Wednesday, 7 March 2018

Pengembangan Kurikulum Penjas


Hai teman-teman pecinta pendidikan jasmani yang berbahagia dimanapun berada, postingan kali ini akan membahas mengenai kurikulum pendidikan jasmani.
Kurikulum pendidikan jasmani yang akan kita bahas saat ini adalah menggunakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).
Semoga postingan kali ini lagi-lagi dapat menambah referensi mengenai kurikulum pendidikan jasmani. “Let’s Rock”
A.   KURIKULUM PENDIDIKAN JASMANI
Peningkatan keterampilan gerak, kesegaran jasmani, pengetahuan, dan sikap positif terhadap Pendidikan Jasmani sangat ditentukan oleh sebuah kurikulum yang baik. Kurikulum itu sendiri nampaknya terlalu abstraks untuk didefinisikan secara tegas dan jelas sebab di dalam kurikulum tersebut termasuk segala sesuatu yang direncanakan dan diterapkan oleh para guru, baik secara implisit maupun eksplisit. Namun secara sederhana mungkin dapat dikatakan bahwa kurikulum pada dasarnya merupakan perencanaan dan  program jangka panjang tentang berbagai pengalaman belajar, model, tujuan, materi, metode, sumber, dan  evaluasi termasuk pula ‘apa’ dan  ‘mengapa’ diajarkan.
Seperti halnya sistem tubuh manusia, semua bagian dari kurikulum harus terpadu dan bekerja terarah untuk membantu mengembangkan anak didiknya yang sedang belajar. Pembuat kurikulum sudah selayaknya bertanya, apakah program yang ada dalam kurikulum itu sudah valid? Apakah kurikulum tersebut sudah dapat meraih tujuan yang akan dicapainya? Contoh pertanyaan yang lebih spesifik: apakah dengan kurikulum itu siswa lulusannya sudah mempunyai berbagai keterampilan gerak dasar dan siap untuk belajar keterampilan yang lebih bersifat spesifik dan kompleks pada jenjang berikutnya?
Pertanyaan-pertanyaan tersebut sudah barang tentu sangat untuk sulit dijawab dengan tegas, namun demikian pertanyaan tersebut paling tidak akan membantu para guru dalam menentukan arah program yang dibuatnya. Tulisan ini dimaksudkan untuk melihat gambaran arah program Pendidikan Jasmani pada jenjang pendidikan SD/MI dikaitkan dengan beberapa karakteristik yang melandasinya, yang antara lain meliputi: asumsi dasar, pelaksanaan, dan keberhasilannya sehingga dengan demikian diharapkan kita dapat melihat berbagai isu dan alternatif pemecahannya.
Menurut Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) mengemukakan yang dimaksud dengan Pendidikan Jasmani adalah suatu proses pembelajaran melalui aktivitas jasmani yang didesain untuk meningkatkan kebugaran jasmani, mengembangkan keterampilan motorik, pengetahuan dan perilaku hidup sehat dan aktif, sikap sportif, dan kecerdasan emosi. Lingkungan belajar diatur secara seksama untuk meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan seluruh ranah, jasmani, psikomotor, kognitif, dan afektif setiap siswa.


1.Asumsi Dasar Program Pendidikan Jasmani
Asumsi dasar pada dasarnya adalah pijakan yang kokoh dan dapat dipertanggungjawabkan dalam menyelenggarakan sesuatu. Asumsi dasar program Penddikan Jasmani merupakan pijakan yang kokoh yang dapat dipertanggungjawabkan dalam membuat dan menyelenggarakan program penjas. Tiga asumsi dasar program Penddikan Jasmani meliputi:
a.Program Pendidikan Jasmani dan program olahraga mempunyai tujuan yang berbeda
Pembuatan program olahraga terutama ditujukan untuk mereka yang betul-betul mempunyai keinginan atau tertarik untuk mengkhususkan diri pada salah satu atau beberapa cabang olahraga dan berkeinginan untuk memperbaiki kemampuannya agar dapat berkompetisi dengan orang yang lain yang mempunyai keinginan dan minat yang sama pula.
Sebaliknya, pembuatan program Penddikan Jasmani ditujukan untuk setiap anak didik (dari mulai anak yang berbakat sampai anak yang yang sangat kurang keterampilannya; dari mulai anak yang tertarik dan tidak tertarik sama sekali). Tujuan utama pembuatan program tersebut adalah menyediakan dan memberikan berbagai pengalaman gerak untuk membentuk fondasi gerak yang kokoh yang pada akhirnya diharapkan dapat mempengaruhi gaya hidupnya yang aktif dan sehat (active life style). Olahraga mungkin akan merupakan salah satu bagian dari program Penddikan Jasmani, akan tetapi bukan satu-satunya pilihan.

b.Anak-anak bukanlah ‘miniature’ orang dewasa
Kemampuan, kebutuhan, perhatian, dan minat anak-anak berbeda dari kemampuan, kebutuhan, minat, dan perhatian orang dewasa. Oleh karena itu, sudah barang tentu kurang cocok apabila pembelajaran dikonotasikan seperti menuangkan air dari gelas yang satu ke gelas yang lainnya. Para guru tidak cukup dengan memberikan program aktivitas jasmani  atau olahraga untuk orang dewasa kepada anak-anak.
Demikian juga pengalaman latihan yang diperoleh para guru sewaktu kuliah belum tentu cocok diberikan kepada anak didiknya. Anak-anak membutuhkan program yang secara khusus dibuat sesuai dengan minat, kemampuan, dan kebutuhannya (Developmentally Appropriate Practice/DAP).

c.Anak-anak yang kita ajar sekarang tidak untuk dewasa sekarang
Para pendidik mempunyai tantangan yang cukup besar dalam mempersiapkan anak didik di masa yang akan datang, yang belum bisa didefinisikan dan dimengerti secara jelas. Atau paling tidak, dalam berbagai aspek, dunia nanti mungkin akan sangat berbeda dengan dunia yang ada sekarang. Program Penddikan Jasmani yang ada sekarang berusaha memperkenalkan anak didik pada dunia yang ada sekarang dan juga sekaligus mempersiapkan anak didik untuk hidup dalam dunia yang belum pasti di masa yang akan datang. Dengan kata lain program tersebut berusaha membantu siswa belajar bagaimana belajar (learning how to learn) dan membantu siswa menyenangi proses discovery dan eksplorasi tantangan-tantangan baru dan berbeda dalam domain fisik.
Aktivitas fisik dan olahraga di masa yang akan datang mungkin sangat berbeda dengan aktivitas fisik dan olahraga yang ada dan popular pada masa sekarang. Oleh karena itu program yang ada sekarang selayaknya mempersiapkan anak didik dengan keterampilan-keterampilan gerak dasar yang sangat diperlukan untuk setiap aktivitas fisik, baik yang sedang popular pada masa sekarang maupun aktivitas fisik yang mungkin akan ditemukan di masa yang akan datang.
Penguasaan berbagai keterampilan gerak dasar oleh para siswa akan mendorong perkembangan dan perbaikan berbagai keterampilan fisik yang lebih kompeks, yang pada akhirnya akan membantu siswa memperoleh kepuasan dan  kesenangan dalam melakukan aktivitas fisiknya.

2.Karakteristik Program Pendidikan Jasmani
Sehubungan dengan anggapan dasar tersebut di atas, maka program dan  penyelenggaraan program Pendidikan Jasmani hendaknya mencerminkan anggapan dasar tersebut di atas. Dua pedoman yang seing digunakan untuk dapat mencerminkan anggapan dasar tersebut antara lain adalah “Developmentally Appropriate Practices” (DAP) dan “Instructionally Appropriate Practices” (IAP).
a.Developmentally Appropriate Practices (DAP)
Maksudnya adalah tugas ajar yang memperhatikan perubahan kemampuan anak dan tugas ajar yang dapat membantu mendorong perubahan tersebut. Dengan demikian tugas ajar tersebut harus sesuai dengan tingkat perkembangan anak didik yang sedang belajar. Tugas ajar yang sesuai ini harus mampu mengakomodasi setiap perubahan dan  perbedaan karakteristik setiap individu serta mendorongnya ke arah perubahan yang lebih baik.
b.Instructionally appropriate practices (IAP)
Maksudnya adalah tugas ajar yang diberikan diketahui merupakan cara-cara pembelajaran yang paling baik. Cara pembelajaran tersebut merupakan hasil penelitian atau pengalaman yang memadai yang memungkinkan semua anak didik memperoleh kesempatan dan keberhasilan belajar secara optimal. Untuk memperoleh gambaran yang lebih lengkap tentang karakteristik pembelajaran penjas tersebut, berikut ini dipaparkan komponen-komponen kurikulum yang harus dilihat kesesuaiannya.

3.Keberhasilan Program Pendidikan Jasmani
Untuk mengetahui apakah program pendekatan Pendidikan Jasmani yang kita gunakan tersebut cukup berhasil atau masih perlu disempurnakan, maka diperlukan suatu evaluasi. Untuk keperluan itu banyak kriteria yang dapat digunakan. Untuk itu, khususnya di Amerika, NASPE (National Association for Sport and Physical Education, 1992) telah menentukan “Physically Educated Person” sebagai salah satu kriterianya. Kriteria ini menjabarkan keberhasilan program Pendidikan Jasmani ke dalam 20 karakteristik yang diklasifikasikan ke dalam lima katagori dan merupakan penjabaran dari pencapaian tujuan jangka pendek (short term) dan jangka panjang (long term) dari program Pendidikan Jasmani di sekolah-sekolah. Untuk lebih jelasnya karakteristik seseorang yang terdidik jasmaninya tersebut adalah sebagai berikut:
a. Memiliki keterampilan-keterampilan yang penting untuk melakukan bermacam-macam kegiatan fisik antara lain:
1) Bergerak dengan menggunakan konsep-konsep kesadaran tubuh, kesadaran ruang, usaha, dan hubungannya.
2) Menunjukkan kemampuan dalam aneka ragam keterampilan manipulatif, lokomotor, dan non lokomotor.
3) Menunjukkan kemampuan mengkombinasikan keterampilan manipulatif, locomotor dan non-locomotor baik yang dilakukan secara perorangan maupun dengan orang lain.
4)  Menunjukkan kemampuan pada aneka ragam bentuk aktivitas jasmani.
5) Menunjukkan penguasaanpada beberapa bentuk aktivitas jasmani.
6) Memiliki kemampuan tentang bagaimana caranya mempelajari keterampilan baru.

b. Bugar secara fisik
1) Menilai, meningkatkan, dan mempertahankan kebugaran jasmaninya.
2) Merancang program kesegaran jasmani sesuai dengan prinsip latihan tetapi tidak membahayakan.

c. Berpartisipasi secara teratur dalam aktivitas jasmani
1) Berpartisipasi dalam program pembinaan kesehatan melalui aktivitas jasmani minimal 3 x per minggu.
2) Memilih dan secara teratur berpatisipasi dalam aktivitas jasmani pada kehidupan sehari-hariya.

d. Mengetahui akibat dan manfaat dari keterlibatan dalam aktivitas jasmani
1) Mengidentifikasi manfaat, pengorbanan, dan kewajiban yang berkaitan dengan teraturnya partisipasi dalam aktivitas jasmani.
2) Menyadari akan faktor resiko dan keselamatan yang berkaitan dengan teraturnya  partispasi dalam aktivitas jasmnai.
3) Menerapkan konsep-konsep dan prinsip-prinsip pengembangan keterampilan gerak.
4) Memahami bahwa hakekat sehat tidak sekedar fisik yang bugar.
5) Mengetahui aturan, strategi, dan perilaku yang harus dipenuhi pada aktivitas jasmani yang dipilih.
6) Mengetahui bahwa partisipasi dalam aktivitas jasmani dapat memperoleh dan meningkatkan pemahaman terhadap budaya majemuk dan budaya internasional.
7) Memahami bahwa aktivitas jasmani memberi peluang untuk mendapatkan kesenangan, menyatakan diri pribadi, dan berkomunikasi.

e. Menghargai aktivitas jasmani dan kontribusinya terhadap gaya hidup yang sehat
1) Menghargai hubungan dengan orang lain yang diperoleh dari partisipasi dalam aktivitas jasmani.
2) Hormat terhadap peraturan yang terdapat dalam aktivitas jasmani sebagai cara untuk mencapai kesehatan dan kesejahteraan sepanjang hayat.
3) Menikmati perasaan bahagia yang diperoleh dari partisipasi teratur dalam aktivitas jasmani.

B.   ISU KURIKULUM PENDIDIKAN JASMANI
Berdasarkan uraian di atas, secara teortis kita menyadari bahwa pembuatan dan pelaksanaan kurikulum Pendidikan Jasmani cenderung diarahkan dalam membantu anak didik untuk tumbuh dan berkembang sesuai dengan tujuan pendidikan. Namun demikian harapan tersebut tidak selalu dapat dengan mudah terwujud dalam pelaksanaannya.
Beberapa isu yang muncul dalam kurikulum Pendidikan Jasmani SMA/MA dapat kita telusuri berdasarkan beberapa sudut pandang sebagai berikut.

1) Isu Program
Isu program kurikulum SMA/MA dapat kita amati antara lain dari dua sisi, yaitu materi kurikulum dan distribusi alokasi waktunya. Walaupun tujuan Pendidikan Jasmani  di SMA/MA sangat sesuai dengan tujuan pendidikan pada umumnya, namun seringkali para guru terlena oleh materi kurikulumnya. Materi kurikulum SMA/MA pada dasarnya merupakan berbagai gerak dasar, yang antara lain dapat diklasifikasikan ke dalam cabang olahraga atletik, permainan, senam, beladiri, dan olahraga tradisional. Kenyataan ini sering menggiring para guru:
a. Memaksakan diri mengajar olahraga yang untuk beberapa siswa mungkin belum saatnya karena persyaratan fisik dan koordinasinya belum memadai sehingga PBM kurang DAP.
b. Berpegang teguh bahwa penguasaan keterampilan olahraga merupakan tujuan utama dari Pendidikan Jasmani di SMA/MA.
c. Kurang memperhatikan tujuan yang bersifat afeksi seperti kesenangan dan keceriaan.
d. Kurang menyadari bahwa olahraga merupakan media untuk mencapai tujuan pendidikan pada umumnya.
e. Kurang memperhatikan aspek gerak dasar siswa yang bermanfaat bagi keterlibatannya dalam berbagai aktivitas sehari-hari untuk mengisi waktu luang dan berpartisipasi dalam berbagai aktivitas fisik di sekolah maupun di masyarakat dan  pembentukan gaya hidup yang sehat.

Apabila dilihat dari distribusi alokasi waktunya yang hanya satu kali dalam satu minggu dengan lama 2 x 45 menit, kemungkinan besar tujuan yang berhubungan dengan pengembangan kesegaran jasmani tidak bisa tercapai. Program aktivitas untuk pengembangan kebugaran jasmani menuntut frekuensi 3 x dalam seminggu. Sementara itu perkembangan kesegaran jasmani siswa seringkali merupakan tujuan yang paling diharapkan tercapai dalam pendidikan jasmani.   Untuk itu program kesegaran jasmani yang realistik untuk situasi seperti ini perlu dipertimbangkan.

2) Isu Proses Pembelajaran
Beberapa isu yang berhubungan dengan proses belajar mengajar dan perlu mendapat perhatian para pelaksana di lapangan antara lain adalah sebagai berikut:
a) Pengembangan dan variasi aktivitas belajar yang diberikan cenderung miskin dalam hal pengembangan tujuan secara holistic dan cenderung didasarkan terutama pada minat, perhatian, kesenangan, dan latar belakang gurunya. Dengan kata lain, aktivitas belajar cenderung kurang didasarkan pada karakteristik anak didiknya, misal, terdiri dari sejumlah permainan olahraga untuk orang dewasa.
b) Aktivitas Pendidikan Jasmani yang diperoleh siswa cenderung terbatas. Siswa berpartisipasi pada permainan dan aktivitas yang jumlahnya relatif terbatas. Demikian juga kesempatan dan waktu aktif belajar untuk mengembangkan konsep dasar dan keterampilan gerakpun terbatas. Hasil penelitian Lutan dkk. (1992) mengungkapkan bahwa aktif belajar siswa SMA berkisar 1/3 dari seluruh alokasi Penjas.
c) Siswa diharuskan berpartisipasi dalam berbagai aktivitas penjas, namun aktivitas tersebut kurang membantu siswa memahami dampaknya bagi peningkatan kebugaran jasmani dan gaya hidup sehatnya di masa yang akan datang.
d) Peranan unik dari Pendidikan Jasmani, yaitu belajar gerak dan belajar sambil bergerak, cenderung kurang dipahami oleh para pengajar dan kurang tercermin dalam pembelajaran.
e) Siswa kurang mendapat kesempatan untuk mengintegrasikan aktivitas Pendidikan Jasmani dengan pengalaman-pengalaman pendidikan pada bidang bidang lainnya.
f) Guru kurang mengembangkan aspek afektif karena kurang melibatkan aktivitas yang dapat mengembangkan keterampilan sosial, kerjasama, dan kesenangan siswa terhadap Pendidikan Jasmani.
g) Guru cenderung masih kurang memperhatikan kesempatan pemberian bantuan kepada siswa agar mengerti emosi-emosi yang dirasakannya pada waktu melakukan aktivitas Pendidikan Jasmani.
h) Siswa disuruh untuk melakukan aktivitas-aktivitas yang terlalu mudah atau terlalu sukar yang dapat menyebabkan mereka bosan, frustrasi, atau melakukannya dengan salah.
i) Jumlah siswa dalam pelajaran penjas lebih dari jumlah siswa dalam kelas yang sebenarnya, misal, mengajar empat kelas sekaligus.
j) Siswa disuruh mengikuti pelajaran lain karena alasan-alasan lain atau sebagai hukuman atas perbuatannya dalam pelajaran Pendidikan Jasmani.
k) Proporsi jumlah waktu aktif belajar sangat terbatas sebab siswa harus menunggu giliran, memilih team, terbatasnya peralatan, atau karena permainan gugur yang pada  umumnya siswa yang lamban yang gugur.

3) Isu Penilaian
Evaluasi merupakan bagian yang tak dapat dipisahkan (integral) dari suatu proses belajar mengajar. Evaluasi berfungsi sebagai salah satu cara untuk memantau perkembangan belajar dan mengetahui seberapa jauh tujuan pengajaran dapat dicapai oleh siswa. Beberapa isu yang seringkali muncul daam pelaksanaan evaluasi antara lain adalah sebagai berikut:
a. Pelaksanaan penilaian belum begitu nampak terintegrasi dalam sebuah proses belajar mengajar. Pengecekan terhadap pemahaman siswa dan pemberian umpan balik yang memadai dalam rangka meningkatkan penguasaan materi oleh siswa sebagai salah satu bentuk evaluasi, nampaknya belum merupakan bagian yang menyatu dalam sebuah proses belajar mengajar. Guru merasa dikejar-kejar oleh bahan yang harus tuntas pada pertemuan itu tanpa memperhatikan apakah siswa sudah saatnya menerima materi berikutnya atau belum. Untuk itu seringkali guru memberikan evaluasi harian yang sifatnya formalitas saja, asal menyampaikan tanpa dijadikan umpan balik untuk perbaikan proses berikutnya.
b. Materi evaluasi terkadang kurang kurang relevan dengan materi yang diberikan pada  proses belajar mengajar. Kecenderungan untuk mengambil materi evaluasi dari bang-bang soal dari luar sekolah atau dari soal sebelumnnya tanpa terlebih dahulu direvisi atau disesuaikan dengan materi belajar yang sudah diberikan, memang merupakan cara yang cepat. Namun apabila hal itu tidak dilakukan dengan teliti, bisa jadi akan melemahkan validitas dan reliabilitas soalnya. Suatu soal yang valid pada kelompok siswa sekolah tertentu belum tentu valid untuk sekolah tempat kita mengajar. Tingkat keterampilan siswa, fokus pembelajaran, dan relevansi materi evaluasi seringkali merupakan aspek pokok validitas instrumen.
c. Situasi pelaksanaan evaluasi. Dalam situasi ujian tes tulis di kelas, hasil tes mungkin hanya diketahui oleh yang dites dan gurunya. Sementara itu, dalam tes penampilan di lapangan, hasil tes diketahui oleh semua orang. Semua siswa tahu siapa yang larinya paling lambat, siapa yang skor shootingnya paling rendah, dsb. Keadaan ini sedapat mungkin dihindari oleh para guru Penjas sehingga dapat memelihara kondisi perasaan siswa agar tetap positif.
d. Alokasi waktu pelajaran Penjas di sekolah amat terbatas untuk mengadakan pengetesan. Alokasi waktu pelajaran Penjas rata-rata satu kali perminggu, selama 2 x 45 menit dalam setiap semester (kurang lebih enam bulan) dengan pertemuan sebanyak 12 kali. Pengetesan sering menggunakan waktu yang cukup lama. Untuk melakukan satu butir tes kesegaran jasmani saja, missal tes lari 2,4 km (tes aerobik) diperlukan satu pertemuan bahkan kadang lebih.
e. Masalah lain adalah evaluasi seolah-olah hanya dapat dilakukan oleh ahli statistik, sebab statistik diperlukan untuk pengolahan data. Bila demikian guru harus bekerja ekstra keras, menyisihkan waktu dan mengeluarkan tenaga yang lebih banyak, dan  konsentrasi penuh pada evaluasi. Pertanyaan yang perlu dijawab adalah bagaimana mengurangi masalah tersebut di atas?

4) Isu Jumlah dan Karakteristik Siswa
Guru penjas di SMA/MA sering dihadapkan dengan masalah jumlah siswa yang cukup banyak mulai dari Kelas X sampai Kelas XII, bahkan ditambah dengan siswa dari kelas paralel. Lebih rumit lagi karena yang dipelajari adalah sesuai dengan kemampuan fisik dan  perkembangan mental yang berbeda-beda. Guru Penjasorkes harus menangani siswa sebanyak 400 sampai 500 perminggunya.

5) Isu Sarana dan Prasarana Pembelajaran Penjas
Kurangnya sarana dan prasarana pembelajaran penjas merupakan salah satu isu yang cukup merata dan sangat terasa oleh para pelaksana penjas di lapangan. Pada umumnya sekolah-sekolah di Indonesia pada setiap jenjang pendidikannya selalu dihadapkan dengan permasalahan kekurangan sarana dan prasarana ini. Tidak sedikit sekolah di Indonesia, khususnya di daerah perkotaan tidak memiliki tempat atau lahan untuk melakukan aktivitas jasmani, khususnya yang berkaitan dengan olahraga misalnya lapangan. Walaupun ada, jumlahnya tidak proporsional dengan jumlah siswa, seringkali ditambah dengan kualitasnya yang kurang memenuhi tuntutan pembelajaran.
Sarana dan prasarana ini meliputi alat-alat, ruangan, dan lahan untuk melakukan berbagai aktivitas Pendidikan Jasmani, termasuk olahraga. Idealnya sarana dan prasarana ini harus lengkap, tidak hanya yang bersifat standar dengan kualitas yang standar pula, tetapi juga meliputi sarana dan prasarana yang sifatnya modifikasi dari berbagai ukuran dan berat ringannya. Modifikasi ini sangat penting untuk melayani berbagai kebutuhan tingkat perkembangan belajar anak didik di sekolah bersangkutan yang terkadang sangat beragam karakteristik kemampuannya.

6) Isu Keberhasilan Kurikulum Penjas
Keberhasilan kurikulum Pendidikan Jasmani pada setiap jenjang pendidikan sampai saat ini masih dirasakan samar. Ukuran yang digunakan oleh setiap orang dalam menafsirkan keberhasilan program masih bersifat samara dan cenderung bersifat lokal belum menyeluruh sebagaimana tercantum dalam tujuannya. Namun demikian salah satu indikator yang mungkin dapat kita telusuri adalah karakteristik para lulusannya.
Untuk itu kita dapat bercermin pada karakteristik lulusan Pendidikan Jasmani yang dijadikan patokan di beberapa negara maju, misalnya seperti yang dikemukakan oleh NASPE (National Association for Sport and Physical Education, 1992) yang intinya adalah sebagai berikut:
a) Memiliki keterampilan-keterampilan yang penting untuk melakukan bermacam-macam kegiatan fisik.
b) Bugar secara fisik.
c)  Berpartisipasi secara teratur dalam aktivitas jasmani.
d)  Mengetahui akibat dan manfaat dari keterlibatandalam aktivitas jasmani.
e)  Menghargai aktivitas jasmani dan kontribusinya terhadap gaya hidup yang sehat.

Demikianlah teman-teman pecinta pendidikan jasmani sekalian, pembahasan mengenai supervisi pendidikan jasmani yang penulis dapat postingkan. Terima kasih telah membaca semoga bermanfaat dan Penulis sangat mengharapkan kritikan dan masukan yang membangun untuk postingan selanjutnya.

C.   Contoh RPP dan Silabus Penjas

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

Mata Pelajaran                     : Pendidikan, Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan
Kelas/Semester                    : …………………..
Pertemuan ke                       : I dan II
Alokasi Waktu                      : 4 X 40 menit
Standar Kompetensi          : 1 Mempraktekkan berbagai teknik dasar permainan dan olahraga, serta nilai-nilai yang terkandung di dalamnya
Kompetensi Dasar    : 1.1  Mempraktekkan variasi dan kombinasi teknik dasar salah satu permainan dan olahraga beregu bola besar lanjutan dengan koordinasi yang baik serta nilai kerjasama, toleransi, percaya diri, keberanian, menghargai lawan, bersedia berbagi tempat dan peralatan **)
Indikator                   :  Menendang dan   menghentikan bola dengan kontrol yang baik, Mengkoordinasikan  gerakan dengan teman satu tim, Bermain sepakbola dengan peraturan  yang dimodifikasi
     
I. Tujuan Pembelajaran      :
1.       Siswa dapat menendan dan menahan bola menggunakan kaki bagian dalam, luar dan punggung kaki dengan benar
2.       Siswa dapat melakukan koordinasi gerakan menendang dengan benar
3.       siswa dapat bermain sepakbola menggunakan peraturan yang dimodifikasi dengan benar

II. Materi AjarMateri Pokok: Permainan Sepakbola

III. Metode Pembelajaran

1.       Demonstrasi
2.       Bagian-bagian keseluruhan (Part-part whole)
3.       Saling menilai sesama teman (Resifrocal)
4.       Cakupan (Sistim mistar miring)

IV. Langkah-Langkah Pembelajaran
Pertemuan I
a.       Pendahuluan (15 menit)
·         Berbaris, berdoa, presensi, apersepsi, motivasi dan penjelasan tujuan pembelajaran
·         Pemanasan
b.       Inti (45 menit)
·         Melakukan teknik menendang bola menggunakan kaki bagian dalam dan luar
·         Melakukan teknik menahan bola menggunakan kaki bagian dalam dan luar
·         Bermain dengan peraturan yang dimodifikasi
c.   Penutup (20 menit)
·     Pendinginan, berbaris, evaluasi proses pembelajaran dan pemberian tugas

Pertemuan II

a. Pendahuluan (15 menit)
·         Berbaris, berdoa, presensi, apersepsi, motivasi dan penjelasan tujuan pembelajaran
·         Pemanasan
c.       Inti (45 menit)
·         Penguatan teknik menendang dan menahan bola menggunakan kaki bagian dalam dan luar
·         Melakukan teknik menendang bola dengan punggung kaki
·         Koordinasi teknik dasar menendang dan menahan bola
·         Bermain bola dengan peraturan yang dimodifikasi
c.       Penutup (20 menit)
·     Pendinginan, berbaris, evaluasi proses pembelajaran dan pemberian tugas

V. Alat, Bahan dan Sumber Belajar

a.       Alat:
·         Bola kaki/sejenisnya
·         Tiang pancang

b.       Bahan:
·         Kain untuk membuat bola atau bahan yang lainnya yang tidak membahayakan
c.       Sumber Belajar:
·         Media cetak
·         Media elektronik
·         Media lingkungan

VI. Penilaian

a.       Tes
·         Kuis tentang konsep sepakbola
·         Praktek teknik menendang, menahan, dan bermain sepakbola
b.       Non tes
·         Tugas Pengamatan

…………………………………

Mengetahui                                                  Guru Mata Pelajaran
Kepala Sekolah

                …………..……………….                                         ..............................................                                                    







                                                                          SILABUS

Nama Sekolah                      : ………………………………….
Mata Pelajaran                     : Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan
KelasSemester                     : ……………………………………..
Standar Kompetensi           : Mempraktekkan berbagai teknik dasar permainan dan olahraga, serta nilai-nilai yang terkandung di dalamnya

Kompetensi Dasar
Materi Pokok
Pengalaman Belajar
Indikator
Penilaian
Alokasi Waktu
Sumber/
Bahan/
Alat
1.1  Mempraktekkan variasi dan kombinasi teknik dasar salah satu permainan dan olahraga beregu bola besar lanjutan dengan koordinasi yang baik serta nilai kerjasama, toleransi, percaya diri, keberanian, menghargai lawan, bersedia berbagi tempat dan peralatan **)
Permainan Sepakbola
·  Menendang bola  dengan kaki bagian dalam, luar  dan punggung kaki, secara berpasangan berkelompok   dengan jarak  + 6 - 7 m
·  Melakukan koordinasi gerakan dengan teman satu tim
·  Bermain sepakbola  menggunakan 3-4 gawang kecil pada ukuran lapangan   basket/voli dengan  jumlah pemain 6 - 8 regu perkelompok

·    Menendang dan   menghentikan bola dengan kontrol  yang baik
·    Mengkoordinasikan  gerakan dengan teman satu tim
·    Bermain sepakbola dengan peraturan  yang dimodifikasi

·   Tes (Praktek)
·   Non Tes (pengamatan)

12 x 40
menit

·  Media cetak
·  Media
·  elektronik
·  Lingkungan
·  Bola kaki
·  Tiang pancang







Wassalam.
Salam olahraga’



Monday, 5 March 2018

MANAJEMEN PENDIDIKAN JASMANI DAN OLAHRAGA

MANAJEMEN PENDIDIKAN JASMANI & OLAHRAGA
(Arham Syahban, S.Pd., M.Pd.)

Halo rekan-rekan para pecinta pendidikan jasmani dan olahraga. semoga semuanya dalam kabar sehat jiwa dan raga. Postingan kali ini akan membahas mengenai manajemen penjas/OR. sederhananya "manajemen" sering kali kita lakukan dalam kehidupan sehari-hari. Kata manajemen berasal dari bahasa latin yaitu dari asal kata manus yang bararti tangan dan agere yang berarti melakukan. Akhirnya manajemen diterjemahkan dalam bahasa indonesia menjadi menajemen atau pengelolaan.

Menurut Rahayu (2015:358) Manajemen bisa dikatakan sebagai suatu proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengontrolan untuk mencapai tujuan-tujuan organisasi melalui pengorganisasian pemakaian sumber manusia dan material.  Lebih lanjut oleh Fattah (2008) dalam Rahayu (2015:358) yang menyatakan “manajemen diartikan sebagai proses merencana, mengorganisasi, memimpin, dan mengendalikan upaya organisasi dengan segala aspeknya agar tujuan organisasi tercapai secara efektif dan efisien”.

Menurut Daft dan Marcic, 1998 dalam Bucher and Krotee (2002) refer to management as the attainment of organizational goals in an effective and efficient manner through planning, organizing, leading, and controlling organizational resources (menyebut manajemen sebagai pencapaian tujuan organisasi secara efektif dan efisien melalui perencanaan, pengorganisasian, memimpin, dan mengendalikan sumber daya organisasi).

A. PENGERTIAN MANAJEMEN PENDIDIKAN JASMANI/OR

Menurut Jenkinson & Benson (2009:1) The primary role of physical education (PE) is to provide education of the physical and through the physical, including opportunities to develop the affective, cognitive and psychomotor domains (Peran utama pendidikan jasmani (PE) adalah untuk memberikan pendidikan fisik dan fisik, termasuk peluang untuk mengembangkan ranah afektif, kognitif, dan psikomotorik).

Menurut Brown (2018:1) Sport management is an applied field of study in which the knowledge and expertise needed to be successful is acquired both inside and outside of the classroom (Manajemen olahraga adalah bidang studi terapan di mana pengetahuan dan keahlian yang dibutuhkan untuk berhasil diperoleh baik di dalam maupun di luar kelas).

Menurut Liu dan Chin (2012:1) As the literature of sport management develops and expands, it becomes clear that the definition of sport management has been gradually evolving and expanding beyond athletic administration or managing sports (Ketika literatur manajemen olahraga berkembang dan berkembang, menjadi jelas bahwa definisi manajemen olahraga telah berangsur-angsur berkembang dan berkembang melampaui administrasi atletik atau mengelola olahraga).

The Sport Management Review Council (SMPAC), a representative council of The National Association of Sport and Physical Education (NASPE) and the North American Society of Pport Management (NASSM) (1993, 2000) further identify sport management as “the field of study offering the specialized training and education necessary for individuals seeking careers in any of the many segments of the industry (lebih lanjut mengidentifikasi manajemen olahraga sebagai "bidang studi menawarkan pelatihan khusus dan pendidikan yang diperlukan bagi individu yang mencari karir di salah satu dari banyak segmen industri"). (Bucher and Krotee (2002).

Manajemen pendidikan jasmani dan olahraga pada dasarnya merupakan seni atau proses dalam perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian/pengawasan sumber daya pendidikan melalui aktivitas jasmani dan olahraga yang terpilih untuk mencapai tujuan pendidikan secara efektif dan efisien. Atau dengan kata lain manajemen pendidikan jasmani/OR dapat diartikan sebagai seni dan ilmu mengelola sumber daya pendidikan jasmani/OR untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

B. TUJUAN MANAJEMEN PENDIDIKAN JASMANI/OR

Tujuan Manajemen pendidikan jasmani dan olahraga, yaitu memberikan kesempatan kepada anak untuk mempelajari berbagai kegiatan yang membina sekaligus mengembangkan potensi anak, baik dalam aspek fisik, mental, sosial, emosional dan moral yang dalam proses kegiatannya terdapat perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian/pengawasan secara sistematis, efesien dan efektif. Apabila hal tersebut telah dilakukan diharapkan nantinya mampu mengembangkan potensi setiap anak setinggi-tingginya, secara sederhana dan selaras dengan tujuan pendidikan jasmani dan olahraga meliputi tiga ranah atau domain yakni kogntif, psikomotor, dan afektif sebagai satu kesatuan.

Menurut Liu dan Ching (2012:2)  The field of sport management involves three types of professions: educators, researchers, and practitioners. The practice of sport management began as early as people started to organize a sport or recreational activity or event, made equipment for or participated in a sport or recreational activity (Bidang manajemen olahraga melibatkan tiga jenis profesi: pendidik, peneliti, dan praktisi. Praktek manajemen olahraga dimulai sejak orang mulai mengatur kegiatan atau acara olahraga atau rekreasi, membuat peralatan untuk atau berpartisipasi dalam kegiatan olahraga atau rekreasi).

Sejalan dengan hal diatas tujuan manajemen  pendidikan jasmani/OR  secara umum karena para peserta didik tidak menutup kemungkinan ketika terjun di masyarakat nanti akan menjadi  kepala  sekolah, Kepala  bagian, Kepala Biro, menjadi pemimpin sebuah klub atau  perkumpulan olahraga, manajer perkumpulan olahraga, ketua panitia pertandingan/kompetisi, dan lain sebagainya. Semua itu jika ingin berhasil dalam  memimpinnya dan melaksanakan tugas yang diamanhkan harus menggunakan manajemen.

Tujuan di atas juga merupakan pedoman bagi guru pendidikan jasmani dan olahraga dalam melaksanaan tugasnya. Tujuan tersebut harus bisa dicapai melalui kegiatan pembelajaran yang direncanakan secara matang, dengan berpedoman pada ilmu mendidik. Menurut Zipporah dkk, (2016: 5) The success of any curriculum implementation depends on the input from the classroom teacher. Hence, the first step in preparing teachers for implementing is getting them have training and in servicing in order to equip them with the necessary academic and professional competencies to be applied during the implementation of the curriculum (Keberhasilan implementasi kurikulum tergantung pada input dari guru kelas. Oleh karena itu, langkah pertama dalam mempersiapkan guru untuk implementasi adalah membuat mereka memiliki pelatihan dan pelayanan untuk membekali mereka dengan kompetensi akademik dan profesional yang diperlukan untuk diterapkan selama implementasi kurikulum). Dengan demikian, hal terpenting untuk disadari oleh guru pendidikan jasmani dan olahraga adalah bahwa ia harus menganggap dirinya sendiri sebagai pendidik, bukan hanya sebagai pelatih atau pengatur kegiatan.

C. FUNGSI MANAJEMEN PENDIDIKAN JASMANI/OR
  1. Perencanaan (Planning) adalah memikirkan apa yang akan dikerjakan dengan sumber yang dimiliki. Perencanaan mengandung banyak rangkaian putusan yang luas dan penjelasan-penjelasan dari tujuan, penentuan kebijakan, penentuan program, penentuan metode-metode dan prosedur tertentu dan penentu kegiatan berdasarkan jadwal yang ada. Sebagai penyelenggara manajemen pembelajaran di sekolah, guru pendidikan jasmani/OR  dituntut untuk merencanakan Analisis materi pelajaran (AMP), program tahunan (Prota), Program Semester (Promes), membuat pemetaan dan ikut serta menyusun Silabus dan membuat rencana program pembelajaran (RPP). Perencanaan pembelajaran pendidikan jasmani/OR harus dilakukan dengan baik karena merupakan langkah awal untuk mencapai keberhasilan dalam pembelajaran. Dan begitupun sebaliknya apabila perencanaan pembelajaran kurang dipersiapkan dengan baik maka pelaksanaan pembelajaran akan berakhir dengan kegagalan.
  2. Pengorganisasian (Organizing) dilakukan dengan tujuan membagi suatu kegiatan besar menjadi kegiatan-kegiatan yang lebih kecil. Pengorganisasian sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan dan sumber-sumber daya lainnya, pendelegasian, perencanaan dan pengembangan  dalam menerapkan fungsi pengorganisasian kearah tujuan. Selaras dengan perencanaan pembelajaran penjas/OR, pengorganisasian juga memiliki peran yang sangat penting dalam pembelajaran. Meskipun perencanaan sudah mantap tetapi dalam melaksanakan rencana nantinya apabila tidak di organisasikan secara baik pula hasilnya pun akan berakhir dengan kegagalan dalam pembelajaran. Seorang guru penjas/OR harus benar-benar siap materi, siap mental, siap metodologi, siap media, dan siap strategi pembelajaran. Hal-hal tersebut harus diorganisasikan dengan baik bila ingin mencapai hasil yang maksimal dalam pembelajaran pendidikan jasmani/OR .
  3. Memimpin (Leading). Menurut Bucher and Kroote (2002) leading means implementing and carrying out approved plans through work of employees and staff to achieve or exceed the organization's objectives (memimpin berarti menerapkan dan melaksanakan rencana yang disetujui melalui pekerjaan karyawan dan staf untuk mencapai atau melampaui tujuan organisasi). Memimpin berarti menciptakan budaya dan nilai-nilai bersama, mengomunikasikan tujuan dan menanamkan keinginan untuk tampil di tingkat tinggi. Guru pendidikan jasmani sebagai pemimpin dalam bidang pendidikan. Sudah selayaknyalah guru pendidikan jasmani menjadi pemimpin siswa-siswanya. Sebab ditinjau dari umur, pengetahuan, pengalaman dan nilai-nilai guru ini melebihi siswanya. Guru pendidikan jasmani adalah insan yang memiliki kompetensi dalam bidang keguruan dan memiliki tugas mendidik, membimbing, melatih dan mengembangkan mata pelajaran pendidikan jasmani di segala jenis sekolah. Guru pendidikan jasmani merupakan suri tauladan yang sangat layak ditiru oleh peserta didik dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Kondisi guru pendidikan jasmani dalam tugas profesinya mengantarkan guru pendidikan jasmani menjadi seorang pemimpin. 
  4. Pengawasan (Controlling) adalah mengevaluasi hasil kerja atau kinerja. Setelah melakukan kegiatan pembelajaran yang harus dilakukan guru pendidikan jasmani/OR adalah melakukan evaluasi pembelajaran. Kegiatan evaluasi ini dimaksudkan untuk mendapatkan umpan balik (feet back) atas kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan selama proses belajar mengajar. Keuntungan apabila seorang guru pendidikan jasmani/OR melakukan evaluasi diantaranya dapat mengetahui pencapaian standar kompetensi atau pencapaian tujuan yang diharapkan, dapat pula untuk mengetahui efektifitas pembelajaran yang dilakukan, karena seorang gurupendidikan jasmani/OR  tidak akan mungkin mengetahui perkembangan siswa didiknya tanpa melakukan evaluasi.
  5. Kepegawaian (Staffing). Arti Staffing atau Kepegawaian adalah aktivitas yang dilakukan yang meliputi menentukan, memilih, menempatkan dan membimbing personel. Prinsip dalam staffing adalah "the right man in the right place". Kegiatan Staffing antara lain memberikan motivasi kepada para pegawai agar selalu giat bekerja, kesejahteraan pegawai, penghargaan, membimbing agar pegawai lebih maju, kesempatan mengembangkan diri, penghentian dan pensiun pegawai. Guru Pendidikan jasmani merupakan salah satu staff/pegawai di sekolah. Guru pendidikan jasmani dituntut untuk melengkapi administrasi dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya sebagai salah satu guru/satff di sekolah. Administrasi yang bagaimana? Menurut Bucher and Krotee (2002) The Management function of staffing refers to the entire personnel duty of selection, assignment, training, and staff development and providing and maintaining favorable working conditions for all members of the organization (Fungsi manajemen kepegawaian mengacu pada seluruh tugas personil seleksi, penugasan, pelatihan, dan pengembangan staf dan menyediakan dan memelihara kondisi kerja yang menguntungkan untuk semua anggota organisasi). Seorang guru pendidikan jasmani/OR untuk menunjang karirnya menuju kesuksesan sebagai guru yang profesional, harus selalu belajar dan mencoba meningkatkan mutu dari dirinya dengan sering mengikuti pelatihan, bimtek ataupun seminar-seminar. 
Gambar. Proses Manajemen Pendidikan Jasmani dan Olahraga
Bucher and Krotee (2002:4)


D. MANFAAT MANAJEMEN PENDIDIKAN JASMANI/OR
Manfaat manajemen pendidikan jasmani /Olahraga diantaranya:
  1. Dengan menerapkan manajemen pendidikan jasmani dan OR Menciptakan budaya gerak dan hidup sehat kepada seluruh keluarga sekolah: kepala sekolah, guru-guru, siswa, dan staf administrasi
  2. Dengan menerapkan manajemen pendidikan jasmani dan OR peserta didik siap  menjadi seorang manajer ketika terjun di masyarakat nanti akan menjadi  kepala  sekolah, Kepala  bagian, Kepala Biro, menjadi pemimpin sebuah klub atau  perkumpulan olahraga, manajer perkumpulan olahraga, ketua panitia pertandingan/kompetisi, dan lain sebagainya.
  3. Dengan menerapkan manajemen pendidikan jasmani dan OR, guru penjas/OR dapat melaksanakan proses mengajar dengan efektif, efesien dan sistematis.
  4. Dengan manajemen pendidikan jasmani dan OR peserta didik mampu menjadi pelaksana Kegiatan olahraga (pertandingan, perlombaan dan event-event  besar olahraga) di kancah nasional dan internasional.
Demikianlah postingan kali ini mengenai Manajemen Pendidikan jasmani/Olahraga, semoga dapat bermanfaat dan menjadi referensi bagi yang membutuhkan khususnya mengenai hal-hal yang berhubungan tentang pendidikan jasmani dan Olahraga.

Penulis sangat berterimakasih apabila ada masukan dan kritik yang membangun guna perbaikan dalam mengembangkan pendidikan jasmani dan Olahraga tentunya.

Wassalam.
Salam Pendidikan Jasmani & Olahraga....... Jaya!!!


Daftar Pustaka:
  • Bucher, Charles A. & Krotee, March L. 2002. Management of Physical Education and Sport, Twelfth Edition. McGraw-Hill : New York.
  • Umam, Khaerul. 2012. Manajemen Organisasi. Bandung: CV. Pustaka Setia
  • Hoye, Russel, dkk. 2009. Second edition: Sport Management Principles and Applications. Butterworth-Heinemann is an imprint Elsevier: USA
  • Jackson, Roger, dkk. 2005. Sport Administration Manual. International Olympic Committee, Olympic Solidarity: Lausanne, Switzerland
  • Wibowo. 2007. Manajemen Kinerja-edisi kelima. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada
  • Tjakrawala, Kurniawan (Penterjemah). 2003. Sistem Pengendalian Manajemen. Jakarta : PT Salemba Emban Patria
  • Siagian, Sondang P. 2008. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta : Bumi Aksara
  • Rahayu, Entin Fuji. 2015. Manajemen Pembelajaran Dalam Rangka Pengembangan Kecerdasan Majemuk Peserta Didik. Manajemen Pendidikan Volume 24, Nomor 5, Maret 2015: 357-366, Hal. 358. di akses tanggal 2 Desember 2019 dari http://ap.fip.um.ac.id/wp-content/uploads/2015/05/volume-24-no.-55-14.pdf
  • Chris Brown, Jennifer Willett, Ruth Goldfine, Bernie Goldfine. 2018. Sport management internships: Recommendations for improving upon experiential learning. Journal of Hospitality, Leisure, Sport & Tourism Education 22 (2018) 75–81 (p.1) di akses 2 Oktober 2019 dari https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S1473837617302241
  • Li-wei Liu, Ching-hui Lin. 2012. Sport Management in Collegiate Athletic Administration. Procedia - Social and Behavioral Sciences 40 ( 2012 ) 364 – 367 (p.1) diakses 2 Desember 2019 dari https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S1877042812006684
  • Jenkinson, Kate and Benson, Amanda. 2009. Physical education, sport education and physical activity policies: Teacher knowledge and implementation in their Victorian state secondary school. European Physical Education Review [DOI: 10.1177/1356336X09364456] Volume15(3):365–388:364456 diakses tanggal 2 Desember 2019 dari https://www.researchgate.net/publication/224832438_Physical_education_sport_education_and_physical_activity_policies_Teacher_knowledge_and_implementation_in_their_Victorian_state_secondary_school
  • Zipporah, Migosi. Misia Kadenyi and Paul Maithya. 2016. Influence Of Teacher Related Factors On The Implementation Of Physical Education Syllabus In Public Primary Schools In Manga Sub County, Kenya. International Journal of Education and Research Vol. 4 No. 9 September 2016. diakses tnggal 2 Desember 2019 dari https://www.ijern.com/journal/2016/September-2016/01.pdf
  • https://arham892.blogspot.com/search?q=kepemimpinan di akses 9 Desember 2019
  • http://prasko17.blogspot.com/2012/09/pengertian-planning-organizing-staffing.html diakses 9 Desember 2019

Model Evaluasi Context, Input, Process, Product (CIPP)

đŸŒº MODEL EVALUASI CIPPđŸŒº đŸ‘‰Evaluasi didefinisikan sebagai Proses Menggambarkan, Mendapatkan, dan Menyediakan Informasi yang Bermanfaat untuk...

OnClickAntiAd-Block