Wednesday 4 December 2019

REVOLUTIONS OF SCIENCES (Thomas S. Kuhn)


REVOLUTIONS OF SCIENCES
(Thomas S. Kuhn)

REVOLUTION

A revolution is a very sharp change made to something. The word comes from Latin and is related to the word revolution (which means a turn around (Sebuah revolusi adalah perubahan yang sangat tajam yang dilakukan pada sesuatu. Kata ini berasal dari bahasa Latin dan terkait dengan kata revolusi (yang berarti berbalik)).

Menurut Hacking (2012) We think first of revolution in political terms: the American Revolution, the French Revolution, the Russian Revolution. Everything is overthrown; a new world order begins. The first thinker to extend this notion of revolution to the sciences may have been Immanuel Kant. He saw two great intellectual revolutions (Kami pertama-tama berpikir tentang revolusi dalam istilah politik: Revolusi Amerika, Revolusi Prancis, Revolusi Rusia. Semuanya digulingkan; tatanan dunia baru dimulai. Pemikir pertama yang memperluas gagasan revolusi ini ke sains mungkin adalah Immanuel Kant. Dia melihat dua revolusi intelektual yang hebat).

SCIENCE

Sains adalah sekumpulan pengetahuan empiris, teoretis, dan pengetahuan praktis tentang dunia alam, yang dihasilkan oleh para ilmuwan yang menekankan pengamatan, penjelasan, dan prediksi dari fenomena di dunia nyata. Historiografi dari sains, sebaliknya, seringkali mengacu pada metode historis dari sejarah intelektual dan sejarah sosial. Namun, kata scientist dalam bahasa Inggris relatif baru—pertama kali diciptakan oleh William Whewell pada abad ke-19. Sebelumnya, orang yang menyelidiki alam menyebut diri mereka sendiri sebagai filsuf alam.

Since is a branch of knowledge or study dealing with a body of facts or truths systematically arranged and showing the operation of general laws: the mathematical sciences (Cabang ilmu pengetahuan atau studi yang berurusan dengan kumpulan fakta atau kebenaran yang disusun secara sistematis dan menunjukkan operasi hukum umum: ilmu matematika.)

Science is Systematic knowledge of the physical or material world gained through observation and experimentation (Pengetahuan sistematis tentang dunia fisik atau material yang diperoleh melalui observasi dan eksperimen).

Menurut Hacking (2012) If science is the constellation of facts, theories, and methods collected in current texts, then scientists are the men who, successfully or not, have striven to contribute one or another element to that particular constellation. Scientific development becomes the piecemeal process by which these items have been added, singly and in combination, to the ever-growing stockpile that constitutes scientific technique and knowledge. And the history of science becomes the discipline that chronicles both these successive increments and the obstacles that have inhibited their accumulation. Concerned with scientific development, the historian then appears to have two main tasks. On the one hand, he must determine by what man and at what point in time each contemporary scientific fact, law, and theory was discovered or invented. On the other, he must describe and explain the congeries of error, myth, and superstition that have inhibited the more rapid accumulation of the constituents of the modern science text. Much research has been directed to these ends, and some still are (Jika sains adalah konstelasi fakta, teori, dan metode yang dikumpulkan dalam teks saat ini, maka para ilmuwan adalah orang-orang yang, berhasil atau tidak, telah berusaha untuk berkontribusi satu atau elemen lain ke konstelasi tertentu. Pengembangan ilmiah menjadi proses sedikit demi sedikit dengan mana item-item ini telah ditambahkan, secara tunggal dan dalam kombinasi, ke tumpukan yang terus tumbuh yang merupakan teknik dan pengetahuan ilmiah. Dan sejarah sains menjadi disiplin yang mencatat kenaikan bertahap dan rintangan yang menghambat akumulasi mereka. Prihatin dengan perkembangan ilmiah, sejarawan itu kelihatannya memiliki dua tugas utama. Di satu sisi, ia harus menentukan oleh manusia apa dan pada titik waktu mana setiap fakta ilmiah, hukum, dan teori kontemporer ditemukan atau ditemukan. Di sisi lain, ia harus menggambarkan dan menjelaskan kumpulan kesalahan, mitos, dan takhayul yang telah menghambat akumulasi konstituen teks sains modern yang lebih cepat. Banyak penelitian telah diarahkan untuk tujuan ini, dan beberapa masih)

REVOLUTIONS OF SCIENCES

Revolusi ilmiah adalah masa saat gagasan baru dalam bidang fisika, astronomi, biologi, anatomi manusia, kimia, dan ilmu pengetahuan lain, berkembang dengan pesat dan menjadi dasar ilmu pengetahuan modern. Menurut catatan-catatan, revolusi ini dimulai di Eropa dari masa Renaisans hingga akhir abad ke-18, periode yang dikenal sebagai Abad Pencerahan. Filsuf dan sejarawan Alexandre Koyré menciptakan istilah revolusi ilmiah pada tahun 1939 untuk menjelaskan masa ini.

Menurut Hacking (2012) Kuhn’s first book concerned with science and its history was not Structure but The Copernican Revolution.13 The idea of scientific revolution was already very much in circulation. After World War II there was a great deal of writing about the scientific revolution of the seventeenth century. Francis Bacon was its prophet, Galileo its lighthouse, and Newton its sun.
Teori Thomas S. Kuhn

Menurut Marcum (2015:vi) Thomas S. Kuhn seorang pengajar fisikawan di Universitas Harvard, menjadi seorang filsuf sejarah sains melalui pengaruh dan dukungan dari presiden Harvard — James Conant. Pada tahun 1962, karya terkenal Kuhn, The Structure of Scientific Revolutions (Structure — yang merupakan singkatan pilihan Kuhn untuk monograf), diterbitkan dalam Ensiklopedia Ilmu Pengetahuan Terpadu Otto Neurath yang Internasional. Monograf Kuhn membantu meresmikan dan mempromosikan revolusi — revolusi historiografi pada paruh kedua abad ke-20, dengan memberikan citra baru ilmu pengetahuan di mana periode stasis (ilmu normal) diselingi dengan pergeseran paradigma (revolusi ilmiah). Revolusi Kuhn tidak hanya berdampak pada disiplin sejarah dan filsafat sains (HPS) tetapi juga pada disiplin lain, termasuk sosiologi, pendidikan, ekonomi, ilmu politik, dan bahkan kebijakan sains).

Transisi dari sains luar biasa ke sains normal baru adalah melalui revolusi. Menurut Kuhn, revolusi ilmiah adalah "episode perkembangan non-kumulatif di mana paradigma lama diganti secara keseluruhan atau sebagian dengan yang baru yang tidak kompatibel" (1964, hal. 92). Mereka dapat datang dalam dua ukuran: revolusi besar, seperti pergeseran dari alam semesta geosentris ke alam semesta heliosentris, atau revolusi kecil, seperti penemuan sinar-X atau oksigen. Tapi, apakah besar atau kecil, revolusi ilmiah menunjukkan struktur yang sama: generasi krisis melalui anomali yang tak terselesaikan dan pembentukan paradigma baru yang menyelesaikan anomali penghasil krisis. Revolusi ilmiah, menurut Kuhn, dapat dibandingkan dengan revolusi politik. Sama seperti segmen penduduk suatu negara yang meyakini bahwa pemerintah yang berkuasa tidak dapat menyelesaikan masalah sosial dan politik yang mendesak, demikian pula segmen praktisi komunitas ilmiah percaya bahwa paradigma yang berkuasa tidak dapat menyelesaikan anomali penghasil krisisnya. Dalam kedua kasus, tindakan harus diambil untuk menyelesaikan situasi. Tetapi, karena posisi ekstrem para peserta, kubu-kubu lawan menjadi galvanis dalam posisi mereka dan komunikasi di antara mereka terpecah. Dan, sama seperti jalan politik gagal, demikian juga jalan ilmiah.

Thomas Kuhn dalam bukunya yang pertama, Copernican Revolution, tidak hanya menggambarkan Revolusi Copernicus secara ilmiah dari segi ilmu dan khususnya ilmu astronomi. Kuhn menjelaskan bahwa Revolusi Copernicus bukan hanya sebuah revolusi di bidang astronomi melainkan juga menjelma di bidang filsafat, agama, dan teori sosial. Ide Copernicus mempunyai implikasi yang luas, baik di bidang ilmu, agama, filsafat, maupun sosial. Kuhn dalam karya utama The Structure of Scientific Revolutions, yang telah menjadikannya terkenal, menjelaskan bahwa ilmu tidak berkembang secara berangsur-angsur menuju ke kebenaran tetapi secara periodik mengalami revolusi dengan terjadinya pergeseran paradigma. Sejarah perkembangan ilmu menunjukkan bahwa ilmu berkembang dalam dua periode: normal science dan scientific revolutions. Melalui buku The Structure of Scientific Revolutions, Kuhn memperkenalkan istilah dalam sejarah ilmu yakni “paradigm shift”, “paradigm”, “normal science”, “scientific revolutions”, dan “incommensurability”. Dalam “postscript” pada edisi kedua The Structure of Scientific Revolutions, Kuhn mengklarifikasi makna “paradigma”. (Trisakti, 2008: 225-226)

Menurut Marcum (2015:55) What Kuhn proposed in Structure was a new image of science? According to the logical positivist‘s or falsificationist‘s view, science is a depository of accumulated facts, discovered by individuals at specific periods in history. One of the central tasks of the historian, given this view of science, was to answer questions about who discovered what and when. Even though the task seemed straightforward, many historians found it difficult and doubted whether these are the right kind of questions to ask concerning science‘s historical record. “The result of all these difficulties and doubts,” claimed Kuhn, “is a historiographic revolution in the study of science” (1964, p. 3). This revolution changed the sort of questions historians asked by revising the underlying assumptions about the approach to reading the historical record. Rather than reading it backward and imposing current ideas and values on the past, the texts and documents are read within their historical context, thereby preserving their integrity. he historiographic revolution had implications for how science is viewed; and the goal of Structure, according to Kuhn, was to cash out those implications. In this chapter, the genesis of Structure is examined first, followed by a discussion of the structure of Kuhn‘s monograph. (Apa yang diusulkan Kuhn dalam Struktur adalah citra baru sains? Menurut pandangan positivis logis atau pemalsuan, sains adalah tempat penyimpanan fakta yang terakumulasi, yang ditemukan oleh individu-individu pada periode tertentu dalam sejarah. Salah satu tugas utama sejarawan, mengingat pandangan sains ini, adalah menjawab pertanyaan tentang siapa yang menemukan apa dan kapan. Meskipun tugas itu tampak langsung, banyak sejarawan merasa sulit dan meragukan apakah ini adalah pertanyaan yang tepat untuk diajukan mengenai catatan sejarah sains. "Hasil dari semua kesulitan dan keraguan ini," klaim Kuhn, "adalah revolusi historiografi dalam studi sains" (1964, hal. 3). Revolusi ini mengubah jenis pertanyaan yang diajukan sejarawan dengan merevisi asumsi mendasar tentang pendekatan membaca catatan sejarah. Alih-alih membacanya mundur dan memaksakan ide dan nilai saat ini pada masa lalu, teks dan dokumen dibaca dalam konteks historisnya, sehingga menjaga integritasnya. Revolusi historiografi memiliki implikasi untuk bagaimana sains dilihat; dan tujuan Struktur, menurut Kuhn, adalah untuk mencairkan implikasi tersebut. Dalam bab ini, asal-usul Struktur diperiksa terlebih dahulu, diikuti dengan diskusi tentang struktur monograf Kuhn).

Tetapi Kuhn mencatat perbedaan penting antara revolusi politik dan ilmiah. Sedangkan untuk revolusi politik, kekuatan sering kali bersifat fisik, untuk revolusi ilmiah, itu pada umumnya merepresentasikan sirkularitas karena para pendukung paradigma tertentu menggunakan paradigma itu untuk mempertahankannya. Dengan kata lain, sumber utama untuk pembentukan paradigma baru selama periode krisis adalah konsensus masyarakat, yaitu ketika cukup banyak anggota masyarakat dibujuk oleh teknik argumen dan bukan hanya dengan bukti empiris atau analisis logis. Selain itu, untuk menerima paradigma baru, para praktisi komunitas harus diyakinkan bahwa paradigma lama tidak pernah dapat menyelesaikan anomali yang menantang itu. (Marcum,2015:66).

Menurut Jena (2012: 167-168) Thomas S. Kuhn menolak peran ilmuwan sebagai pemecah teka-teki alam pertama-tama karena hasil akhir yang hendak dicapai sebetulnya sudah dapat diantisipasi sebelumnya berdasarkan metode keilmuan yang sudah baku. Praktik sains semacam ini cendrung memilah-milah dan memisahkan hal yang periferi dari inti sains sehingga sering terjadi bahwa “penyembuhan kanker atau perancangan perdamaian yang abadi, seringkali bukan teka-teki sama sekali [yang harus dipecahkan].” Selain itu, praktik sains dan riset yang 15 hanya bergerak di dalam constraint metode ilmiah sama sekali tidak sesuai dengan sejarah sains. Menurut Kuhn, ilmu berkembang secara revolusioner yang ditandai oleh peralihan dari satu paradigma ilmu ke paradigma lainnya yang lebih andal dengan diselingi oleh paradigma sains normal.

Masalah dengan kritik, klaim Kuhn, adalah itu 'untuk menyelamatkan teori-teori dengan cara ini, jangkauan penerapannya harus dibatasi pada fenomena-fenomena itu dan pada ketelitian pengamatan yang sudah ada dengan bukti-bukti eksperimental. . . pembatasan seperti itu melarang ilmuwan dari mengklaim untuk berbicara "secara ilmiah" tentang fenomena apa pun yang belum diamati'.

Jadi, bagi Kuhn, perubahan yang dihasilkan oleh revolusi lebih dari sekadar melihat atau mengamati dunia yang berbeda; itu juga melibatkan hidup di dunia yang berbeda. Transformasi perseptual lebih dari sekadar interpretasi ulang data. "Apa yang terjadi selama revolusi ilmiah," tegas Kuhn, "tidak sepenuhnya dapat direduksi menjadi reinterpretasi data individu dan stabil". Alasannya adalah bahwa data itu sendiri tidak stabil tetapi berubah selama perubahan paradigma. Interpretasi data adalah fungsi dari sains normal, sedangkan transformasi data adalah fungsi sains luar biasa. Transformasi itu sering kali merupakan hasil dari intuisi yang “mengumpulkan sebagian besar pengalaman itu dan mengubahnya menjadi kumpulan pengalaman yang agak berbeda yang kemudian akan dihubungkan secara sedikit demi sedikit dengan paradigma baru tetapi tidak dengan yang lama”

Menurut Kuhn, kemajuan ilmu pengetahuan bukanlah kegiatan yang diarahkan menuju beberapa tujuan seperti kebenaran. Sebaliknya, ini adalah proses perkembangan. . . sebuah proses evolusi dari permulaan primitif — suatu proses yang tahapan-tahapannya berturut-turut ditandai oleh pemahaman yang semakin rinci dan halus tentang alam. Tetapi tidak ada yang telah atau akan dikatakan menjadikannya proses evolusi menuju apa pun.

Kuhn percaya bahwa dia berada di jalan yang benar tidak hanya untuk mengklarifikasi konsep paradigma dengan lebih tepat, tetapi juga untuk mempertahankan gagasan tentang sains normal dan demarkasi antara sains normal dan revolusioner. Kuhn tetap berkomitmen pada gagasan ilmu normal dan itu pijakan kumulatif menuju artikulasi paradigma, yaitu memecahkan semakin banyak teka-teki sulit yang disetujui oleh seperangkat komitmen atau matriks disiplin yang berlaku masyarakat dan dengan demikian menambah simpanan contoh yang digunakan anggota komunitas untuk tujuan pedagogis dan penelitian. Bagi Kuhn, sains normal adalah apa yang dipraktikkan para ilmuwan sebagian besar waktu mereka sampai artikulasi paradigma mulai gagal karena anomali yang membingungkan. Jika kondisinya benar, yaitu paradigma baru yang memecahkan anomali signifikan tersedia, maka pergeseran dari paradigma lama ke paradigma baru dapat terjadi, yang mengarah ke revolusi ilmiah — lokal atau global — di mana cara para ilmuwan mempraktikkan perdagangan mereka dan bahkan dunia itu sendiri berubah secara substansial atau bahkan secara radikal.

SUMBER:

  • https://id.wikipedia.org/wiki/Revolusi_ilmiah
  • https://id.wikipedia.org/wiki/Sejarah_sains
  • https://simple.wikipedia.org/wiki/Revolution
  • KUHN, THOMAS S. 2012. The Structure of Scientific REVOLUTIONS FOURTH EDITION Thomas S. Kuhn; with an introductory essay by Ian Hacking. The University of Chicago Press: London diakses tanggal 3 Desember 2019 pada https://www.pdfdrive.com/the-structure-of-scientific-revolutions-50th-anniversary-edition-d175980575.html.
  • Marcum, James A. 2015. Thomas Kuhn’s Revolutions;A Historical and an Evolutionary Philosophy of Science?. Bloomsbury Academic: UK-USA. Diakses tanggal 3 Desember 2019 pada https://www.pdfdrive.com/thomas-kuhns-revolutions-a-historical-and-an-evolutionary-philosophy-of-science-d177530578.html 
  • Trisakti, Sonjoruri Budiani. 2008. THOMAS KUHN DAN TRADISI-INOVASI DALAM LANGKAH METODOLOGIS RISET ILMIAH. Jurnal Filsafat, Fakultas Filsafat, Universitas Gadjah Mada. Vol. 18, No 3 diakses tanggal 2 Desember 2019 pada https://jurnal.ugm.ac.id/wisdom/article/view/3526 
  • Jena, Yeremias. 2012. Thomas Kuhn Tentang Perkembangan Sains dan Kritik Larry Laudan. Melintas. ReserchGate. Di akses Tanggal 2 Desember 2019 pada https://www.researchgate.net/publication/327112073_Thomas_Kuhn_Tentang_Perkembangan_Sains_dan_Kritik_Larry_Laudan
  • Jena, Y. (2012). Thomas Kuhn Tentang Perkembangan Sains dan Kritik Larry Laudan. MELINTAS28(2), 161-181.

Sunday 1 December 2019

ANALYSIS SWOT TEQBALL IN INDONESIA

ANALYSIS SWOT TEQBALL IN INDONESIA
Arham Syahban, S.Pd., M.Pd.
(Email: lolitaarham@gmail.com)

A. SWOT

SWOT is a strategic planning method used to evaluate strengths, weaknesses, opportunities, and threats in a project or business speculation. The four factors that form the acronym SWOT (are strengths, weaknesses, opportunities, and threats). SWOT will be better discussed using tables made in large paper so that it can be analyzed properly the relationship from every aspect. This technique was created by Albert Humphrey, who led a research project at Stanford University in the 1960s and 1970s using data from Fortune 500 companies.

This process involves setting specific goals from business or project speculation and identifying internal and external factors that support and which do not achieve these goals. SWOT analysis can be applied by analyzing and sorting out various things that affect the four factors, then applying it in the SWOT matrix image, where the application is how strengths are able to take advantage of the opportunities available, how to overcome weaknesses (weaknesses) that prevent the advantages (opportunities) of the opportunities (opportunities) that exist, then how strengths are able to deal with threats (threats) that exist, and finally is how to overcome weaknesses that can make threats become real or create a new threat.

1. Internal Factors (Strength and Weakness)
Internal factors or internal factors consist of two points, strengths, and weaknesses. Both will have a better impact on a study when strength is greater than weakness. Thus the maximum internal strength will clearly provide much better research results. The internal parts of the internal factors are:
a) Resources owned
b) Finance or finance
c) Internal strengths or weaknesses in the organization
d) Previous organizational experiences (both successful and unsuccessful)
2. External factors (Opportunities and Threats)
This is a factor from outside the entity, where this factor is not directly involved in what is being studied and consists of 2 points, namely threats and opportunities. These opportunities and threats will certainly provide data that must be included in a research journal so as to produce a strategy to deal with them. Some points included in external factors are:
a) Trend
b) Culture, social politics, ideology, economy
c) Capital sources
d) Government regulations
e) Technological developments
f) Events that occur
g) Environment
B. TEQBALL

Teqball is a mixture of soccer and table tennis which is played by 2-4 players, played on a curved table and players should not touch the ball with their hands. Teqball was created in 2014 in Hungary. Teqball, one of the fastest-growing sports in the world, Teqball is currently very popular in European society, mainly in a number of countries such as Germany, England, and the Netherlands. Currently, Teqball has a Teqball federation in 40 countries in the world. Teqball first entered Indonesia when it hosted the 2018 Asian Games. Now Indonesia has the Teqball Organization, Pengurus Pusat Indonesia Teqbal (PP InaTeq).

C. ANALYSIS SWOT TEQBALL IN INDONESIA

Teqball swot analysis in Indonesia is a strategic planning method used to evaluate strengths, weaknesses, opportunities, and threats in Teqball. This analysis aims to identify external factors and internal factors that support the progress/development of Teqball in Indonesia.

In analyzing the sport of Teqball, all the factors that are there are adjusted to the Grand Design of the National Sports Development of 2010 to 2024 in the Field of Sports Achievement in realizing the vision of sport in 2025 namely "Realizing the Triumph of Indonesia's Sports Achievement in the International Event". The following SWOT Teqball Analysis in Indonesia:

1) Internal Factors (Strength and Weakness)

a). Resources Owned
STRENGTH
  • HR (Human Resources) in Indonesia in addition to having a large population, Indonesia has sports experts/experts/practitioners/trainers/ academics who are highly competent and this is a great force for the development of Teqball in Indonesia as an Achievement of Sports, Sports Education, Sports Health and Sports Recreation.
  • Natural Resources in Indonesia are vast, beautiful, and attractive with diverse cultures, and diverse environments. Indonesia is a country where the people whose homoludence (human who likes to play) is a force in the development of Teqball in Indonesia. In fact, Teqball sport itself can be an attraction and enhance tourism in Indonesia.
WEAKNESS
  • The lack of frequency, intensity, and time of the socialization/training of referees and athletes in Teqball.
  • The lack of experts/experts/practitioners/trainers/ academics who are interested and are serious about developing Teqball in Indonesia
  • The lack of cooperation that synergizes with the stakeholder, academics, and entrepreneurs.
  • The lack of effort to explore the social and cultural potential associated with efforts to foster and develop Teqball sports.
  • The lack of information about the sport of Teqball in the field of Education (Private and Public Schools / Colleges), in the tourism sector, and in the health sector.
b). Finance
STRENGTH
  • Indonesia as a developing country, especially in the field of Sports in terms of financial strength or financial stability is very stable, we can see the many new sports that have entered Indonesia which have become very popular sports in Indonesia (for example Futsal, Petanque, Gate ball, etc.) and the number of Sports events that have been carried out in Indonesia on a National and International scale. This illustrates the strength that Teqball as a new sport can be supported financially or financially.
WEAKNESS
  • Teqball Sports Financial Management (AD / RT) Management System
  • Teqball Sports Financial Resources (Government, Society, Sponsor)
  • Lack of implementation and attention from central and regional government policies in addressing financial or financial Teqball
c). Organization
STRENGTH
  • Teqball Sports has an international Teqball Organization / Federation, Fédération Internationale de Teqball (FITEQ). In Indonesia itself, the Teqball Sports Organization already exists, namely the Teqbal Indonesian Central Board (PP InaTeq). Teqball has had a Teqball federation in 40 countries in the world, this is a sporting force Teqball can develop in Asian countries especially Indonesia.
WEAKNESS
  • PP InaTeq Vision and Mission are not yet clear as a Teqball sports organization.
  • Lack of coordination and synergy between government agencies, educational institutions (Public and Private), sports institutions, etc. in Indonesia.
  • The still low management and management of the Teqball sports organization
  • There is no InaTeq administrator in other provinces (cities and regencies) in Indonesia.
  • There are no Teqball communities/clubs in Indonesia.
  • Lack of facilities and infrastructure/institutions to support problems, nurseries, training camps, research laboratories, and science and technology studies on Teqball sports.
  • Systems of socialization/competencies that are not sustainable.
  • Lack of sports information systems
2) External Factors (Opportunities and Threats)

OPPORTUNITY

The opportunities for the development of Teqball in Indonesia are as follows:
  1. In Indonesia, Sports are: (a) One of the platforms for the formation of character, discipline, achievement, sportsmanship, and national personality, (b) Making sports an important development force for increasing productivity, competitiveness, and performance of the Indonesian economy in the era of globalization and free-market era, (c) Business Opportunities in the field of sports and making sports one of Indonesia's leading economic commodities.
  2. Indonesian people who "homoludence". Love to play soccer, table tennis, and sepak takraw (a sport that has long been played by the people of Indonesia) which is a combination sport of Teqball.
  3. The number of experts /experts/practitioners/trainers/academics with competence in the field of sports spread throughout Indonesia.
  4. Teqball is a 'Hashanah' in the Sports system in Indonesia, namely Achievement Sports, Educational Sports, Tourism Sports, and Health Sports.
  5. The growth of sports tourism (Sports Recreation) by utilizing the beauty and natural wealth of Indonesia, Teqball has the opportunity to advance rapidly in line with the progress of tourism in Indonesia.
  6. There is potential for collaboration between Teqball and Indonesian people's culture as one of the attractions of tourism.
  7. The political will of the government supports the improvement of sports performance by the recognition of trainers as functional workers with civil servant status.
  8. The reputation of a number of new sports is developing in Indonesia that is worldwide.
The eight opportunities above are points that can be said also as Teqball Sports opportunities to be popular and growing rapidly in Indonesian society and not only that but can produce a myriad of achievements in the Sports System in Indonesia namely the fields of Achievement Sports, Sports Education, Sports Tourism and Sports Health.

THREATS

The threats to the development of Teqball in Indonesia are as follows:
  1. Problems of facilities and infrastructure/equipment Teqball sports equipment that is fairly expensive by Indonesian society standards, especially the price of expensive curved tables, can discourage and motivate to development Teqball sports in Indonesia.
  2. The lack of professional methods, systems, and management of Teqball sports management in Indonesia, as well as the lack of integration and harmonization of the Teqqball sports development policies, both at the regional and national levels, will threaten the development of Teqball sports in Indonesia.
  3. The lagging state of Indonesia with ASEAN countries and from other countries, including professionals and workers in the field of Indonesian sports.
  4. Threatening the achievement and achievement of the Indonesian Sports System.
  5. Large dependence on sports funding from the APBD and APBN.
  6. There is still no common perception from all decision-makers and policymakers so that the training and development of Teqball is not evenly distributed
  7. Accelerating the increase in sports achievements of neighboring countries.
Thus SWOT analysis of Sports in Indonesia, specifically Teqball Sports. I really hope that it will be useful for the development of Teqball in Indonesia. Hopefully, the Sports System in Indonesia continues to be Jaya and successful. Greetings Sports.


Reference:
  • https://id.wikipedia.org/wiki/Analisis_SWOT
  • https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/0/0b/SWOT_en.svg/326px-SWOT_en.svg.png
  • https://www.jurnal.id/id/blog/2017-manfaat-faktor-yang-memengaruhi-dan-contoh-analisis-swot/
  • https://arham892.blogspot.com/
  • http://ekonominator.blogspot.com/2016/05/kewirausahaan-olahraga-analisa-swot.html

Terjemahan dalam bahasa Indonesia:

A. SWOT 

SWOT adalah metode perencanaan strategis yang digunakan untuk mengevaluasi kekuatan (strengths), kelemahan (weaknesses), peluang (opportunities), dan ancaman (threats) dalam suatu proyek atau suatu spekulasi bisnis. Keempat faktor itulah yang membentuk akronim SWOT (strengths, weaknesses, opportunities, dan threats). SWOT akan lebih baik dibahas dengan menggunakan tabel yang dibuat dalam kertas besar, sehingga dapat dianalisis dengan baik hubungan dari setiap aspek. Teknik ini dibuat oleh Albert Humphrey, yang memimpin proyek riset pada Universitas Stanford pada dasawarsa 1960-an dan 1970-an dengan menggunakan data dari perusahaan-perusahaan Fortune 500.

Proses ini melibatkan penentuan tujuan yang spesifik dari spekulasi bisnis atau proyek dan mengidentifikasi faktor internal dan eksternal yang mendukung dan yang tidak dalam mencapai tujuan tersebut. Analisis SWOT dapat diterapkan dengan cara menganalisis dan memilah berbagai hal yang mempengaruhi keempat faktornya, kemudian menerapkannya dalam gambar matrik SWOT, di mana aplikasinya adalah bagaimana kekuatan (strengths) mampu mengambil keuntungan (advantage) dari peluang (opportunities) yang ada, bagaimana cara mengatasi kelemahan (weaknesses) yang mencegah keuntungan (advantage) dari peluang (opportunities) yang ada, selanjutnya bagaimana kekuatan (strengths) mampu menghadapi ancaman (threats) yang ada, dan terakhir adalah bagaimana cara mengatasi kelemahan (weaknesses) yang mampu membuat ancaman (threats) menjadi nyata atau menciptakan sebuah ancaman baru.
.  
1. Faktor Internal (Strength dan Weakness)
Untuk faktor internal atau faktor yang berasal dari dalam terdiri dari dua poin yaitu kekuatan dan kelemahan. Keduanya akan berdampak lebih baik dalam sebuah penelitian ketika kekuatan lebih besar dibandingkan kelemahan. Dengan demikian kekuatan internal yang maksimum jelas akan memberikan hasil penelitian yang jauh lebih baik. Adapun bagian bagian dari faktor internal itu sendiri ialah:
a) Sumber daya yang dimiliki
b) Keuangan atau finansial
c) Kelebihan atau kelemahan internal organisasi
d) Pengalaman-pengalaman organisasi sebelumnya (baik yang berhasil maupun yang gagal)

2. Faktor Eksternal (Opportunities dan Threats)
Ini merupakan faktor dari luar entitas, di mana faktor ini tidak secara langsung terlibat pada apa yang sedang diteliti dan terdiri dari 2 poin yaitu ancaman dan peluang. Adanya peluang serta ancaman ini tentu saja akan memberikan data yang harus dimasukkan dalam jurnal penelitian sehingga menghasilkan strategi untuk menghadapinya. Beberapa poin yang termasuk pada faktor eksternal ialah:
a) Tren
b) Budaya, sosial politik, ideologi, perekonomian
c) Sumber-sumber permodalan
d) Peraturan pemerintah
e) Perkembangan teknologi
f) Peristiwa-peristiwa yang terjadi
g) Lingkungan

B. TEQBALL

Teqball adalah jenis olahraga campuran dari sepak bola dan tenis meja yang dimainkan 2-4 pemain, dimainkan di atas meja melengkung dan pemain tidak boleh menyentuh bola dengan tangan. Teqball diciptakan pada tahun 2014 di Hunggaria. Teqball, salah satu olahraga yang paling cepat berkembang di dunia, Teqball saat ini sangat populer di masyarakat Eropa, utamanya disejumlah negara seperti Jerman, Inggris dan Belanda. Saat ini Teqball telah memiliki federasi teqball di 40 negara di dunia. Pertama kali Teqball masuk ke Indonesia saat menjadi tuan rumah Asian Games 2018. Sekarang Indonesia telah memiliki Organisasi Teqball yaitu Pengurus Pusat Indonesia Teqbal (PP InaTeq).

C. ANALYSIS SWOT TEQBALL DI INDONESIA

Analysis swot teqball di indonesia ini merupakan metode perencanaan strategis yang digunakan untuk mengevaluasi kekuatan (strengths), kelemahan (weaknesses), peluang (opportunities), dan ancaman (threats) dalam olahraga Teqball. Analisis ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor eksternal dan faktor internal yang mendukung untuk kemajuan / perkembangan olahraga Teqball di Indonesia.

Dalam menganalisis olahraga teqball,  seluruh faktor-faktor yang ada disesuaikan dengan Grand Design Pembangunan Olahraga Nasional Tahun 2010 s.d 2024 Bidang Olahraga Prestasi dalam mewujudkan visi olahraga tahun 2025 yaitu “ Mewujudkan Kejayaan Prestasi Olahraga Indonesia di Ajang Internasional”. Berikut Analysis SWOT Teqball di indonesia:

1) Faktor Internal (Strength dan Weakness)

a) Sumber daya yang dimiliki

STRENGTH
  • SDM (Sumber Daya Manusia) di Indonesia selain memiliki jumlah Penduduk yang besar, Indonesia memiliki pakar–pakar/ahli/praktisi/pelatih/akademisi bidang keolahragaan yang sangat berkompetensi dan ini merupakan kekuatan besar untuk berkembangnya olahraga Teqball di Indonesia sebagai Olahraga Prestasi, Olahraga Pendidikan, Olahraga Kesehatan dan Olahraga Rekreasi.
  • SDA (Sumber Daya Alam) di Indonesia yang luas, indah dan menarik dengan keanekaragaman budaya, lingkungan yang yang beragam. Indonesia merupakan Negara yang masyarakatnya yang “Homoludence” merupakan kekuatan dalam berkembangya olahraga teqball di Indonesia. Bahkan, olahraga Teqball sendiri dapat menjadi daya tarik dan meningkatkan pariwisata yang ada di Indonesia.
WEAKNESS
  • Minimnya Frekuensi, intensitas dan waktu pelaksanaan Sosialisasi/pelatihan wasit dan atlit pada olahraga Teqball.
  • Minimnya para pakar/ahli/praktisi/pelatih/akademisi yang berminat dan bersungguh-sungguh untuk mengembangkan olahraga Teqball di Indonesia
  • Minimya kerjasama yang sinergi terhadap para Stake Holder, Akademisi dan para pengusaha.
  • Minimnya upaya untuk mengeksplorasi potensi sosial dan budaya yang terkait dengan upaya pembinaan dan pengembangan olahraga teqball.
  • Minimnya Sosialisasi olahraga teqball pada bidang Pendidikan (Sekolah /Perguruan Tinggi Swasta dan Negeri), bidang pariwisata dan bidang kesehatan.
b) Keuangan atau finansial

STRENGTH
Di Indonesia sebagai negara berkembang, khususnya dalam bidang Keolahragaan dalam hal kekuatan finansial atau keuangan sangat stabil, dapat kita lihat dengan banyaknya olahraga baru yang telah masuk ke Indonesia yang sudah menjadi olahraga yang sangat populer di Indonesia (misalnya: Futsal, Petanque, Gate ball, dll.) dan banyaknya event-event Olahraga yang telah dilaksanakan di Indonesia berskala Nasional dan Internasional. Hal ini menggambarkan kekuatan bahwa Olahraga Teqball sebagai olahraga baru dapat disokong dalam hal keuangan atau finansial.

WEAKNESS
  • Sistem Manajemen Pengelolaan Keuangan (AD/RT) olahraga Teqball
  • Sumber Keuangan Olahraga Teqball (Pemerintah, Masyarakat, Sponsor) 
  • Belum adanya implementasi dan perhatian kebijakan pemerintah pusat dan daerah dalam menyikapi finansial atau keuangan Teqball
c) Organisasi

STRENGTH

Olahraga Teqball telah memiliki Organisasi/Federasi tingkat internasional Teqball yaitu Fédération Internationale de Teqball ( FITEQ ). Di Indonesia sendiri, Organisasi Olahraga Teqball sudah ada yaitu Pengurus Pusat Indonesia Teqbal (PP InaTeq). Teqball telah memiliki federasi teqball di 40 negara di dunia, hal ini merupakan kekuatan olahraga Teqball dapat berkembang di Negara-Negara Asia khusunya Negara Indonesia.

WEAKNESS
  • Belum jelasnya Visi dan Misi PP InaTeq sebagai organisasi olahraga Teqball.
  • Kurangnya koordinasi dan sinergi antar lembaga pemerintah, lembaga pendidikan (Negeri dan Swasta), lembaga keolahragaan, dll. di Indonesia.
  • Masih rendahnya pengelolaan dan manajemen Organisasi olahraga Teqball
  • Belum ada Pengurus InaTeq di Provinsi lain (kota dan daerah kabupaten) di Indonesia.
  • Tidak adanya Komunitas/klub-klub teqball di Indonesia.
  • Tidak adanya sarana dan prasarana/lembaga untuk mendukung pemasalahan, pembibitan, pemusatan latihan, laboratorium penelitian dan pengkajian IPTEK tentang olahraga Teqball.
  • Sistem sosialisasi/kompetensi yang tidak berkesinambungan.
  • Kurangnya sistem informasi keolahragaan
2) Faktor Eksternal (Opportunities dan Threats)

OPPORTUNITY

Adapun yang menjadi peluang berkembangnya olahraga Teqball di Indonesia sebagai berikut:
  1. Di Indonesia Olahraga merupakan : (a) salah satu wadah pembentukan watak, disiplin, prestasi, sportivitas dan kepribadian bangsa, (b) Menjadikan olahraga sebagai satu kekuatan pembangunan yang penting bagi peningkatan produktivitas, daya saing dan kinerja ekonomi Indonesia di era globalisasi dan era pasar bebas, dan (c) Peluang bisnis di bidang olahraga dan menjadikan olahraga sebagai salah satu komoditas unggulan ekononmi Indonesia.
  2. Masyarakat Indonesia yang “Homoludence”. Senang bermain Sepakbola, tennis meja dan sepak takraw (olahraga yang telah lama dimainkan masyarakat Indonesia) yg merupakan olahraga kombinasi dari Olahraga Teqball.
  3. Jumlah pakar–pakar/ahli/praktisi/pelatih/akademisi berkompetensi bidang keolahragaan yang tersebar di seluruh Indonesia.
  4. Teqball sebagai Khasanah dalam sistem Keolahragaan di Indonesia yaitu Olahraga Prestasi, Olahraga Pendidikan, Olahraga Pariwisata dan Olahraga Kesehatan.
  5. Pertumbuhan wisata olahraga (Olahraga Rekreasi) dengan memanfaatkan keindahan dan kekayaan alam Indonesia, Teqball berpeluang maju pesat sejalan dengan kemajuan pariwisata di Indonesia.
  6. Adanya potensi kolaborasi antara olahraga Teqball dengan budaya masyarakat Indonesia sebagai salah satu daya tarik pariwisata.
  7. Kemauan politik pemerintah yang mendukung peningkatan prestasi olahraga dengan diakuinya pelatih sebagai tenaga fungsional yang berstatus PNS.
  8. Reputasi bebarapa cabang olahraga baru berkembang di Indonesia yang sudah mendunia.
Delapan peluang diatas merupakan point yang dapat dikatakan juga sebagai peluang Olahraga Teqball menjadi Populer dan berkembang pesat di Masyarakat Indonesia dan bukan hanya itu, tetapi  dapat menghasilkan segudang prestasi pada Sistem Keolahragaan di Indonesia yaitu bidang Olahraga Prestasi, Olahraga Pendidikan, Olahraga Pariwisata dan Olahraga Kesehatan.

THREATS

Adapun yang menjadi ancaman berkembangnya olahraga Teqball di Indonesia sebagai berikut:
  1. Masalah sarana dan Prasarana/ Alat Perlengkapan olahraga Teqball yang terbilang Mahal standar masyarakat Indonesia, khususnya harga meja melengkung Teqball yang mahal, dapat menyurutkan minat dan motivasi untuk mengembangkan olahraga Teqball di Indonesia.
  2. Kurang profesionalnya cara, sistem, dan manajeman pengelolaan olahraga Teqball di Indonesia, serta kurang terpadunya dan selarasnya penjabaran kebijaksanaan pembinaan olahraga Teqqball, baik ditingkat daerah maupun nasional, maka akan mengancam upaya perkembangan  olahraga Teqball di Indonesia
  3. Tertinggalnya Negara Indonesia dengan negara – negara ASEAN dan dari negara lainnya, termasuk profesi dan tenaga kerja di bidang olahraga Indonesia.
  4. Mengancam tercapainya prestasi dan khasanah Sistem Keolahragaan Indonesia.
  5. Ketergantungan yang besar terhadap pendanaan olahraga dari APBD dan APBN.
  6. Masih belum adanya persepsi yang sama dari seluruh pengambil keuputusan dan kebijakan sehingga tidak meratanya pembinaan dan pengembangan olahraga Teqball
  7. Percepatan peningkatan prestasi olahraga negara tetangga.
Demikianlah analisis SWOT Olahraga di Indonesia, khususnya Olahraga Teqball. Saya sangat berharap semoga bermanfaat bagi Perkembangan Olahraga Teqball di Indonesia. Semoga Sistem Keolahragaan di Indonesia terus Jaya dan sukses. Salam Olahraga.

#teqball #teqballindonesia #pendidikanolahraga

Referensi:
  • https://id.wikipedia.org/wiki/Analisis_SWOT
  • https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/0/0b/SWOT_en.svg/326px-SWOT_en.svg.png
  • https://www.jurnal.id/id/blog/2017-manfaat-faktor-yang-memengaruhi-dan-contoh-analisis-swot/
  • https://arham892.blogspot.com/
  • http://ekonominator.blogspot.com/2016/05/kewirausahaan-olahraga-analisa-swot.html

Saturday 30 November 2019

MUSIK DALAM OLAHRAGA

MUSIK DALAM OLAHRAGA
(Conceptual)

Halo apa kabar gaess...?? Semoga kalian semua senantiasa sehat selalu. Amin. Baiklah postingan kali ini akan membahas mengenai musik dan olahraga. Sebelumnya, Saya ingin cerita sedikit kenapa judul postingan kali ini tentang musik dalam olahraga. Beberapa hari yang lalu saya menonton video di you tube, dalam video itu ada seorang pemuda millenial melakukan aksi joget yang membuat saya terheran-heran dan luar biasa. menurut saya pemuda itu melakukan joget (gerakan) yang didalamnya seperti gerakan dalam Olahraga yang memiliki unsur biomotor ability seperti kekuatan (strenght), kelentukan (flexybility), daya tahan (endurance), dan sebagainya. Pemuda tersebut melakukan gerakan (joget) tersebut tanpa terlihat kelelahan, malah semakin gembira dan bersemangat. Kemudian setelah saya perhatikan lagi dengan seksama, ternyata dibalik kesuksesan joget (gerakan) yang dia lakukan itu (terakhir saya lihat videonya sudah 1.353.031 x ditonton) ada unsur yang sangat membantu performancenya, yaitu Musik yang dihasilkan dari sang penabuk gendang yang sangat luar biasa. Alhasil saya bertanya-tanya sendiri dan mulai mencari referensi tentang musik dan olahraga. Berikutnya, inilah beberapa referensi yang saya temukan, selamat membaca gaess.... 


Sebelum kita lebih jauh membahas mengenai musik dalam olahraga. Berikut beberapa defenisi pendapat para ahli tentang musik dan olahraga.

Musik

Musik adalah suara yang disusun sedemikian rupa sehingga mengandung irama, lagu, nada, dan keharmonisan terutama dari suara yang dihasilkan dari alat-alat yang dapat menghasilkan irama. (https://id.wikipedia.org/wiki/Musik)

Menurut Karageorghis (2017:5) A piece of music, however, requires the careful organization of a number of elements: melody, harmony, rhythm, tempo, meter, timbre, and dynamics (Potongan Musik, bagaimanapun, membutuhkan pengaturan yang cermat dari sejumlah elemen: melodi, harmoni, ritme, tempo, meter, timbre, dan dinamika).

Menurut Departemen Education (2002:17) Prinsip-prinsip musik yaitu:
  1. Musik dipelajari lebih mudah jika siswa ditawari lingkungan kaya musik.
  2. Musik berkontribusi pada pengembangan bahasa, matematika, keterampilan ilmiah dan pencapaian keseluruhan.
  3. Musik mengembangkan imajinasi dan kreativitas.
  4. Musik mengembangkan konsep diri, ekspresi diri, disiplin diri dan keterampilan sosial yang positif.
  5. Musik mengembangkan kesadaran dan ekspresi estetika.
  6. Musik mengembangkan keterampilan psikomotorik
  7. Musik bermanfaat bagi komunitas individu dan umat manusia dengan:
  • memberikan keterampilan yang penting untuk hidup dalam masyarakat saat ini
  • menyediakan kesempatan rekreasi seumur hidup yang menyenangkan
  • menyediakan peluang karir
  • mendorong keterlibatan masyarakat dengan berpartisipasi sebagai pemain atau pendengar
  • mempromosikan apresiasi historis atas warisan budaya kita sendiri dan lainnya
  • mengkomunikasikan perasaan yang memfasilitasi pemahaman internasional.
Para pelaku Musik sebagai berikut :  artist, instrumentalist, interpreter, minstrel, music maker, performer, player, trabour Kinds of musicians: accompanist, arranger, backup, bandman, bassist, brass, bulgar, cellist, clarinettist, composer, conductor, cymbalist, drummer, electro-acoustician, fiddler, flautist, guitarist, hurdy-gurdy man, jazz, lyricist, mariachi, oboist, orchestral, orchestrator, organist, percussionist, scorer, singer, solo, songwriter, string, strummer, swing, symphonist, trombonist, trumpeter, violinist, violist, vocalist, wind performing musicians: band, chamber, diva, duet, rock band, septet, sextet, soloists, symphony.

OLAHRAGA

Menurut Stewart (2007: 7) Sport is important to people in many ways. It provides an ideal forum for expressing one’s physicality; it improves fitness, and builds social networks, particularly when played in a club setting. In professional sport, team games are particularly popular because they meet a deep-seated need for tribal identity, and provide an archetypal ritual where fans can re-live ancient ceremonies and social practices (Olahraga penting bagi orang dalam banyak hal. Ini menyediakan forum yang ideal untuk mengekspresikan fisik seseorang; itu meningkatkan kebugaran, dan membangun jejaring sosial, terutama ketika dimainkan dalam pengaturan klub. Dalam olahraga profesional, permainan tim sangat populer karena memenuhi kebutuhan identitas suku yang mendalam, dan menyediakan ritual pola dasar di mana penggemar dapat menghidupkan kembali upacara kuno dan praktik sosial).

Menurut Hoye, dkk (2015:5) Sport engenders unique behaviours in people, such as emulating their sporting heroes in play, wearing the uniform of their favourite player, or purchasing the products that sporting celebrities endorse. This vicarious identification with the skills, abilities and lifestyles of sports people can be used by sport managers and allied industries to influence the purchasing decisions of individuals who follow sport (Olahraga menimbulkan perilaku unik pada orang, seperti meniru pahlawan olahraga mereka dalam permainan, mengenakan seragam pemain favorit mereka, atau membeli produk-produk yang disokong oleh selebritas olahraga. Identifikasi perwakilan ini dengan keterampilan, kemampuan, dan gaya hidup olahragawan dapat digunakan oleh manajer olahraga dan industri sekutu untuk memengaruhi keputusan pembelian individu yang mengikuti olahraga)

Menurut Bergsgard, Houlihan, Mangset, Nodland and Rommetvedt (2007) dalam Russell Hoye,dkk. (2010) berpendapat bahwa pemerintah nasional menganggap olahraga sebagai aspek penting dari kegiatan ekonomi dan sosial karena tiga alasan: 
  • Pertama, olahraga memiliki makna budaya yang kuat bagi sebagian besar negara maju, yang ditunjukkan oleh jumlah perhatian media yang ditujukan untuk keberhasilan tim nasional dan dukungan untuk pembangunan stadion utama dan infrastruktur olahraga lainnya dengan dana publik. 
  • Kedua, olahraga dianggap sebagai sumber daya yang dapat digunakan untuk membantu memberikan tujuan non-olahraga, seperti menunjukkan kekuatan politik, memerangi pengucilan sosial, mengurangi obesitas pada masa kanak-kanak, meningkatkan pembangunan ekonomi dan memfasilitasi regenerasi kota. 
  • Ketiga, olahraga adalah multidimensi karena bukan hanya pelayanan publik, tetapi juga aspek penting dari penyediaan kesejahteraan dan aspek kegiatan ekonomi. Dengan demikian, dapat berkontribusi dalam banyak hal untuk pencapaian tujuan pemerintah di luar kebijakan olahraga yang difokuskan pada aspek instrumental olahraga, seperti meningkatkan kinerja atlet elit dan meningkatkan partisipasi dalam olahraga.

MUSIK DALAM OLAHRAGA 

Pengalaman empiris McLeod (2011) dalam bukunya mengatakan: As I gave the matter more thought, I realized that a host of pop anthems from “We Are the Champions” to “Rock and Roll Part 2” are played or sung regularly at sporting events around the world and that, particularly in those contexts, they are often important in constructing and problematizing various identities. From there I began to understand that music and sports intersect on many levels and that, almost invariably, this nexus served to construct, contest and/or promote one identity or another. For me, this realization was significant, in that it represented a potentially important fusion of the seemingly disparate realms of athletic and artistic cultures that, despite a recent emphasis on academic interdisciplinarity, are typically only addressed in discreet studies. I offer this work in the hopes that it will add one more piece to the puzzle of understanding the full scope and reach of music’s powers (Ketika saya memikirkan masalah ini lebih lanjut, saya menyadari bahwa sejumlah lagu kebangsaan pop dari "We Are the Champions" hingga "Rock and Roll Part 2" dimainkan atau dinyanyikan secara teratur di acara-acara olahraga di seluruh dunia dan itu, terutama dalam konteks itu, mereka sering penting dalam membangun dan mempersoalkan berbagai identitas. Dari sana saya mulai memahami bahwa musik dan olahraga bersinggungan pada banyak tingkatan dan bahwa, hampir selalu, perhubungan ini berfungsi untuk membangun, memperebutkan dan / atau mempromosikan satu identitas atau lainnya. Bagi saya, realisasi ini sangat penting, karena hal itu mewakili potensi perpaduan yang penting dari ranah budaya atletik dan artistik yang tampaknya berbeda, yang, meskipun baru-baru ini ditekankan pada interdisipliner akademik, biasanya hanya dibahas dalam studi yang cermat. Saya menawarkan karya ini dengan harapan akan menambah satu lagi teka-teki untuk memahami ruang lingkup penuh dan jangkauan kekuatan musik)

Lebih Lanjut, menurut Anthony Bateman and John Bale (2009:43) tentang musik dalam olahraga sebagai berikut: Psychomusicological research has broadened during the last two decades to include research in a variety of social contexts. One such social context that has attracted a considerable amount of interest is sport and exercise. There is burgeoning amount of evidence to suggest that music can have significant psychophysical effects and act as an ergogenic aid if certain conditions are satisfied. Indeed, Karageorghis and Terry contended that, ‘music is an untapped source of both motivation and inspiration for sport and exercise participants’. The same authors suggested that motor performance could be facilitated by music in a number of ways. For example, music has the capacity to act as a legal stimulant or sedative and can enhance both pre-task and in-task affect (i.e. feelings of pleasure/displeasure). Further, music stimulates the right hemisphere of the brain, which facilitates cognitive tasks such as imagery and mental rehearsal. According to Karageorghis et al. factors that contribute to the motivational qualities of music include rhythm response, musicality, cultural impact, and association (Penelitian psikomusikologis telah diperluas selama dua dekade terakhir untuk memasukkan penelitian dalam berbagai konteks sosial. Salah satu konteks sosial yang telah menarik minat banyak orang adalah olahraga dan olahraga. Ada banyak bukti yang menunjukkan bahwa musik dapat memiliki efek psikofisik yang signifikan dan bertindak sebagai bantuan ergogenik jika kondisi tertentu dipenuhi. Memang, Karageorghis dan Terry berpendapat bahwa, "musik adalah sumber motivasi dan inspirasi yang belum dimanfaatkan untuk peserta olahraga dan olahraga". Penulis yang sama menyarankan bahwa kinerja motor dapat difasilitasi oleh musik dalam beberapa cara. Sebagai contoh, musik memiliki kapasitas untuk bertindak sebagai stimulan hukum atau obat penenang dan dapat meningkatkan efek pra-tugas dan dalam-tugas (yaitu perasaan kesenangan / ketidaksenangan). Lebih jauh, musik merangsang belahan kanan otak, yang memfasilitasi tugas-tugas kognitif seperti pencitraan dan latihan mental. Menurut Karageorghis et al. faktor-faktor yang berkontribusi terhadap kualitas motivasi musik termasuk respons irama, musikalitas, dampak budaya, dan asosiasi).

Menurut McLeod (2011:56) Despite the widespread use of music to accompany exercise, there is little evidence to support the positive effects of music on physical performance. Very little research, for example, has investigated the influence of music on physical strength. One exception is a 1981 study that used 33 male and 16 female undergraduate students to compare the influence of stimulative music, sedative music, and silence (no music) on measured grip strength. The results concluded that sedative music may actually decrease one’s grip strength and hence one’s muscular fitness training potential. However, no statistically significant difference was observed between stimulative music and silence. Similar studies on the effects of music on exercise performance have produced inconsistent data. Music has been shown to improve muscular endurance in junior high students doing sit-ups and college women doing push-ups. Similarly, university-aged men and women were able to walk farther and with less effort when exercising to music than they were with no music. However, music was observed to exhibit no significant physiological influence on bicycle performance in untrained university men and women, though the subjects felt they had performed better with music. Indeed, while the actual physiological benefits of exercising to music may be inconclusive, it is through its capacity to increase enjoyment, and hence compliance to a fitness program, that music is likely to contribute to long-term physical benefits. In 1986 one study, for example, found that upbeat music significantly decreased feelings of anger, fatigue, and depression in comparison with slower music (Terlepas dari meluasnya penggunaan musik untuk mengiringi olahraga, ada sedikit bukti untuk mendukung efek positif musik pada kinerja fisik. Sangat sedikit penelitian, misalnya, yang meneliti pengaruh musik terhadap kekuatan fisik. Satu pengecualian adalah sebuah studi tahun 1981 yang menggunakan 33 pria dan 16 mahasiswa wanita untuk membandingkan pengaruh musik stimulatif, musik penenang, dan keheningan (tanpa musik) pada kekuatan cengkeraman yang diukur. Hasilnya menyimpulkan bahwa musik obat penenang sebenarnya dapat mengurangi kekuatan genggaman seseorang dan karenanya potensi pelatihan kebugaran otot seseorang. Namun, tidak ada perbedaan yang signifikan secara statistik yang diamati antara musik stimulatif dan keheningan. Studi serupa tentang efek musik pada kinerja latihan telah menghasilkan data yang tidak konsisten. Musik telah terbukti meningkatkan daya tahan otot pada siswa SMP yang melakukan sit-up dan wanita yang melakukan push-up. Demikian pula, pria dan wanita usia universitas mampu berjalan lebih jauh dan dengan lebih sedikit usaha ketika berolahraga untuk musik daripada mereka tanpa musik. Namun, musik diamati menunjukkan tidak ada pengaruh fisiologis yang signifikan terhadap kinerja sepeda pada pria dan wanita universitas yang tidak terlatih, meskipun subjek merasa mereka telah tampil lebih baik dengan musik. Memang, sementara manfaat fisiologis aktual dari berolahraga untuk musik mungkin tidak meyakinkan, itu adalah melalui kapasitasnya untuk meningkatkan kenikmatan, dan karenanya kepatuhan terhadap program kebugaran, musik cenderung berkontribusi untuk manfaat fisik jangka panjang. Pada tahun 1986 satu studi, misalnya, menemukan bahwa musik yang ceria secara signifikan mengurangi perasaan marah, kelelahan, dan depresi dibandingkan dengan musik yang lebih lambat).

Menurut Anthony Bateman and John Bale (2009:15) Dalam bidang olahraga dan latihan, para peneliti terutama mengeksplorasi efek psikologis, psikofisik dan ergogenik dari musik. Efek psikologis mengacu pada bagaimana musik memengaruhi suasana hati, emosi, memengaruhi (perasaan senang atau tidak senang), kognisi (proses berpikir), dan perilaku. Efek psikofisik dari musik mengacu pada persepsi psikologis dari upaya fisik yang diukur dengan peringkat dari tenaga yang dirasakan (RPE).



PENGGUNAAN MUSIK DALAM EXERCISE DAN OLAHRAGA

Dalam kehidupan sehari-hari saya pribadi saat berolahraga kadang merasakan ada sesuatu yang kurang jika tidak diiringi musik. Saya yakin kalianpun mersakan hal yang sama dengan saya. Saat berolahraga diiringi musik (seperti di Gym) saya merasakan motivasi dan semakin semangat untuk melanjutkan latihan, merasa semakin kuat. Namun kita tidak dapat memahami mengapa dan kenapa hal itu bisa terjadi. 

Menurut Karageorghis (2017:15) Musik digunakan dalam tiga cara utama dalam olahraga dan olahraga: sinkron, asinkron, dan pra-tugas. Aplikasi musik yang sinkron ditandai dengan penggunaan aspek ritmis, atau temporal, musik sebagai jenis metronom yang mengatur pola gerakan. Misalnya, dalam renang yang disinkronkan, para atlet berusaha untuk menjaga rutinitas tarian akuatik mereka pada waktu yang tepat dengan musik yang menyertainya. 

Menurut Karageorghis (2017:12) Fenomena budaya musik dan olahraga digabungkan secara mulus di acara-acara zaman modern sampai-sampai semuanya tampak berjalan seiring. Pelatih ledakan musik di ruang ganti untuk mengilhami pemain dengan tujuan bersama. DJ profesional direkrut untuk membuat pilihan yang melibatkan pendukung dan membangunkan para pemain saat mereka memasuki medan pertempuran. Juga, banyak tim telah mengadopsi lagu kebangsaan mereka sendiri atau lagu tanda tangan yang meningkatkan rasa identitas dan semangat mereka. Misalnya, Stadion St Mary di Southampton FC berayun ke favorit Dixieland "When The Saints Go Marching In," sedangkan Stadion Anfield di Liverpool FC bergema pada lagu "You Never Never Walk Alone," sebuah lagu yang dipopulerkan oleh kelompok Liverpudlian Gerry dan Pacemaker di awal 1960-an.

Menurut McLeod. (2011: 11) salah satu manifestasi paling umum dari kesamaan antara musik dan atletik terjadi melalui latihan menari. Ciri khas utama dari tarian adalah bahwa ia selalu melibatkan gerakan dan aktivitas fisik manusia dan pada dasarnya disertai dengan suara musik. Bagi orang Yunani kuno, nyatanya, musik, tarian, dan puisi diwakili oleh mousik art (seni Muses).

Menurut Thomson (2014:1) Some situations will define an athlete's career more than others: consider the importance of events like the Olympics, the World Cup, Wimbledon, or the Super Bowl. In the same way, musicians face the build-up of intensity and stress around career-defining performances like auditions, competitions, and recitals. While walking out onto the stage, they bring with them years of experience, family influence and pressure, ambition and self-desire, and hours and years of preparation and dedication. Unlike finding themselves in potentially gamewinning scenarios, their repertoire is pre-planned and intimately familiar. There will be crucial moments of dazzling technical display or most poignant expressive turning points, however, upon which their success will be judged by themselves, their audience, colleagues, potential employers, and adjudicators (Beberapa situasi akan mendefinisikan karier seorang atlet lebih dari yang lain: pertimbangkan pentingnya acara seperti Olimpiade, Piala Dunia, Wimbledon, atau Super Bowl. Dengan cara yang sama, musisi menghadapi peningkatan intensitas dan stres di sekitar pertunjukan yang menentukan karier seperti audisi, kompetisi, dan resital. Sambil berjalan ke atas panggung, mereka membawa pengalaman bertahun-tahun, pengaruh dan tekanan keluarga, ambisi dan keinginan diri, dan persiapan serta dedikasi selama berjam-jam. Tidak seperti menemukan diri mereka sendiri dalam skenario yang berpotensi memulainya, repertoar mereka sudah direncanakan sebelumnya dan sangat akrab. Akan ada saat-saat krusial dari tampilan teknis yang memesona atau titik balik paling ekspresif yang mengharukan, di mana keberhasilan mereka akan dinilai sendiri, audiens, kolega, calon atasan, dan adjudicator mereka).

Menurut Anthony Bateman and John Bale (2009:3) Pada tahun 1993 sebuah makalah diterbitkan dalam Jurnal Sosiologi Olahraga yang menyatakan bahwa 'musik telah menerima sangat sedikit perhatian di antara para sarjana olahraga'. Kemungkinan besar, meskipun kami tidak memiliki bukti, bahwa sebuah makalah dalam jurnal musik mungkin telah menerbitkan pandangan bahwa ahli musik telah mengabaikan olahraga. Tetapi kedua klaim tersebut hanya sebagian yang benar. Musik telah lama hadir dalam olahraga, sementara banyak karya musik telah terinspirasi oleh, atau setidaknya menyinggung, masalah olahraga. 

Sebuah ironi modern, terutama mengingat saya sendiri dari penelitian yang diterbitkan, adalah bahwa banyak badan olahraga yang mengatur melarang penggunaan musik atau saat ini sedang mempertimbangkan untuk melarangnya dalam kompetisi. Sebagai contoh, Asosiasi Federasi Atletik Internasional (IAAF) telah melarang musik sejak tahun 2006 karena, sebagian, karena efek peningkatan kerja yang potensial tetapi juga pada kenyataan bahwa musik dapat sangat memabukkan sehingga menempatkan atlet dalam acara-acara partisipasi massa, seperti sebagai maraton, dalam bahaya. Mereka mungkin bertemu satu sama lain, kehilangan instruksi penting, atau bahkan tertabrak mobil. Selain itu, dalam acara stadion, IAAF prihatin bahwa pelatih mungkin mengirimkan instruksi kepada atlet mereka melalui perangkat musik (Karageorghis, 2017).

Demikianlah postingan kali ini, semoga kita diberi rezeki umur yang panjang oleh Tuhan Yang Maha Esa, sehingga saya bisa melanjutkan pembahasan konsep musik dalam olahraga ini dengan menambahkan beberapa referensi dan materi yang lebih dalam lagi.

Postingan Musik dalam Olahraga ini kupersembahkan khusus kepada Bapak saya; Drs. H. Abdul Hamid Syahban, S.Sos. yg memberi masukan tentang Musik dan Olahraga, saya ucapkan terima kasih. Sekian dan terima kasih untuk semua. Salam Olahraga... Jaya!!

Reference:
  • Anthony Bateman and John Bale. 2009. Sporting Sounds; Relationships between sport and music. London and Newyork: Routledge Taylor & Francis Group
  • Costas I. Karageorghis. 2017. APPLYING MUSIC IN EXERCISE AND SPORT. UK London: Human Kinetics
  • DEPARTMENT OF EDUCATION. 2002.ELEMENTARY MUSIC CURRICULUM GUIDE GRADES 1 TO 6. page 17. Canada: PRINCE EDWARD ISLAND
  • Ken McLeod. 2011. We are the Champions: The Politics of Sports and Popular Music. page ix. England-USA: Ashgate Publishing Limited/Company
  • Russell Hoye, Matthew Nicholson, Barrie Houlihan. 2010. Sport and Policy Issues and Analysis. Butterworth-Heinemann is an imprint of Elsevier: USA
  • Russell Hoye, Aaron C.T. Smith, Matthew Nicholson, and Bob Stewart. 2015. Sport Management Principles and applications FOURTH EDITION. Routledge: New York
  • Thomson, Jonathan. 2014. Training for Performance: Lessons from Sports Psychology Applied to Musical Training, page 91.(https://escholarship.org/uc/item/4ff0n36h)
  • Wikipedia. Musik. Diakses Tanggal 30 November 2019 dari https://id.wikipedia.org/wiki/Musik

Wednesday 27 November 2019

DOPING DALAM OLAHRAGA

Doping dalam Olahraga

Pada tahun 2018-2019 kita mendapat berita tentang beberapa atlit olahraga yang tersandung skandal doping. Contoh berita tentang atlit yang tersandung skandal doping sebagai berikut; 
  1. Atlet lari gawang asal China, Wu Shuijiao dinyatakan positif doping pada bulan Juli 2018,
  2. Petinju kelas berat Inggris Dillian Whyte terancam skorsing delapan tahun jika terbukti menggunakan doping saat mengalahkan Oscar Rivas Minggu (21/7/2019) pagi WIB.
  3. Status tuan rumah yang dimiliki Rusia di Piala Eropa 2020 terancam hilang. Skandal doping menjadi penyebabnya.
  4. Lifter putri kelas 49 kg Acchedya Jaggadhita (atlit angkat besi) dinyatakan gagal tes doping oleh International Weightlifting Federation (IWF).
  5. Mahkamah Arbitrase Olahraga (CAS), selasa waktu setempat, menyatakan sisdang putusan menyangkut klarifikasi badan renang internasional FINA dalam kasusu doping bintang china Sun Yang, ditunda sampai Oktober.
Di atas merupakan beberapa skandal doping yang belum lama terjadi, kelihatannya skandal doping ini menjadi momok yang menakutkan bagi atlit-atlit olahraga di dunia. Sebenarnya skandal doping ini bukan hal yang baru di dalam dunia olahraga, bahkan kasus doping ini menurut sejarah doping dalam olahraga dimulai kurang lebih pada abad ke-19. Nah sekarang tahu kah kalian apa itu doping?? Postingan kali ini kita akan mengenal lebih dekat tentang doping khususnya di bidang keolahragaan.. lets go guyss..

Pengertian Doping
  1. Bab I Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005 tentang Sistem Keolahragaan Nasional mengenai Ketentuan Umum menjelaskan, doping adalah penggunaan zat dan/atau metode terlarang untuk meningkatkan prestasi olahraga.
  2. Doping adalah pemberian obat/bahan secara oral/parental kepada seorang olahragawan dalam kompetisi, dengan tujuan utama untuk meningkatkan prestasi secara tidak wajar (Richard V.Ganslen).
  3. Doping adalah pemberian/penggunaan oleh peserta lomba, berupa bahan yang asing bagi organisme melalui jalan apa saja atau bahan fisiologi dalam jumlah yang abnormal atau diberikan melalui jalan yang abnormal, dengan tujuan meningkatkan prestasi (International Conggres of Sport Sciences; Olympiade Tokyo 1964).
  4. Doping adalah upaya meningkatkan prestasi dengan menggunakan zat atau metode yang dilarang dalam olahraga dan tidak terkait dengan indikasi medis.
  5. Dalam olahraga, doping merujuk pada penggunaan obat peningkat performa oleh para atlet agar dapat meningkatkan performa atlet tersebut. Akibatnya, doping dilarang oleh banyak organisasi olahraga seluruh dunia.
  6. Menurut IOC (Komite Olimpiade Internasional) pada tahun 1990, doping adalah upaya meningkatkan prestasi dengan menggunakan zat atau metode yang dilarang dalam olahraga dan tidak terkait dengan indikasi medis. Alasannya terutama mengacu pada ancaman kesehatan atas obat peningkat performa, kesamaan kesempatan bagi semua atlet dan efek olahraga "bersih" (bebas doping) yang patut dicontoh dalam kehidupan umum. Selain obat, bentuk lain dari doping ialah doping darah, baik melalui transfusi darah maupun penggunaan hormon eritropoietin atau steroid anabolik tetrahidrogestrinon.
  7. Menurut International Congress of Sport Sciences; Olympiade Tokyo 1964 : Doping adalah pemberian/penggunaan oleh peserta lomba berupa bahan yang asing bagi organisme melalui jalan apa saja atau bahan fisiologis dalam jumlah yang abnor-mal atau diberikan melalui jalan yang abnormal, dengan tujuan meningkatkan prestasi.
  8. Doping adalah penggunaan atau pemakaian bahan atau zat-zat faali dalam jumlah banyak yang dimasukan kedalam tubuh dengan cara yang tidak wajar, dengan tujuan khusus yaitu mencapai peningkatan kemampuan secara buatan dalam suatu pertandingan.


Jenis-Jenis Doping
Obat-obatan yang dilarang oleh Badan Anti Doping Dunia dapat dimasukan dalam delapan golongan. Ke delapan golongan tersebut adalah sebagai berikut :
1. Stimulants
Stimulan adalah obat yang digunakan untuk meningkatkan aktivitas fisik dan kewaspadaan dengan meningkatkan gerak jantung dan pernapasan serta meningkatkan fungsi otak. Dengan berkerja pada sistem saraf pusat, stimulan bisa merangsang tubuh baik secara mental dan fisik.
Contohnya adalah adrafinil, kokain, modafinil, pemoline, selegiline Dilarang karena dapat merangsang pikiran atau tubuh, sehingga meningkatkan kinerja dan memberi atlet keuntungan yang tidak adil.
Atlet menggunakannya untuk meningkatkan kemampuan mereka dalam latihan pada tingkat yang optimal, menekan kelelahan tempur dan nafsu makan.
2. Narcotic Analgesics
Analgesik narkotik biasanya mengambil bentuk obat penghilang rasa sakit yang bekerja pada otak dan sumsum tulang belakang untuk mengobati rasa sakit yang terkait dengan stimulus yang menyakitkan.
Contohnya buprenorfin, dextromoramide, heroin, morfin, petidin Analgesik narkotik dilarang karena dapat digunakan untuk mengurangi atau menghilangkan nyeri dirasakan dari cedera atau sakit sehingga untuk membantu atlet dalam latihan yang lebih keras dan untuk jangka waktu yang lama. Bahaya dalam hal ini adalah bahwa obat itu hanya menyembunyikan rasa sakit tidak mengobati sakitnya itu sendiri.
Akibatnya, atlet mungkin memiliki rasa aman yang palsu, dan dengan terus melatih dan bersaing, resiko kesehatan menjadi meningkat. Oleh karena itu obat ini dilarang digunakan dalam kompetisi.
3. Cannabinoids
Cannabinoids adalah bahan kimia psikoaktif berasal dari tanaman ganja yang menyebabkan perasaan relaksasi. Contohnya adalah hashis, minyak hashis, marijuana. Marijuana umumnya tidak dianggap meningkatkan kinerja, tapi dilarang karena penggunaannya merusak citra olahraga. Ada juga faktor keamanan terlibat karena penggunaan ganja dapat melemahkan kemampuan atlet, sehingga mengorbankan keselamatan atlet dan pesaing lainnya. Atlet menggunakannya untuk meningkatkan waktu pemulihan mereka setelah latihan, meningkatkan denyut jantung mereka, mengurangi kelemahan mereka. Obat ini Dilarang dalam kompetisi
4. Anabolic Agents
Anabolik steroid androgenik (AAS) adalah versi sintetis dari hormon testosteron. Testosteron adalah hormon kelamin laki-laki ditemukan dalam jumlah besar pada kebanyakan laki-laki dan di beberapa perempuan.
Anabolik steroid androgenik masuk ke dalam salah satu dari dua kategori: 1) steroid eksogen adalah substansi yang tidak mampu diproduksi oleh tubuh secara alami, dan 2) steroidendogen adalah mereka zat yang mampu diproduksi oleh tubuh secara alami.
Contoh steroid eksogen adalah drostanolone, metenolone dan oksandrolon, sedangkan contoh steroid endogen adalha androstenediol (andro), dehydroepiandrosterone (DHEA) dan testosterone.
Agen anabolik hanya boleh diresepkan untuk penggunaan medis saja. Dilarang karena penggunaan agen anabolik dapat meningkatkan kinerja seorang atlet, memberikan mereka keuntungan yang tidak adil. Kemungkinan lain adalah efek samping yang serius medis bagi pengguna.
Atlet menggunakannya untuk meningkatkan ukuran dan kekuatan otot, mengurangi jumlah waktu yang diperlukan untuk pulih setelah latihan,dan untuk melatih lebih keras dan untuk jangka waktu yang lama. Obat ini dilarang di dalam dan di luar kompetisi
5. Peptides Hormones
Hormon peptida adalah zat yang diproduksi oleh kelenjar dalam tubuh ,dan setelah beredar melalui darah, dapat mempengaruhi organ-organ dan jaringan lain untuk mengubah fungsi tubuh.
Contohnya adalah eritropoietin, hormon pertumbuhan manusia, insulin, corticotrophins Hormon Peptida yang merupakan pelayan pembawa pesan antara organ berbeda, dilarang karena merangsang berbagai fungsi tubuh seperti pertumbuhan, perilaku dan sensitifitas terhadap rasa sakit.
Atlet menggunakannya untuk merangsang produksi hormone alami, meningkatkan pertumbuhan otot dan kekuatan, dan meningkatkan produksi sel darah merah yang bisa meningkatkan kemampuan darah untuk membawa oksigen. Obat ini filarang di dalam dan di luar kompetisi
6. Beta-2 Agonists
Beta-2 agonis adalah obat yang biasa digunakan untuk mengobati asma dengan relaksasi otot-otot yang mengelilingi jalan napas dan membuka saluran udara.
Contohnya bambuterol hidroklorida, hidroklorida reproterol, hidroklorida tulobuterol. Dilarang karena mereka dapat memberikan keuntungan yang sama dengan Stimulan (no 1) atau, jika diberikan ke dalam aliran darah, memiliki efek anabolic (lihat no 4). Atlet menggunakannya untuk meningkatkan ukuran otot mereka dan mengurangi lemak tubuh. Bila dimasukan melalui mulut atau pun dengan suntikan, Beta-2dapat memiliki efek stimulasi yang kuat. Obat ini dilarang di dalam dan di luar kompetisi
7. Masking Agents
Agen masking adalah produk yang berpotensi dapat menyembunyikan keberadaan zat terlarang dalam urin atau sampel lainnya.
Contohnya epitestosterone, dekstran, diuretik, probenesid Dilarang karena Masking Agen dapat menyembunyikan keberadaan zat terlarang dalam urin seorang atlet atau sampel lainnya, yang memungkinkan mereka untuk menutupi penggunaan dan memperoleh keunggulan kompetitif yang tidak adil. Atlet memang menggunakannya untuk menyembunyikan penggunaan zat terlarang dalam proses pengujian. Obat ini dilarang di dalam dan di luar kompetisi
8. Glucocorticosteroids
Dalam pengobatan konvensional, glukokortikosteroid digunakan terutama sebagai obat anti-inflamasi dan untuk meringankan rasa sakit. Mereka umumnya digunakan untuk mengobati asma, demam, peradangan jaringan dan rheumatoid arthritis.
Contohnya deksametason, flutikason, prednison, triamsinolon asetonid danrofleponide Dilarang karena ketika diberikan secara sistemik (ke dalam darah) glukokortikosteroid dapat menghasilkan perasaan euforia, berpotensi memberikan keuntungan yang tidak adil atlet.
Atlet menggunakanya biasanya untuk menutupi rasa sakit yang dirasakan dari cedera dan penyakit. Obat ini dilarang di dalam kompetisi saja.
Dampak Penggunaan Doping Bagi Olahragawan
Berikut ini merupakan dampak buruk  atau bahaya doping bagi orang yang mengkonsumsinya :
  1. Konsumsi obat doping pada atlet dapat meningkatkan prestasi yang melampai batas kemampuan normal. Keadaan ini tidak wajar dan berbahaya, karena rasa letih merupakan peringatan dari tubuh bahwa seseorang tersebut telah sampai batas kemampuannya. Jika dipaksakan bisa menimbulkan “exhaustion” yang membahayakan kesehatan. Overdose dapat berbahaya, dapat menimbulkan kekacauan pikiran, delirium, halusinasi, perilaku ganas, dan juga aritmia jantung yang dapat menimbulkan masalah serius. Untuk mengatasi gejala ini digunakan sedative misalnya diazepam.
  2. Doping dengan suntikan darah akan menimbulkan reaksi alergi, meningkatnya sirkulasi darah di atas normal, dan mungkin gangguan ginjal. Golongan obat peptide hormonis dan analognya dapat berakibat si atlet menderita sakit kepala, perasaan selalu letih, depresi, pembesaran buah dada pada atlet pria, dan mudah tersinggung.
  3. Dampak buruk dari suntikan eritropoetin adalah darah menjadi lebih pekat sehingga mudah menggumpal dan memungkinkan terjadinya stroke (pecahnya pembuluh darah di otak).
  4. Pemakaian deuretika yang terlalu berlebihan dapat menyebabkan pengeluaran garam mineral yang berlebihan. Sehingga mengakibatkan timbulnya kejang otot, mual, sakit kepala, dan pingsan. Pemakaian yang terlalu sering mungkin akan menyebabkan gangguan ginjal dan jantung.
  5. Pemakaian obat analgesic pada atlit perempuan berfungsi menghilangkan rasa sakit ketika haid. Namuan dampak buruknya  jika salah memilih obat bisa menyebabkan sulit bernapas, mual, konsentrasi yang hilang, dan mungkin menimbulkan adiksi atau ketagihan. 
  6. Salah satu jenis obat doping yang paling sering digunakan para atlet adalah obat-obatan anabolik, seperti hormon androgenik steorid. Jenis hormon ini punya efek berbahaya, baik bagi atlet pria maupun atlet perempuan karena mengganggu keseimbangan hormon tubuh dan dapat juga meningkatkan risiko terkena penyakit hati dan jantung. Jika atlit wanita mengkonsumsi obat ini, dapat menyebabkan tumbuhnya sifat pria, seperti berkumis, suara berat, dan serak. Selanjutnya, menimbulkan gangguan menstruasi, perubahan pola distribusi pertumbuhan rambut, mengecilkan ukuran buah dada, dan meningkatkan agresivitas. Bagi atlet remaja, penggunaan obat ini dapat menyebabkan timbulnya jerawat. Dan yang paling mengkhawatirkan adalah pertumbuhannya akan berhenti.
  7. Beta-blockers membendung penyampaikan rangsangan ke jantung, paru-paru dan aliran darah, memperlambat rata-rata detak jantung. Itu dilarang dalam olahraga seperti panahan dan menyelam karena menghindarkan getaran. Efek merugikan yang terjadi antar alain mimpi buruk, susah tidur, kelelahan, depresi, gula darah rendah dan gagal jantung.
  8. HGH  atau Human Growth Hormone (hormon pertumbuhan manusia), somatotrophin. menyamai hormon pertumbuhan dalam darah yang dikendalikan oleh mekanisme kompleks yang merangsang pertumbuhan, membantu sintesa protein dan menghancurkan lemak. HGH disalahgunakan oleh saingan untuk merangsang otot dan pertumbuhan jaringan. Efek yang merugikan termasuk kelebihan kadar glukosa, akumulasi cairan, sakit jantung, masalah sendi dan jaringan pengikat, kadar lemak tinggi, lemahnya otot, aktivitas thyroid yang rendah dan cacat.

Lembaga-Lembaga Doping Olahraga
  • World Anti-Doping Agency (disingkat WADA) adalah sebuah badan yang dibentuk atas prakarsa Komite Olimpiade Internasional (IOC) pada 10 November 1999 di Lausanne, Swiss untuk memerangi penggunaan obat-obatan terlarang dalam olahraga.
  • Lembaga Anti Doping Indonesia yang selanjutnya disebut LADI adalah lembaga mandiri di tingkat nasional yang membantu Menteri dalam pelaksanaan ketentuan anti doping di Indonesia. LADI mempunyai tugas diantaranya menetapkan peraturan doping sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dan The Code dari World Anti Doping Agency, disertai mekanisme pemberian sanksi.

Jadi doping mempunyai dampak  negatif dibidang Keolahragaan, bila digunakan maka atlit atau pelatih tersebut tidak "fair play". Doping telah menelan banyak korban di kalangan olahraga maksud tujuan mencapai prestasi malah justru sebaliknya. Maka di harapkan jangan menggunakan doping hanya untuk manfaat diluar manfaat doping tersebut. 

Demikianlah postingan kita kali ini mengenai doping dalam olahraga, semoga bermanfaat. salam Olahraga... JAYA!!

Referensi

  1. https://sports.sindonews.com/read/1424153/50/dibayangi-sanksi-8-tahun-karier-tinju-dillian-whyte-terancam-habis-1564144531
  2. https://sports.sindonews.com/read/1369474/51/atlet-china-peraih-medali-emas-asian-games-tersandung-kasus-doping-1547124666
  3. https://sport.detik.com/sepakbola/bola-dunia/d-4799619/skandal-doping-ancam-status-tuan-rumah-rusia-di-piala-eropa-2020
  4. https://sport.detik.com/sport-lain/d-4457979/atlet-angkat-besi-tersangkut-doping-menpora-kaget?_ga=2.58718442.1792829216.1574834556-1798676122.1574834556
  5. https://www.antaranews.com/berita/1022922/sidang-doping-perenang-sun-yang-ditunda-oktober
  6. https://bnn.go.id/atlet-perlu-edukasi-tentang-bahaya-doping-dan-narkoba/
  7. https://id.wikipedia.org/wiki/Doping
  8. http://calon-dokter.blogspot.com/2008/06/beberapa-obat-doping.html
  9. https://tamamijaya.blogspot.com/2011/10/perang-melawan-doping-dalam-olahraga.html
  10. http://ladi.or.id/tipe2/index.php?option=com_content&task=view&id=77&Itemid=55
  11. http://tyoteye.multiply.com/journal/item/2
  12. http://ladi.or.id/tipe2/index.php?option=com_content&task=view&id=75&Itemid=58
  13. http://krm7zakyblog.blogspot.com/2009/12/beberapa-macam-macam-obat-doping.html
  14. http://cakmoki86.wordpress.com/2008/01/13/doping-mengejar-prestasi-menuai-sangsi/
  15. http://simbolonbermanhot.blogspot.com/2013/05/vitamin.html#sthash.h9Uehu3M.dpuf
  16. https://media.graytvinc.com/images/810*455/OLYMPIC+DOPING.jpg
  17. https://id.wikipedia.org/wiki/World_Anti-Doping_Agency
  18. https://assets-a2.kompasiana.com/items/album/2017/08/15/logo-wada-599251e9894eb16fee6942f2.png?t=o&v=350
  19. https://encrypted-tbn0.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcRELqeliYtR9gZLxsEg4KHK-MRNniCSh83b3QVPy4Zh-LbgSGtl&s
  20. http://ditjenpp.kemenkumham.go.id/arsip/bn/2017/bn831-2017.pdf

ARCHERY

  ARCHERY ARCHERY ACCORDING TO EXPERTS Archery is a static sport with a stable sequence of movements throughout the shot [1].  The sport of ...

OnClickAntiAd-Block