Friday, 21 December 2018

Gerakan Pemanasan (Warming-up)

Hai para sahabat pecinta Olahraga biasanya sebelum melakukan olahraga kita diwajibkan  menyiapkan kondisi tubuh atau fisik dalam kondisi siap melakukan olahraga. Biasanya berupa gerakan-gerakan kecil sebelum melakukan gerakan inti yang biasa disebut dengan Gerakan pemanasan (Warming-up). 

Gerakan Pemanasan (Warming-up) adalah  gerakan-gerakan yang dilakukan secara sistematis dan mempunyai tujuan yang bisa menghindari cidera pada kegiatan olahraga. Menurut Pescatell, dkk. (2014:164) Pemanasan adalah fase transisi yang memungkinkan tubuh menyesuaikan diri dengan tuntutan fisiologis, biomekanik, dan bioenergi yang berubah dari fase pengkondisian atau olahraga pada sesi latihan. Pemanasan juga meningkatkan range of movement (ROM) dan dapat mengurangi risiko cedera. 

Tujuan dari Gerakan Pemanasan tidak lain agar kecelakaan atau cidera dalam olahraga bisa dihindari seminimal mungkin, kegiatan pemanasan meningkatkan suhu otot dan aliran darah lokal dan mempromosikan respons kardiovaskular yang tepat untuk berolahraga (Pescatello, 2014:95). Lebih lanjut menurut Martens (2012:239) Adapun manfaat kita melakukan pemanasan (warming-up)  diantaranya:
  1. Peningkatan suhu tubuh dan jaringan
  2. Peningkatan aliran darah melalui otot
  3. Peningkatan denyut jantung, mempersiapkan sistem kardiovaskular untuk bekerja
  4. Peningkatan laju pelepasan energi dari sel
  5. Speed Peningkatan kecepatan di mana impuls saraf berjalan, dan dengan demikian peningkatan kecepatan dan efisiensi dengan mana otot berkontraksi dan rileks
  6. Mengurangi viskositas cairan sendi, meningkatkan rentang gerak sebanyak 20 persen
  7. Berkurangnya risiko cedera pada otot 
Gerakan Pemanasan dilakukan sesuai kebutuhan aktifitas fisik/cabang olahraga yang akan dilakukan. Seperti yang dijelaskan oleh Gambetta (2007:254) Warm-up consists of multiple stages that fall into two broad categories: general warm-up and specific warm-up. The stages are not equally divided; the proportion is usually 75 to 80 percent general to 20 to 25 percent specific. The specific warm-up segment is usually the first segment of actual practice; it consists of sport-specific activities usually done at a lower intensity. The stages of warm-up are sequenced to work from the ground up and the core out. There is an emphasis on hip position, awareness, and mobility. 

Martens (2012:239) Pemanasan memiliki tiga fase, yang harus dilakukan sesuai urutan yang dijelaskan setiap fase yang berlangsung 3 hingga 5 menit dengan total hingga 15 menit, berikut diantaranya adalah:
  1. Warm Pemanasan aerobik (Aerobic warm-up). Mulailah dengan kegiatan aerobik yang lambat seperti jogging, bersepeda, berenang, atau bermain ski, secara bertahap meningkatkan intensitasnya saat pemanasan berlangsung.
  2. Peregangan (Stretching). Selalu lakukan peregangan setelah memanaskan otot melalui aktivitas aerobik, bukan sebelumnya.
  3. Pemanasan keterampilan teknis (Technical skill warm-up). Latihlah kegiatan olahraga untuk melatih kelompok otot tertentu yang akan digunakan dan meninjau program motorik untuk keterampilan teknis.
Sejauh yang saya ketahui dalam gerakan pemanasan tidak ada urutan gerakan pemanasan yang baku serta waktu dan hitungan gerakan pemanasan tidak terbatas hanya 2x8 saja (tidak terbatas). Meskipun demikian adanya, alangkah eloknya dalam melakukan Gerakan Pemanasan dilakukan secara sistematis atau sesuai urutan agar tujuan yang diharapkan dalam melakukan Gerakan pemanasan dapat tercapai maksimal.  

Berikut beberapa Gerakan Pemanasan yang dapat kalian lakukan sebelum memulai Pelajaran Penjas, latihan, aktifitas fisik maupun berolahraga:

GERAKAN 1
Posisi tangan: lakukan dengan gerakan mendorong lurus ke atas
Posisi badan: lurus dan seimbang
Posisi kaki: tumit di angkat
Pernapasan: tarik napas  melalui hidung dan buang melalui mulut
Hitungan 2x8


 
GERAKAN 2
Posisi tangan: kedua ibu jari ditempelkan ke dagu & di dorong perlahan ke belakang
Posisi badan: lurus dan seimbang
Posisi kaki: lurus
Pernapasan: tarik napas  melalui hidung dan buang melalui mulut
Hitungan 2x8



GERAKAN 3
Posisi tangan: kedua melingkar d belakang kepala & di tarik perlahan kebawah dan tahan
Posisi badan: lurus dan seimbang
Posisi kaki: lurus
Pernapasan: tarik napas  melalui hidung dan buang melalui mulut
Hitungan 2x8


GERAKAN 4
Posisi tangan: di kepal dan disilangkan satu sama lain
Posisi badan: lurus dan seimbang
Posisi kaki: lurus
Pernapasan: tarik napas  melalui hidung dan buang melalui mulut
Hitungan 2x8
Dilakukan secara bergantian antara tangan kanan dan kiri


GERAKAN 5
Posisi tangan: kedua tangan memegang lutut
Posisi badan: lurus & seimbang
Posisi kaki: satu kaki di angkat dengan lutut dibengkokkan
Pernapasan: tarik napas  melalui hidung dan buang melalui mulut
Hitungan 2x8
Dilakukan secara bergantian antara kaki kanan dan kiri


GERAKAN 6
Posisi tangan: satu tangan memegang kura2 kaki
Posisi badan: lurus & seimbang
Posisi kaki: satu kaki di ditarik ke belakang & satu kaki lagi tetap lurus
Pernapasan: tarik napas  melalui hidung dan buang melalui mulut
Hitungan 2x8
Dilakukan secara bergantian kaki kanan dan kiri




GERAKAN 7
Posisi tangan: ke dua tangan memegang satu kaki
Posisi badan; lurus & seimbang
Posisi kaki: salah satu kaki diangkat dan disilangkan & kaki yang satu lagi tetap lurus
Pernapasan: tarik napas  melalui hidung dan buang melalui mulut
Hitungan 2x8
Dilakukan secara bergantian kaki kanan dan kaki kiri


Demikianlah beberapa gerakan pemanasan yang dapat kalian lakukan sebelum anda melakukan aktifitas fisik ataupun kegiatan olahraga lainnya, untuk lebih jelas dan detailnya akan saya bahas lagi pada postingan berikutnya dan tentunya masih berhubungan dengan pemanasan olahraga.

Terima kasih banyak kpd teman-teman yang telah membaca Blog saya. 
Sampai Jumpa pada postingan selanjutnya. 
SALAM OLAHRAGA



Sumber:

Gambetta, V. 2007. Athletic development : the art & science of functional sports conditioning. USA: Human Kinetics. Tersedia di www.HumanKinetics.com.

Martens, R. 2012. Successful Coaching. IV ed. Developing Your Coaching Philosophy. Human Kinetics.

Pescatello, L.S., Arena, R., Riebe, D. & Thompson, P.D. 2014. ACSM’s Guidelines for Exercise Testing and Prescription , Ninth Edition. 9th14 ed. American College of Sports Medicine. Lippincott Williams & Wilkins. Tersedia di http://antoinedl.com/fichiers/public/ACSM-guidelines-2014.pdf.


Wednesday, 15 August 2018

PERBEDAAN PENDIDIKAN JASMANI DAN PENDIDIKAN OLAHRAGA

Postingan kali ini akan membahas tentang perbedaan pendidikan jasmani dan pendidikan olahraga, ditinjau dari perbedaan tujuan, perbedaan dalam materi ajar, dan perbedaan dalam perencanaan dan evaluasi.

      Perbedaan Pendidikan Jasmani dan Pendidikan Olahraga ini berisi tentang: penjelasan mengenai perbedaan tujuan pendidikan jasmani dan pendidikan olahraga, perbedaan dalam materi ajar pendidikan dan pendidikan olahraga, perbedaan dalam perencanaan dan evaluasi pendidikan jasmani dan pendidikan olahraga.

            1.     PERBEDAAN TUJUAN
Untuk memahami perbedaan tujuan pendidikan jasmani dan tujuan pendidikan olahraga tentunya harus mempertimbangkan hubungan pendidikan jasmani (physical education) dan pendidikan olahraga (sport education). Karena pemahaman pendidikan jasmani dan pendidikan olahraga yang masih terbatas di kalangan Guru penjas maka sering menjadi hambatan dalam pelaksanaan pembelajarannya. Dengan mempelajari materi ini sangat diharapkanakan membantu Guru penjas untuk memahami peranan, fungsi,dan tujuan pendidikan jasmani secara konseptual.
Dari pengertian pendidikan jasmani salah satu definisi yang sesuai sebagai dasar pelaksanaan kurikulum yaitu menurut Badan Standar Nasional Pendidikan (BNSP) pendidikan jasmani adalah suatu proses pembelajaran melalui aktivitas jasmani yang didesain untuk meningkatkan kebugaran jasmani, mengembangkan keterampilan motorik, pengetahuan dan perilaku hidup sehat dan aktif, sikap sportif, dan kecerdasan emosional. Sedangkan pernyataan mengenai pendidikan jasmani yang dikembangkan pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah bagian integral dari pendidikan secara umum, berupa aktivitas jasmani, yang bertujuan meningkatkan individu secara organik, neuromuskular, intelektual, dan sosial.
Pada kontek lain pengertian olahraga adalah suatu teknik bermain yang terorganisir dan bersifat kompetitif. Sebagian para ahli memandang bahwa olahraga semata-mata suatu teknik permainan yang terorganisasi, yang menempatkannya lebih dekat kepada istilah pendidikan jasmani.Jadi pendidikan olahraga adalah memanfaatkan olahraga yang dijadikan media untuk tujuan-tujuan pendidikan, khususnya pendidikan jasmani.
Pendidikan olahraga adalah pendidikan yang dilaksanakan sebagai bagian proses pendidikan untuk mengembangkan, dan membina potensi-potensi jasmaniah dan rohaniah seseorang sebagai perorangan atau anggota masyarakat dalam bentuk permainan, perlombaan atau pertandingan, dan kegiatan jasmani yang intensif untuk memperoleh rekreasi, kemenangan, dan prestasi puncak dalam rangka pembentukan manusia yang sportif, jujur, dan sehat.
Pada ruang lingkup olahraga menurut UU No 3 tahun 2005 tentang SKN poin 1 dijelaskan bahwa olahraga pendidikan adalah pendidikan jasmani dan olahraga yang dilaksanakan sebagai bagian proses pendidikan yang teratur dan berkelanjutan untuk memperoleh pengetahuan, kepribadian, keterampilan, kesehatan, dan kebugaran jasmani.
Dalam memberikan gambaran pada perbedaan tujuan pendidikan jasmani dan tujuan olahraga, maka sesuai dalam rincian Abdul Kadir Ateng dijelaskan bahwa pendidikan jasmani memiliki tujuan untuk pendidikan secara keseluruhan, kepribadian dan emosional, sedangkan tujuan olahraga lebih spesifik pada tujuan untuk mengembangkan kinerja motorik (motor performance/kinerja gerak untuk prestasi).
Lebih lanjut yang dikuatkan oleh Syarifudin, dalam bulletin pusat perbukuan, tujuan pendidikan jasmani adalah program yang dikembangkan sebagai sarana untuk teknik pertumbuhan dan perkembangan totalitas subjek, sedangkan pada tujuan pendidikan olahraga lebih fokus tujuannnya pada program yang dikembangkan sebagai sarana untuk mencapai prestasi optimal.
Jadi nuansa pendidikan jasmani pada dimensi fisik lebih luas pengembangannya, sedangkan dimensi fisik dalam pendidikan olahraga lebih spesifik pada pengembangan untuk teknik dalam olahraga. Tujuan pendidikan jasmani menurut Syarifudin dalam Pokok-pokok Pengembangan Program Pembelajaran Pendidikan Jasmani memuat empat komponen tujuan, yaitu   
  1.  Komponen organik, merupakan gambaran tujuan aspek fisik dan psikomotor yang harus dicapai pada setiap proses pembelajaran, yang meliputi; kapasitas fungsional dari organ-organ seperti daya tahan jantung dan otot.
  2.  Komponen neuromuskuler, merupakan gambaran tujuan yang meliputi aspek kemampuan unjuk kerja keterampilan gerak yang didasari oleh kelenturan, kelincahan, keseimbangan, dan kecepatan. 
  3. Komponen intelektual, merupakan gambaran yang dapat dipadankan dengan kognitif.
  4. Komponen emosional, merupakan gambaran yang dapat dipadankan dengan afektif.

Pada tujuan pendidikan jasmani yang tertuang pada kurikulum 2004 lebih lanjut diuraikan, yaitu: meletakkan landasan karakter moral yang kuat melalui internalisasi nilai dalam pendidikan jasmani. Secara umum tujuan pendidikan jasmani adalah:
  1. Untuk membangun landasan kepribadian yang kuat, sikap cinta damai, sikap social dan toleransi dalam konteks kemajemukan budaya, etnis dan agama. 
  2. Menumbuhkan kemampuan berfikir kritis melalui pelaksanaan tugas-tugas ajar.
  3. Mengembangkan sikap sportif, jujur, disiplin, bertanggung jawab, kerjasama, percaya diri dan demokrasi melalui aktivitas jasmani. 
  4. Mengembangkan kemampuan gerak dalam keterampilan berbagai macam permainan. 
  5. Mengembangkan keterampilan pengelolaan diri dalam upaya pengembangan dan pemeliharaan kebugaran jasmani serta pola hidup sehat melalui  berbagai aktivitas jasmani.
  6. Mengembangkan keterampilan untuk menjaga keselamatan diri sendiri dan orang lain. 
  7. Mengetahui dan memahami konsep aktivitas jasmani sebagai informasi untuk mencapai kesehatan, kebugaran, dan pola hidup sehat.

Pendidikan jasmani harus dilakukan terus menerus sepanjang hidup manusia dengan berbagai macam pola, dan juga diselenggarakan pada sekolah mulai dari taman kanak-kanak sampai perguruan tinggi. Tujuan pendidikan jasmani konsisten dengan tujuan pendidikan umum. Berikut disajikan, tujuan-tujuan pendidikan jasmani yang menjadi pedoman kerja bagi guru-guru sekolah, misalnya:
  1. Tujuan untuk percaya terhadap diri sendiri, mengembangkan daya ingatan, keterampilan dalam proses fundamental untuk berbicara, menulis dan berhitung; penglihatan dan pendengaran, memperoleh pengetahuan kesehatan, pengembangan kebiasaan hidup sehat, mengenal kesehatan masyarakat; pengembangan untuk hiburan, intelegensi, perhatian terhadap keindahan, dan pengembangan budi pekerti yang baik. 
  2. Tujuan yang berhubungan dengan kemanusiaan, saling menghormati, persahabatan, kerja sama, berbudi bahasa luhur, menghargai keluarga dan bersikap demokrasi di rumah. 
  3. Tujuan untuk efisien ekonomi: menghormati pekerjaan, berkemampuan menyaring hal-hal yang berhubungan dengan informasi, berhubungan dengan efisiensi, berhubungan dengan apresiasi dan penyesuaian, ekonomi pribadi, pertimbangan terhadap pemakai, efisiensi dalam belanja, dan perlindungan terhadap pemakai. 
  4. Tujuan yang berhubungan dengan tanggung jawab sebagai warga negara yang baik dan berkeadilan sosial, pengertian terhadap masyarakat, penilaian terhadap kritik, toleransi, kelestarian lingkungan, aplikasi masyarakat terhadap ilmu pengetahuan, sebagai warga dunia yang baik, waspada terhadap hukum ekonomi, terhadap membaca dan menulis politik kewarganegaraan, dan taat terhadap demokrasi.
  Lebih spesifik mengulas tujuan pendidikan jasmani sesuai yang termaktub dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 2 tahun 1989 tentang sistem Pendidikan Nasional dalam Bab II pasal 4 disebutkan bahwa: Pendidikan Nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan. Dengan demikian tujuan pendidikan tersebut harus menjadi perhatian guru-guru dalam menunaikan tugas mengajarnya agar sasaran yang diharapkan dapat tercapai.
Walaupun tujuan pendidikan secara umum sama sesuai dari penjelasan di atas, Daryl Siedentop (2004; 7) secara spesifik menjelaskan bahwa tujuan pendidikan olahraga: untuk mendidik peserta didik menjadi pemaindalam arti sepenuhnya dan membantu mereka mengembangkan kompetensinya, melek huruf, dan menjadi olahragawan yang antusias. Sedangkan objek olahraga secara umum adalah:
  1. Mengembangkan olahraga lebih spesifik pada teknis dan kebugaran.
  2. Menghargai dan dapat mengeksekusi olahraga lebih spesifik pada strategi bermain.
  3. Berpartisipasi pada tingkat sesuai tahapan perkembangan. 
  4.  Berbagi perencanaan danadministrasi pengalaman olahraga. 
  5. Bekerja secara efektif dalam suatu kelompok untuk mencapai sasaran bersama.
Dengan uraian mengenai berbagai tujuan baik pendidikan jasmani dan pendidikan olahraga dapat lebih rinci bahwa pendidikan jasmani memiliki cakupan ruang lingkup lebih luas dibandingkan dengan pendidikan olahraga. Karena pada pendidikan jasmani pengembangan individu melalui kemampuan fisiknya, intelektualnya, dan perasaannya seorang individu ditingkatkan keterampilannya untuk mampu mengatasi dan menyelesaikan berbagai hal masalah yang berhubungan dengan lingkungan, permainan, dan kompetisi dalam olahraga.Sedangkan pada pendidikan olahraga pengembangan individu pada keterampilannya untuk mampu mengatasi dan menyelesaikan berbagai hal masalah yang berhubungan dengan kompetisi dalam olahraga.

            2.     PERBEDAAN DALAM MATERI AJAR
Pendidikan jasmani pada hakikatnya adalah proses pendidikan yang memanfaatkan aktivitas fisik untuk menghasilkan perubahan holistik dalam kualitas individu, baik dalam hal fisik, mental, serta emosional. Pendidikan jasmani memperlakukan anak sebagai sebuah kesatuan utuh, mahluk total, daripada hanya menganggapnya sebagai seseorang yang terpisah kualitas fisik dan mentalnya.
Untuk menjamin agar pendidikan jasmani dapat menjalankan fungsinya dengan baik, maka materi yang disajikan dalam implementasi program-programnya di lapangan harus melalui strategi atau gaya-gaya pembelajaran yang efektif dan efisien, dalam arti memiliki fleksibilitas yang cukup tinggi dalam berinteraksi dengan berbagai faktor pendukung program pendidikan jasmani.
Program pendidikan jasmani dapat diartikan sebagai usaha merancang komponen-komponen pembelajaran yang dapat memberikan pengaruh langsung atau tidak langsung terhadap pencapaian tujuan pembelajaran sesuai dengan perkembangan siswa.Tujuan pada bagian psikomotor adalah pencapaian keterampilan dan kebugaran jasmani secara optimal. Sementara itu, walaupun pendidikan jasmani menggunakan aktivitas fisik sebagai media proses pembelajaran, bukan berarti mengabaikan pengembangan bagian kognitif dan apektif, melainkan melalui dampak pengiring dari aktivitas fisik secara langsung dapat memberikan konstribusi terhadap pencapaian tujuan pada ranah kognitif dan afektif.
Pada penyajian pendidikan jasmani maupun pendidikan olahraga maka materi yang disajikan seyogyanya terakumulasi dalam ketiga ranah tersebut.Gabbard, Leblanc, dan Lowy (1987) mengutarakan bahwa pertumbuhan, perkembangan dan belajar lewat aktivitas jasmani akan mempengaruhi:
  1.  Ranah kognitif : Kemampuan berpikir (bertanya, kreatif, dan menghubungkan) kemampuan memahami (perceptual ability) menyadari gerak, dan penguatan akademik 
  2. Ranah psikomotor: Pertumbuhan biologik, kesegaran jasmani, keterampilan gerak, dan peningkatan keterampilan gerak. 
  3. Ranah Afektif:  Rasa senang, penanggapan yang sehat terhadap aktivitas jasmani, kemampuan menyatakan dirinya (mengaktualisasi diri), menghargai sendiri, dan ada konsep diri, Sukintaka (1992).
Membedakan pendidikan jasmani dan pendidikan olahraga bahwa hal itu merupakan bagian dari pendidikan secara umum, dimana pendidikan jasmani tujuannya untuk membantu anak agar tumbuh dan berkembang secara wajar menjadi manusia Indonesia seutuhnya.Sedangkan pendidikan olahraga tujuannya untuk membantu anak agar menguasai teknik tertentu (keterampilan) pada cabang olahraga. Materi yang disajikan pada pelaksanaan gerak dirancang secara sadar oleh guru yang diberikan dalam situasi yang tepat guna merangsang pertumbuhan dan perkembangan anak.

           3.     PERBEDAAN DALAM PERENCANAAN DAN EVALUASI
                  a)     Silabus
Silabus merupakan penjabaran standar kompetensi dan kompetensi dasar ke dalam materi pokok, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian. Dengan demikian, silabus pada dasarnya menjawab pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut: (1) apa kompetensi yang harus dicapai siswa yang dirumuskan dalam standar kompetensi, kompetensi dasar dan materi pokok;  (2) bagaimana cara mencapainya yang dijabarkan dalam pengalaman belajar beserta alokasi waktu dan alat sera sumber belajar yang diperlukan; dan (3) bagaimana mengetahui pencapaian kompetensi yang ditandai dengan penyusunan indikator sebagai acuan dalam menentukan jenis dan aspek yang akan dinilai.
Selain pengertian tersebut dapat dipahami pengertian berikut, bahwa silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu dan/atau kelompok mata pelajaran/tema tertentu yang mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar. Pada konteks ini, yang dimaksud mata pelajaran tersebut adalah pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan
Silabus diterapkan dalam proses pembelajaran, dievaluasi, dan ditindaklanjuti oleh masing-masing guru. Pengkajian dan pengembangan secara berkelanjutan dilakukan dengan memperhatikan catatan dari  hasil evaluasi hasil belajar, evaluasi proses (pelaksanaan pembelajaran),dan evaluasi rencana pembelajaran secara menyeluruh.

                  b)    Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) merupakan penjabaran dari silabus yang telah disusun pada langkah sebelumnya. RPP disusun untuk setiap kali pertemuan. Di dalam RPP tercermin kegiatan yang dilakukan guru dan peserta didik untuk mencapai kompetensi yang telah ditetapkan.
Selain pengertian tersebut, juga dikemukakan pengertian lain tentang rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) ini, yaitu; rencana yang menggambarkan prosedur dan pengorganisasian pembelajaran untuk mencapai satu kompetensi dasar yang ditetapkan dalam Standar Isi dan telah dijabarkan dalam silabus. Lingkup rencana pelaksanaan pembelajaran paling luas mencakup 1 (satu) kompetensi dasar yang terdiri atas 1 (satu) atau beberapa indikator untuk 1 (satu) kali  pertemuan atau lebih.

                  c)     Evaluasi
Pada  penilaian sering dikenal dengan sistem gain score dan final score pada suatu proses pembelajaran maupun pelatihan. Gain score berarti penilaian yang didasarkan pada pertambahan nilai, yaitu selisih antara hasil panilaian awal dan hasil penilaian akhir yang didapat oleh peserta didik, dan ini yang ditekankan dalam menilai hasil belajar anak. Sedangkan nilai akhir (gain score) menjadi penekanan dalam penilaian yang dilakukan pada olahraga kompetitif.
Seluruh peserta didik dalam suatu sekolah wajib mengikuti seluruh proses pembelajaran dalam pendidikan jasmani, sehingga partisipasi dalam penjas disebut sebagai partisipasi wajib. Sedangkan untuk memilih keikutsertaan anak pada suatu kelompok berlajar cabang olahraga tertentu pada pendidikan olahraga.
Secara sepintas kita membahas mengenai apa itu evaluasi. Stufflebeam seperti yang dikutif Suparman (2012; 301) evaluasi adalah suatu investigasi, penelitian, penyelidikan, atau pemeriksaan yang sistematik terhadap nilai suatu objek. Pada halaman yang sama Scriven menyatakan bahwa evaluasi adalah suatu proses menentukan manfaat, harga, dan nilai dari sesuatu dan evaluasi adalah produk dari proses tersebut.
Setelah memahami apa yang harus dilakukan dalam perencaan dan evaluasi, selanjutnya pada akhir materi ini akan dirinci lebih lanjut perbedaan dalam perencanaan dan evaluasi pada pendidikan jasmani dan pendidikan olahraga.  Untuk memudahkan membedakannya maka Anda dapat menelaah lebih lanjut diagram berikut:
                                             Diagram 1 Perbedaan dalam perencanaan
PENDIDIKAN JASMANI
PENDIDIKAN OLAHRAGA
1.   Tujuan berisi program sebagai sarana untuk membentuk pertumbuhan dan perkembangan totalitas peserta didik
1.   Tujuan berisi program sebagai sarana untuk mencapai prestasi (teknik kecabangan).
2.   Materi yang diberikandisesuaikan dengan kebutuhan/kemampuan peserta didik.
2.   Materi yang diberikan untuk mencapai target penguasaan teknik kecabangan guna mencapai prestasi optimal.
3.   Intensitas kerja fisik disesuaikan dengan kemampuan organ-organ tubuh peserta didik.
3.  Intensitas kerja fisik harus mendekati siklus pertandingan.
4.   Pelaksanaan  permainan menggunakan peraturan yang disesuaikan dengan tujuan pembelajaran (dimodifikasi).
4.   Pelaksanaan permainan memakai peraturan dalam kecabangan olahraga.
5.   Alat dan sarana dapat dimodifikasi sesuai kemampuan peserta didik.
5.   Alat dan sarana harus sesuai yang dipergunakan pada perlombaan/pertandingan olahraga.
6.   Peserta didik semua diharapkan dapat melakukan kegiatan proses pembelajaran
6.   Peserta didik tidak semua dapat melakukan kegiatan proses pembelajaran
7.   Media aktivitas gerak fisik menggunakan; aktivitas permainan, aktivitas olahraga, dan aktivitas lainnya.
7.   Media aktivitas gerak fisik menggunakan; aktivitas permainan dalam cabang olahraga.

                                                      Diagram 2 Perbedaan evaluasi
PENDIDIKAN JASMANI
PENDIDIKAN OLAHRAGA
1.   Kontek evaluasi untuk menilai proses pembelajaran terhadap kemajuan peserta didik
1.   Kontek evaluasi untuk menilai proses pembelajaran terhadap hasil materi peserta didik
2.   Penilaian terhadap peserta didik dilakukan terhadap proses pelaksanaan keterampilan
2.   Penilaian terhadap peserta didik dilakukan terhadap hasil capaian keterampilan
3.   Alat ukur penilaian menggunakan  acuan patokan (kriteria).
3.   Alat ukur penilaian cenderung menggunakan  acuan norma (baku).
4.   Dasar evaluasi meliputi kognitif, afektif, dan psikomotor
4.   Dasar evaluasi lebih dominan pada psikomotor

Foto bersama Asesor BAN-PT Bidang Studi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi

    DAFTAR PUSTAKA

Coakley, J. (2007). Sport and Character Development among Adolescents.Makalah dipresentasikan dalam the Improved Sport for Hundreds of Millions of Chinese Children, Beijing, China.

Daryl Siendentop, Peter A. Hastie, dan Hans van der Mars, (2004). Complete Guide to Sport Education, United States: Human Kinetics.

Harsuki, (2003).Perkembangan Olahraga Terkini, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Kirk, D. (2010). Physical Education Futures.London: Routledge.

Siedentop, D. & Lock, L. (1997).Making a Difference for Physical Education: What professors and practitioners must build together.Journal of Physical Education,  Recreation and Dance, 68: 25-33.

Wednesday, 16 May 2018

PENGERTIAN PENDIDIKAN JASMANI, OLAHRAGA, KESEHATAN DAN REKREASI

Dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2005 Tentang Sistem Keolahragaan Nasional, pada Pasal 1, ayat 1 me-nyatakan Keolahragaan adalah segala aspek yang berkaitan dengan olahraga yang memerlukan pengaturan, pendidikan, pelatihan, pembinaan, pengembangan, dan pengawasan. 

Selanjutnya, pada Pasal 1, ayat 4 menyatakan: olahraga adalah segala kegiatan yang sistematis untuk mendorong, membina, serta mengembangkan potensi jasmani, rohani, dan sosial, serta membentuk watak dan kepribadian bangsa yang bermartabat.

Dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2005, pasal 17 dinyatakan bahwa : Ruang lingkup olahraga meliputi kegiatan;
  1. Olahraga pendidikan. 
  2. Adalah pendidikan jasmani dan olahraga yang dilaksanakan sebagai bagian proses, pendidikan, yang teratur dan berkelanjutan untuk memperoleh pengetahuan, kepribadian, keterampilan, kesehatan dan kebugaran jasmani.
  3. Olahraga rekreasi. 
  4. Adalah olahraga yang dilakukan oleh masyarakat dengan kegemaran dan kemampuan yang tumbuh dan berkembang sesuai dengan kondisi dan nilai budaya masyarakat setempat untuk kesehatan, kebugaran, dan kesenangan.
  5. Olahraga prestasi. 
  6. Adalah yang membina dan mengembangkan olahragawan secara terencana, berjenjang dan berkelanjutan melalui kompetisi untuk menggapai prestasi dengan dukungan ilmu pengetahuan dan teknologi keolahragaan.
Dalam SK. Menpora Nomor 053/A/MENPORA/1994, tentang Pola Dasar Pembangunan Olahraga Nasional, dinyatakan bahwa;
  • Pendidikan jasmani adalah suatu proses pendidikan yang dilakukan secara sadar dan sistematis melalui berbagai kegiatan jasmani dalam rangka memperoleh kemampuan dan keterampilan jasmani, pertumbuhan fisik, kecerdasan, dan pembentukan watak.Olahraga adalah bentuk kegiatan jasmani yang terdapat di dalam permainan, perlombaan, dan kegiatan jasmani yang intensif dalam rangka memperoleh kesenangan rekreasi, kesehatan, kesegaran, dan prestasi optimal.
  • Olahraga Kesehatan adalah suatu bentuk kegiatan olahraga yang bertujuan untuk meningkatkan kesehatan atau akan membawa manfaat kepada kesehatan bagi orang-orang yang melakukannya.
  • Olahraga Rekreasi adalah suatu bentuk kegiatan olahraga yang sifatnya untuk memperoleh kesenangan atau menyalurkan ketegangan jiwa. Olahraga rekreasi dilakukan sebagai bagian proses pemulihan kembali kesehatan dan kebugaran jasmani, bertujuan: 
  1. Memperoleh kesehatan, kebugaran jasmani, dan kegembiraan,
  2. Membangun hubungan sosial,
  3. Melestarikan dan meningkatkan kekayaan budaya daerah, dan nasional.
    Pembinaan dan pengembangan olahraga rekreasi dilaksanakan dan diarahkan untuk memassalkan olahraga sebagai upaya mengembangkan kesadaran masyarakat dalam meningkatkan kesehata, kebugaran, kegembiraan, dan hubungan sosial. Organisasi olahraga rekreasi bernaung di bawah federasi Olahraga Rekreasi Masyarakat Indonesia (FORMI) yang membina dan mengembangkan olahraga sebagai berikut:
  1. Olahraga massal
  2. Olahraga Tradisional
  3. Olahraga Kesehatan
  4. Olahraga Khusus, yaitu olahraga penyandang cacat fisik dan mental.
  • Olahraga Prestasi adalah kegiatan olahraga yang dipertandingkan/diperlombakan secara resmi yang bertujuan untuk memberikan kesempatan kepada olahragawan untuk mencapai prestasi optimal. 
  • Olahraga prestasi adalah upaya untuk meningkatkan kemampuan dan potensi olahragawan dalam rangka meningkatkan harkat dan martabat bangsa. Dilakukan oleh setiap orang yang memiliki bakat, kemampuan, dan potensi untuk mencapai prestasi. 
    Olahraga prestasi bernanung dibawah, dibina dan dikembangkan oleh organisasi yang dikenal dengan nama Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) dan mengembangkan Induk Organisasi Cabang Oahraga dan Badan Olahraga Fungsional, serta KONI Provinsi dan KONI daerah khusus. Pada saat ini KONI pusat membina: 
  1. Induk Organisasi Cabang Olahraga, seperti: Atletik (PASI), Panahan (PEPAN I), Sepak bola (PSSI), Bulu Tangkis (PBSI), dan lain-lain
  2. Organisasi Badan Olahraga Fungsional, seperti: BAPOMI, BAPOPSI, PERWOSI BABOR KORPRI, SIWO-PWI, dan lain-lain
  3. KONI Provinsi, sebanyak Provinsi di Indonesia
Pengertian Pendidikan Jasmani, Olahraga, Kesehatan, dan Rekreasi

Olahrga Pendidikan diselenggarakan sebagai bagian proses pendidikan. Dilaksanakan baik pada jalur pendidikan formal maupun nonformal melalui kegiatan interakurikuler dan/atau ekstrakurikuler dan dimulai pada usia dini serta dilaksanakan pada setiap jenjang pendidikan yang dibimbing oleh guru/dosen olahraga dan dapat dibantu oleh tenaga keolahragaan yang disiapkan oleh setiap satuan pendidikan.
Ada 5 (lima) dimensi kebutuhan hidup yaitu:
  1. Kemampuan kognitif
  2. Kemampuan jasmani (raga)
  3. Kemampuan perasaan dan emosi
  4. Kemampuan kesehatan
  5. Kemampuan sosial
Ada 4 (empat) Landasan filosofis pendidikan jasmani dan Olahraga meliputi:
  1. Pengaruh pendidikan progresif, bahwa jiwa dan raga adalah satu kesatuan yang tak terpisahkan dan saling menentukan dan mempengaruhi
  2. Pendidikan bersifat menyeluruh
  3. Pendidikan jasmani adalah bagian integral pendidikan
  4. Pendidikan kebudayaan adalah pengalihan menuju pembangunan peradaban
Dalam surat keputusan, Mendikbud Nomor 413/U/1989, dinyatakan bahwa pendidikan jasmani adalah bagian integral dari pendidikan melalui aktifitas jasmani, yang bertujuan untuk meningkatkan individu secara organik, neuromuskular, intelektual, dan emosional.

Kemudian dalam SK. Menpora Nomor 053/A/MENPORA/1994, tentang Pola Dasar Pembangunan Olahraga Nasional, Pendidikan jasmani adalah suatu proses pendidikan yang dilakukan secara sadar dan sistematis melalui berbagai kegiatan jasmani dalam rangka memperoleh kemampuan dan keterampilan jasmani, pertumbuhan fisik, kecerdasan, dan pembentukan watak.Olahraga adalah bentuk kegiatan jasmani yang terdapat di dalam permainan, perlombaan, dan kegiatan jasmani yang intensif dalam rangka memperoleh kesenangan rekreasi, kesehatan, kesegaran, dan prestasi optimal

Fungsi; Tujuan dan Pentingnya Pendidikan Jasmani

American Alliance For Health, Physical Education, Recreation and Dance (AAHPERD) merumuskan fungsi pendidikan jasmani sebagai berikut:
  1. Seseorang yang terdidik melalui pendidikan jasmani adalah seseorang yang memiliki pengetahuan dan keterampilan sehubungan dengan jasmaninya dan bagaimana jasmaninya berfungsi
  2. Pendidikan jasmani merupakan jaminan bagi kesehatan
  3. Pendidikan jasmani dapat menyumbang prestasi akademik
  4. Suatu program pendidikan jasmani yang baik menyumbang kepada perkembangan konsep diri (self concept)
  5. Suatu program pendidikan jasmani yang baik membantu seseorang untuk memperoleh keterampilan social (social skill)
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2005 Tentang Sistem Keolahragaan Nasional, pada Pasal 4 menyatakan: Keolahragaan Nasional bertujuan memelihara dan meningkatkan kesehatan dan kebugaran, prestasi, kualitas manusia, menanamkan nilai-nilai moral dan akhlak mulia, sportivitas, disiplin, mempererat dan membina persatuan bangsa, memperkukuh ketahan nasional, serta mengangkat harkat, martabat dan kehormatan bangsa.
Rumusan tujuan pendidikan jasmani modern di Amerika Serikat yang dipelopori oleh Hetherington (1910) menetapkan 4 dimensi tujuan pendidikan jasmani yang mencakup:
  1. Pengembangan fisik,
  2. Motorik,
  3. Mental, dan
  4. Sosial
Dimensi tujuan pendidikan jasmani di Indonesia:
  1. Pembentukan dan peningkatan keterampilan gerak
  2. Peningkatan prestasi
  3. Pengembangan mental
  4. Pengembangan sosial
  5. Pertumbuhan dan perkembangan fisik
  6. Peningkatan kesehatan dan kebugaran jasmani
Pentingnya pendidikan jasmani
  1. Pendidikan jasmani merupakan inti pendidikan
  2. Merupakan pondasi sistem pembinaan olahraga
  3. Menjadi bagian esensial hak asasi manusia
  4. Merupakan kehidupan dari sekolah
Peran Utama Pendidikan Jasmani dan Olahraga
  1. Olahraga sebagai kehidupan dan perdamaian ; Sport is a school of life and can be a school for peace
  2. Olahraga dapat menjembatani Perdamaian diantara orang-orang dan ras-ras ; Sport can be also help to build bridges of peace between peoples and races
  3. Olahraga merupakan Hak Asasi manusia, sebagaiman hak untuk pendidikan, hak untuk memperoleh identitas, dan sebagainya. ; Sport is human right like right to education, the right to identity and others
  4. Olahraga adalah instrument untuk memperkenalkan kebiasaan untuk saling menghormati ; Sport is a good instrument for introducing the habit of rspect
  5. Olahraga memiliki nilai-nilai yang mirip dengan nilai PBB ; Essential sport values a very similar to the core values of the united nations through sport we can create a better world
  6. Olahraga dapat menjadi Instrument untuk pembangunan dan perdamaian dunia ; Sport can be as instrument for development and peace of the world
Nilai-Nilai Keolahragaan

(Sidang umum PBB ke-5 tahun 2001, mengadopsi sebuah resolusi atas dasar Olympic Truce dengan judul: Building a Peacepul and Better Worlad Through Sport and Olympic Ideal). Dalam Jurnal  Gary, Juneau & Rubin, Neal S. yang berjudul The Olympic Truce: Sport promoting peace, development and international cooperation pada tahun 2012 memperlihatkan nilai-nilai dalam olahraga.

Standing on the shoulders of the Olympic Games franchise, there is a growing body of literature supporting the value of sport in enhancing the well-being of individuals, communities and societies (Beutler, 2008; Darnell, 2010; Giulianotti, 2011). 

Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan PBB (UNESCO) sekarang mengakui olahraga sebagai hak asasi manusia, menegaskan bahwa prinsip-prinsip dasar olahraga - kerja tim, keadilan, penghormatan terhadap oposisi, dan menghormati aturan permainan - semuanya konsisten dengan Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB, 1945).

PBB menggunakan olahraga secara kreatif tidak hanya untuk mempromosikan perdamaian dan kerja sama internasional, tetapi juga untuk penggalangan dana dan meningkatkan kesadaran publik tentang masalah-masalah hak asasi manusia yang mendesak.

Me in POMNAS XV Makassar, Sulawesi Selatan 2017

Sumber:
  • Pasau, M. Anwar. 2012. Pertumbuhan dan Perkembangan Fisik Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan. Makassar: Badan Penerbit Universitas Negeri Makassar
  • http://www.dpr.go.id/dokjdih/document/uu/45.pdf
  • https://www.apa.org/international/pi/2012/10/un-matters
  • http://storage.kopertis6.or.id/kepegawaian/Serdos/2019/346_Kode%20Bidang%20Ilmu.pdf
  • http://kopertis3.or.id/v2/wp-content/uploads/Lampiran-Nomenklatur-Prodi-Akademik-27-Agustus-2017-rev.pdf
  • http://simlitabmas.ristekdikti.go.id/Docs/Panduan/lampiran%20umum/Lampiran%20A.%20Daftar%20Rumpun%20Ilmu.htm
  • https://youtu.be/4fhRqc1icrI

Model Evaluasi Context, Input, Process, Product (CIPP)

đŸŒº MODEL EVALUASI CIPPđŸŒº đŸ‘‰Evaluasi didefinisikan sebagai Proses Menggambarkan, Mendapatkan, dan Menyediakan Informasi yang Bermanfaat untuk...

OnClickAntiAd-Block