, yaitu :  
  • Faktor Ekonomis : kemiskinan, pengangguran;
  • Faktor Biologis : penyakit;
  • Faktor Psikologis : syaraf, bunuh diri;
  • Faktor Kebudayaan : perceraian, kejahatan.
Ukuran atau kriteria yang menonjol atau dominan sebagai dasar pembentukan pelapisan sosial , antara lain :
  • Ukuran Kekayaan;
  • Kekuasaan dan Wewenang;
  • Ukuran Kehormatan;
  • Ukuran Ilmu Pengetahuan.
Gejala dan  masalah sosial merupakan ungkapan hasil hubungan beberapa aspek kehidupan sosial. Dalam kerangka kerja studi sosial, kita dituntut menghubungkan beberapa bidang ilmu pengetahuan sosial sesuai dengan gejala dan masalah yang sedang kita telaah. Pendekatan ini di kenal dengan pendekatan interdisipliner dan multidisipliner.

Ukuran-ukuran masalah sosial merupakan pelapisan sosial dan tratifikasi sosial dapat terjadi karena di dalam masyarakat ada sesuatu yang dihargai yang berupa ekonomi, harta, kekuasaan, jabatan, ilmu pengetahuan, ilmu agama, usia, pangkat, kedudukan, dan sebagainya Kriteria utama suatu masalah sosial dapat terjadi  karena tidak adanya persesuaian antara ukuran-ukuran dan nilai-nilai sosial dengan kenyataan-kenyataan serta tindakan sosial, sumber-sumber masalah sosial, pihak-pihak  yang menetapkan apakah suatu kepincangan merupakan masalah sosial atau tidak, manifest sosial problem & latent  sosial problem dan perhatian masyarakat dan masalah sosial.

Sosiologi mengkaji kehidupan sosial, meliputi semua bentuk-bentuk interaksi dan hubungan sosial. Sosiolog berfokus pada isu-isu sosial, organisasi sosial, dan perubahan sosial. Tujuan mereka adalah agar masyarakat memahami, mengendalikan dan merubah kehidupan mereka, sehingga kebutuhan individu dan kelompok terpenuhi.

Sosiolog mempelajari olahraga sebagai bagian dari budaya. Mereka melihat olahraga sebagai satu bagian penting dari kehidupan masyarakat dan hubungannya dengan ideologi, lingkungan kehidupan sosial. Penelitian-penelitian dalam sosiologi olahraga membantu kita dalam memahami kontruksi sosial yang dibentuk oleh msyarakat untuk tujuan tertentu. Sebagi kontruksi sosial, olahraga berhubungan dengan faktor sejarah, politik, dan ekonomi.

Ketika sosiolog mempelajari olahraga dalam masyarakat, mereka sering menemukan masalah yang berbasis pada budaya dan organisasi baik olahraga atau masyarakat. Ketika ini terjadi, rekomendasi sosiolog adalah mungkin mengancam mereka yang ingin olahraga dan program olahraga untuk tetap seperti sekarang. Oleh karena itu, sosiologi terkadang menciptakan kontroversi.

Perkembangan sosiologi olahraga terutama tergantung pada apakah orang-orang di lapangan melakukan penelitian dan menerbitkan buku-buku dan artikel yang memberi kontribusi yang berarti bagi kehidupan masyarakat. Permasalahan yang muncul di masa mendatang adalah kenyataan bahwa tidak semua orang di lapangan setuju tentang bagaimana untuk "melakukan" sosiologi olahraga. Beberapa menggunakan model ahli profesional untuk memandu pekerjaan mereka, beberapa menggunakan model transformasi kritis, dan beberapa menggunakan model pengetahuan pembangunan. Perbedaan antara ketiga pendekatan memunculkan pertanyaan penting tentang produksi dan penggunaan pengetahuan ilmiah (lihat Bab 2). Banyak sarjana di lapangan saat ini berdebat pertanyaan ini.

Beberapa ahli di bidang olahraga mendefinisikan: adalah kegiatan yang melibatkan (1) penggunaan keterampilan fisik, kecakapan, atau tenaga; (2) kompetisi dilembagakan, dan (3) kombinasi dari alasan intrinsik dan ekstrinsik untuk berpartisipasi. Definisi tersebut adalah bermasalah jika menuntun kita untuk mengabaikan kehidupan orang-orang yang tidak memiliki sumber daya dan keinginan untuk mengembangkan kegiatan fisik secara resmi terorganisir dan kompetitif. Untuk alasan ini, banyak sarjana sekarang merekomendasikan bahwa, daripada menggunakan definisi tunggal olahraga, kita harus bertanya apa kegiatan yang diidentifikasi sebagai olahraga dalam kelompok yang berbeda dan masyarakat di berbagai tempat dan waktu. Pertanyaan ini memaksa kita untuk mengakui bahwa olahraga adalah kegiatan dilombakan. Ini memfokuskan perhatian kita pada hubungan antara olahraga dan kekuasaan dan hak istimewa dalam masyarakat dan lebih mengarah langsung ke masalah untuk mengubah kehidupan sosial, sehingga lebih banyak orang memiliki sumber daya yang mereka butuhkan untuk mengendalikan kehidupan mereka dan membuat mereka berarti.

Model Evaluasi Context, Input, Process, Product (CIPP)

đŸŒº MODEL EVALUASI CIPPđŸŒº đŸ‘‰Evaluasi didefinisikan sebagai Proses Menggambarkan, Mendapatkan, dan Menyediakan Informasi yang Bermanfaat untuk...

OnClickAntiAd-Block