Monday, 9 May 2016

K T S P (KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN)

Halo sahabat pecinta Pendidikan Jasmani yang berbahagia dimanapun berada. Pada postingan kali ini akan membahas mengenai salah satu Kurikulum di Indonesia yang sangat fenomenal yaitu Kurikulum 2006 atau yang populer dengan sebutan KTSP.
Materi kali ini akan membahas mengenai Pengertian KTSP, Komponen KTSP, Pelaksanaan Penyusunan KTSP, Prinsip-Prinsip Pengembangan KTSP, dan Acuan Operasional Penyusunan KTSP.

1.      PENGERTIAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP)
KTSP adalah kurikulum operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan. KTSP terdiri dari tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan, struktur dan muatan kurikulum tingkat  satuan pendidikan, kalender pendidikan, dan silabus.

2.      KOMPONEN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP)

            a)      Tujuan Pendidikan Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).
Tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan dasar dan menengah dirumuskan mengacu kepada tujuan umum pendidikan berikut.
1)      Tujuan pendidikan dasar adalah meletakkan dasar kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut.
2)      Tujuan pendidikan menengah adalah meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut.
3)      Tujuan pendidikan menengah kejuruan adalah meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut sesuai dengan kejuruannya.

b)     Struktur dan Muatan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).
Struktur dan muatan KTSP pada jenjang pendidikan dasar dan menengah yang tertuang dalam SI meliputi lima kelompok mata pelajaran sebagai berikut.
1.      Kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia 
2.      Kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian
3.      Kelompok mata pelajaran  ilmu pengetahuan dan teknologi
4.      Kelompok mata pelajaran estetika
5.      Kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga dan kesehatan
Kelompok mata pelajaran tersebut dilaksanakan melalui muatan dan/atau kegiatan pembelajaran sebagaimana diuraikan dalam PP 19/2005 Pasal 7.
Muatan KTSP meliputi sejumlah mata pelajaran yang keluasan dan kedalamannya merupakan beban belajar bagi peserta didik pada satuan pendidikan. Di samping itu materi muatan lokal dan kegiatan pengembangan diri termasuk ke dalam isi kurikulum.
1)      Mata pelajaran
Mata pelajaran beserta alokasi waktu untuk masing-masing tingkat satuan pendidikan berpedoman pada struktur kurikulum yang tercantum dalam SI.
2)      Muatan Lokal
Muatan lokal merupakan kegiatan kurikuler untuk mengembangkan kompetensi yang disesuaikan dengan ciri khas dan potensi daerah, termasuk keunggulan daerah, yang materinya tidak sesuai menjadi bagian dari mata pelajaran lain dan atau terlalu banyak sehingga harus menjadi mata pelajaran tersendiri. Substansi muatan lokal ditentukan oleh satuan pendidikan, tidak terbatas pada mata pelajaran keterampilan. Muatan lokal merupakan mata pelajaran, sehingga satuan pendidikan harus mengembangkan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar untuk setiap jenis muatan lokal yang diselenggarakan. Satuan pendidikan dapat menyelenggarakan satu mata pelajaran muatan lokal setiap semester. Ini berarti bahwa dalam satua tahun satuan pendidikan dapat menyelenggarakan dua mata pelajaran muatan lokal.
3)      Kegiatan Pengembangan Diri
Pengembangan diri adalah kegiatan yang bertujuan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan dan mengekspresikan diri sesuai dengan kebutuhan, bakat, minat, setiap peserta didik sesuai dengan kondisi sekolah. Kegiatan pengembangan diri difasilitasi dan/atau dibimbing oleh konselor, guru, atau tenaga kependidikan yang dapat dilakukan dalam bentuk kegiatan ekstrakurikuler. Kegiatan pengembangan diri dapat dilakukan antara lain melalui kegiatan pelayanan konseling yang berkenaan dengan masalah diri pribadi dan kehidupan sosial, belajar, dan pengembangan karier peserta didik serta kegiatan keparamukaan, kepemimpinan, dan kelompok ilmiah remaja.
Khusus untuk sekolah menengah kejuruan pengembangan diri terutama ditujukan untuk pengembangan kreativitas dan bimbingan karier.  Pengembangan diri untuk satuan pendidikan khusus menekankan pada peningkatan kecakapan hidup dan kemandirian sesuai dengan kebutuhan khusus peserta didik. Pengembangan diri bukan merupakan mata pelajaran. Penilaian kegiatan pengembangan diri dilakukan secara kualitatif, tidak kuantitatif seperti pada mata pelajaran.
4)      Pengaturan Beban Belajar
a)      Beban belajar dalam sistem paket digunakan oleh tingkat satuan pendidikan SD / MI / SDLB, SMP / MTs / SMPLB baik kategori standar maupun mandiri, SMA / MA / SMALB / SMK / MAK kategori standar.
Beban belajar dalam sistem kredit semester (SKS) dapat digunakan oleh SMP/MTs/SMPLB kategori mandiri, dan oleh SMA / MA / SMALB / SMK / MAK kategori standar.
Beban belajar dalam sistem kredit semester (SKS) digunakan oleh SMA / MA / SMALB / SMK / MAK kategori mandiri.
b)      Jam pembelajaran untuk setiap mata pelajaran pada sistem paket dialokasikan sebagaimana tertera dalam struktur kurikulum. Pengaturan  alokasi waktu untuk setiap mata pelajaran yang terdapat pada semester ganjil dan genap dalam satu tahun ajaran dapat dilakukan secara fleksibel dengan jumlah beban belajar yang tetap. Satuan pendidikan dimungkinkan menambah maksimum empat jam pembelajaran per minggu secara keseluruhan.
Pemanfaatan jam pembelajaran tambahan mempertimbangkan kebutuhan peserta didik dalam mencapai kompetensi, di samping dimanfaatkan untuk mata pelajaran lain yang dianggap penting dan tidak terdapat di dalam struktur kurikulum yang tercantum di dalam Standar Isi.
c)      Alokasi waktu untuk penugasan terstruktur dan kegiatan mandiri tidak terstruktur dalam sistem paket untuk SD/MI/SDLB 0% - 40%, SMP / MTs / SMPLB 0% - 50% dan SMA / MA / SMALB / SMK / MAK 0% -  60% dari waktu kegiatan tatap muka mata pelajaran yang bersangkutan. Pemanfaatan alokasi waktu tersebut mempertimbangkan potensi dan kebutuhan peserta didik dalam mencapai kompetensi.
d)     Alokasi waktu untuk praktik, dua jam kegiatan praktik di sekolah setara dengan satu jam tatap muka. Empat jam praktik di luar sekolah setara dengan satu jam tatap muka.
e)      Alokasi waktu untuk tatap muka, penugasan terstruktur, dan kegiatan mandiri tidak terstruktur untuk SMP / MTs dan SMA / MA / SMK / MAK yang menggunakan sistem SKS mengikuti aturan sebagai berikut.
1)      Satu SKS pada SMP / MTs terdiri atas: 40 menit tatap muka, 20 menit kegiatan terstruktur dan kegiatan mandiri tidak terstruktur.
2)      Satu SKS pada SMA / MA / SMK / MAK terdiri atas: 45 menit tatap muka, 25 menit kegiatan terstruktur dan kegiatan mandiri tidak terstruktur.   
5.      Ketuntasan Belajar
Ketuntasan belajar setiap indikator yang telah ditetapkan dalam suatu kompetensi dasar berkisar antara 0-100%. Kriteria ideal ketuntasan untuk masing-masing indikator 75%. Satuan pendidikan harus menentukan kriteria ketuntasan minimal dengan mempertimbangkan tingkat kemampuan rata-rata peserta didik serta kemampuan sumber daya pendukung dalam penyelenggaraan pembelajaran. Satuan pendidikan diharapkan meningkatkan kriteria ketuntasan belajar secara terus menerus untuk mencapai kriteria ketuntasan ideal.
6.      Kenaikan Kelas dan Kelulusan.
Kenaikan kelas dilaksanakan pada setiap akhir tahun ajaran. Kriteria kenaikan kelas diatur oleh masing-masing direktorat teknis terkait.
Sesuai dengan ketentuan PP 19/2005 Pasal 72 Ayat (1), peserta didik dinyatakan lulus dari satuan pendidikan pada pendidikan dasar dan menengah setelah:
a)      menyelesaikan seluruh program pembelajaran;
b)      memperoleh nilai minimal baik pada penilaian akhir untuk seluruh mata pelajaran kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia, kelompok kewarganegaraan dan kepribadian, kelompok mata pelajaran estetika, dan kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga, dan kesehatan;
c)      lulus ujian sekolah/madrasah untuk kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi; dan
d)     lulus Ujian Nasional. 
7.      Penjurusan
Penjurusan dilakukan pada kelas XI dan XII di SMA/MA. Kriteria penjurusan diatur oleh direktorat teknis terkait.
8.      Pendidikan Kecakapan Hidup
a)      Kurikulum untuk SD / MI / SDLB, SMP / MTs / SMPLB, SMA / MA /  SMALB, SMK / MAK dapat memasukkan pendidikan kecakapan hidup, yang mencakup kecakapan pribadi, kecakapan sosial, kecakapan akademik dan/atau kecakapan vokasional.
b)      Pendidikan kecakapan hidup dapat merupakan bagian integral dari pendidikan semua mata pelajaran dan/atau berupa paket/modul yang direncanakan secara khusus.
c)      Pendidikan kecakapan hidup dapat diperoleh peserta didik dari satuan pendidikan yang bersangkutan dan/atau dari satuan pendidikan formal lain dan/atau nonformal. 
9.      Pendidikan Berbasis Keunggulan Lokal dan Global
a)      Pendidikan berbasis keunggulan lokal dan global adalah pendidikan yang memanfaatkan keunggulan lokal dan kebutuhan daya saing global dalam  aspek ekonomi, budaya, bahasa, teknologi informasi dan komunikasi, ekologi, dan lain-lain, yang semuanya bermanfaat bagi pengembangan kompetensi peserta didik.
b)      Kurikulum untuk semua tingkat satuan pendidikan dapat memasukkan pendidikan berbasis keunggulan lokal dan global.
c)      Pendidikan berbasis keunggulan lokal dan global dapat merupakan bagian dari semua mata pelajaran dan juga dapat menjadi mata pelajaran muatan lokal.
d)     Pendidikan berbasis keunggulan lokal dapat diperoleh peserta didik dari satuan pendidikan formal lain dan/atau nonformal yang sudah memperoleh akreditasi.

c)      Kalender Pendidikan
Satuan pendidikan dasar dan menengah dapat menyusun kalender pendidikan sesuai dengan kebutuhan daerah, karakteristik sekolah, kebutuhan peserta didik dan masyarakat, dengan memperhatikan kalender pendidikan sebagaimana yang dimuat dalam Standar Isi.

3.      PELAKSANAAN PENYUSUNAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP)

                   a)      Analisis Konteks
1)      Mengidentifikasi SI dan SKL sebagai acuan dalam penyusunan KTSP.
2)      Menganalisis kondisi yang ada di satuan pendidikan yang meliputi peserta didik, pendidik dan tenaga kependidikan, sarana prasarana, biaya, dan program-program.
3)      Menganalisis peluang dan tantangan yang ada di masyarakat dan lingkungan sekitar:  komite sekolah, dewan pendidikan, dinas pendidikan, asosiasi  profesi, dunia industri dan dunia kerja, sumber daya alam dan sosial budaya.
                  b)      Mekanisme Penyusunan
1)      Tim Penyusun
Tim penyusun KTSP pada  SD, SMP, SMA dan SMK terdiri atas guru, konselor, dan kepala sekolah sebagai ketua merangkap anggota. Di dalam kegiatan tim penyusun melibatkan komite sekolah, dan nara sumber, serta pihak lain yang terkait.  di Supervisi dilakukan oleh dinas yang bertanggung jawab di bidang pendidikan tingkat kabupaten/kota untuk SD dan SMP dan tingkat provinsi untuk SMA dan SMK.
Tim penyusun kurikulum tingkat satuan pendidikan MI, MTs, MA dan MAK terdiri atas guru, konselor, dan kepala madrasah sebagai ketua merangkap anggota. Di dalam kegiatan tim penyusun melibatkan komite sekolah, dan nara sumber, serta pihak lain yang terkait. Supervisi dilakukan oleh departemen yang menangani urusan pemerintahan di bidang agama.
Tim penyusun kurikulum tingkat satuan pendidikan khusus (SDLB,SMPLB, dan SMALB)  terdiri atas guru, konselor, kepala sekolah sebagai ketua merangkap anggota. Di dalam kegiatan tim penyusun melibatkan komite sekolah, dan nara sumber, serta pihak lain yang terkait. Supervisi dilakukan oleh dinas provinsi yang bertanggung jawab di bidang pendidikan.
2)      Kegiatan
Penyusunan KTSP merupakan bagian dari kegiatan perencanaan sekolah/madrasah. Kegiatan ini dapat berbentuk rapat kerja dan/atau lokakarya sekolah/madrasah dan/atau kelompok sekolah/madrasah yang diselenggarakan dalam jangka waktu sebelum tahun pelajaran baru. 
Tahap kegiatan penyusunan KTSP secara garis besar meliputi: penyiapan dan penyusunan draf, reviu dan revisi, serta finalisasi, pemantapan dan penilaian. Langkah yang lebih rinci dari masing-masing kegiatan diatur dan diselenggarakan oleh tim penyusun.   
3)      Pemberlakuan
Dokumen KTSP pada SD, SMP, SMA, dan SMK dinyatakan berlaku oleh kepala sekolah setelah mendapat pertimbangan dari komite sekolah dan diketahui oleh dinas tingkat kabupaten/kota yang bertanggung jawab di bidang pendidikan untuk SD dan SMP, dan tingkat propinsi untuk SMA dan SMK
Dokumen KTSP pada MI, MTs, MA, dan MAK dinyatakan berlaku oleh kepala madrasah setelah mendapat pertimbangan dari komite madrasah dan diketahui oleh departemen yang menangani urusan pemerintahan di bidang agama.
Dokumen kurikulum tingkat satuan pendidikan SDLB, SMPLB, dan SMALB dinyatakan berlaku oleh kepala sekolah serta mendapat pertimbangan dari komite sekolah dan diketahui dinas provinsi yang bertanggung jawab di bidang pendidikan.

4.      PRINSIP-PRINSIP PENGEMBANGAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP)
KTSP dikembangkan sesuai dengan relevansinya oleh setiap kelompok atau satuan pendidikan di bawah koordinasi dan supervisi dinas pendidikan atau kantor Departemen Agama Kabupaten/Kota untuk pendidikan dasar dan provinsi untuk pendidikan menengah. Pengembangan KTSP mengacu pada SI dan SKL dan berpedoman pada panduan penyusunan kurikulum yang disusun oleh BSNP, serta memperhatikan pertimbangan komite sekolah/madrasah. Penyusunan KTSP untuk pendidikan khusus dikoordinasi dan disupervisi oleh dinas pendidikan provinsi, dan berpedoman pada SI dan SKL serta panduan penyusunan kurikulum yang disusun oleh BSNP.
KTSP dikembangkan berdasarkan prinsip-prinsip sebagai berikut:
a)      Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik dan lingkungannya.
Kurikulum dikembangkan berdasarkan prinsip bahwa peserta didik memiliki posisi sentral untuk mengembangkan kompetensinya agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Untuk mendukung pencapaian tujuan tersebut pengembangan kompetensi peserta didik disesuaikan dengan potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik serta tuntutan lingkungan. Memiliki posisi sentral berarti kegiatan pembelajaran berpusat pada peserta didik.
b)      Beragam dan terpadu
Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan keragaman karakteristik peserta didik, kondisi daerah, jenjang dan jenis pendidikan, serta menghargai dan tidak diskriminatif terhadap perbedaan agama, suku, budaya, adat istiadat, status sosial ekonomi, dan jender. Kurikulum meliputi substansi komponen muatan wajib kurikulum, muatan lokal, dan pengembangan diri secara terpadu, serta disusun dalam keterkaitan dan kesinambungan yang bermakna dan tepat antarsubstansi.
c)      Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni
Kurikulum dikembangkan atas dasar kesadaran bahwa ilmu pengetahuan, teknologi dan seni yang berkembang secara dinamis. Oleh karena itu, semangat dan isi kurikulum memberikan pengalaman belajar peserta didik untuk mengikuti dan memanfaatkan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.
d)     Relevan dengan kebutuhan kehidupan
Pengembangan kurikulum dilakukan dengan   melibatkan pemangku kepentingan (stakeholders) untuk menjamin relevansi pendidikan dengan kebutuhan kehidupan, termasuk di dalamnya kehidupan  kemasyarakatan, dunia usaha dan  dunia kerja. Oleh karena itu, pengembangan keterampilan pribadi,  keterampilan  berpikir, keterampilan sosial, keterampilan akademik, dan keterampilan vokasional merupakan keniscayaan.
e)      Menyeluruh dan berkesinambungan
Substansi kurikulum mencakup keseluruhan dimensi kompetensi,   bidang kajian keilmuan dan mata pelajaran yang direncanakan dan disajikan secara berkesinambungan antarsemua jenjang pendidikan.
f)       Belajar sepanjang hayat
Kurikulum diarahkan kepada proses pengembangan, pembudayaan, dan pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat. Kurikulum mencerminkan keterkaitan antara unsur-unsur pendidikan formal, nonformal, dan informal  dengan memperhatikan kondisi dan tuntutan lingkungan yang selalu berkembang serta arah pengembangan manusia seutuhnya.
g)      Seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah
Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan kepentingan nasional dan kepentingan daerah untuk membangun kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Kepentingan nasional dan kepentingan daerah harus saling mengisi dan memberdayakan sejalan dengan motto Bhineka Tunggal Ika dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

5.      ACUAN OPERASIONAL PENYUSUNAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP)
KTSP disusun dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut.
a)      Peningkatan iman dan takwa serta akhlak mulia
Keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia menjadi dasar pembentukan kepribadian peserta didik secara utuh. Kurikulum disusun yang memungkinkan semua mata pelajaran dapat menunjang peningkatan iman dan takwa serta akhlak mulia.
b)      Peningkatan potensi, kecerdasan, dan minat sesuai dengan tingkat perkembangan dan kemampuan peserta didik.
Pendidikan merupakan proses sistematik untuk meningkatkan martabat manusia secara holistik yang memungkinkan potensi diri (afektif, kognitif, psikomotor) berkembang secara optimal. Sejalan dengan itu,  kurikulum disusun dengan memperhatikan potensi, tingkat perkembangan, minat, kecerdasan intelektual, emosional dan sosial, spritual, dan kinestetik peserta didik.
c)      Keragaman potensi dan karakteristik daerah dan lingkungan.
Daerah memiliki potensi, kebutuhan, tantangan, dan keragaman karakteristik lingkungan. Masing-masing daerah memerlukan pendidikan sesuai dengan karakteristik daerah dan pengalaman hidup sehari-hari. Oleh karena itu, kurikulum harus memuat keragaman tersebut untuk menghasilkan lulusan yang relevan dengan kebutuhan pengembangan daerah.
d)     Tuntutan pembangunan daerah dan nacional.
Dalam era otonomi dan desentralisasi untuk mewujudkan pendidikan yang otonom dan demokratis perlu memperhatikan keragaman dan mendorong partisipasi masyarakat dengan tetap mengedepankan wawasan nasional. Untuk itu, keduanya harus ditampung secara berimbang dan saling mengisi.
e)      Tuntutan dunia kerja.
Kegiatan pembelajaran harus dapat mendukung tumbuh kembangnya pribadi peserta didik yang berjiwa kewirausahaan dan mempunyai kecakapan hidup. Oleh sebab itu, kurikulum perlu memuat kecakapan hidup untuk membekali peserta didik memasuki dunia kerja. Hal ini sangat penting terutama bagi satuan pendidikan kejuruan  dan peserta didik yang tidak melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi.
f)       Perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.
Pendidikan perlu mengantisipasi dampak global yang membawa masyarakat berbasis pengetahuan di mana IPTEKS sangat berperan sebagai penggerak utama perubahan. Pendidikan harus terus menerus melakukan adaptasi dan penyesuaian perkembangan IPTEKS sehingga tetap relevan dan kontekstual dengan perubahan. Oleh karena itu, kurikulum harus dikembangkan secara berkala dan berkesinambungan sejalan dengan perkembangan Ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni. 
g)      Agama.
Kurikulum harus dikembangkan untuk mendukung peningkatan iman dan taqwa serta akhlak mulia dengan tetap memelihara toleransi dan kerukunan umat beragama. Oleh karena itu, muatan kurikulum semua mata pelajaran harus ikut mendukung peningkatan iman, taqwa dan akhlak mulia.
h)      Dinamika perkembangan global.
Pendidikan harus menciptakan kemandirian, baik pada individu maupun bangsa, yang sangat penting ketika dunia digerakkan oleh pasar bebas. Pergaulan antarbangsa yang semakin dekat memerlukan individu yang mandiri dan mampu bersaing serta mempunyai kemampuan untuk hidup berdampingan dengan suku dan bangsa lain.
i)        Persatuan nasional dan nilai-nilai kebangsaan.
Pendidikan diarahkan untuk membangun karakter dan wawasan kebangsaan peserta didik yang menjadi landasan penting bagi upaya memelihara persatuan dan kesatuan bangsa dalam kerangka NKRI. Oleh karena itu, kurikulum harus mendorong berkembangnya wawasan dan sikap kebangsaan serta persatuan nasional untuk memperkuat keutuhan bangsa dalam  wilayah NKRI.
j)        Kondisi sosial budaya masyarakat setempat.
Kurikulum harus dikembangkan dengan memperhatikan karakteristik sosial budaya masyarakat setempat dan menunjang kelestarian keragaman budaya. Penghayatan dan apresiasi pada budaya setempat harus terlebih dahulu ditumbuhkan sebelum mempelajari budaya dari daerah dan bangsa lain.
k)      Kesetaraan Jender.
Kurikulum harus diarahkan kepada terciptanya pendidikan yang berkeadilan dan memperhatikan kesetaraan jender.
l)        Karakteristik satuan pendidikan.
Kurikulum harus dikembangkan sesuai dengan visi, misi, tujuan, kondisi, dan ciri khas satuan pendidikan.  





Tuesday, 3 May 2016

Sepak Takraw

A. SEPAK TAKRAW

Istilah Sepak takraw merupakan perpaduan antara bahasa Malaysia dan bahasa Muangthai yaitu: SEPAK berasal dari bahasa Malaysia yang berarti sepak, dan TAKRAW berasal dari bahasa Muangthai yang berarti bola rotan.

Setiap negara mempunyai nama sendiri-sendiri untuk permainan sepak takraw seperti misalnya:
  • Malaysia dengan nama sepak raga jaring.
  • Muangthai (Thailand) dengan nama takraw
  • Philipina dengan nama sipak
  • Indonesia dengan Sepak Raga
Unsur Permainan sepak takraw merupakan perpaduan atau penggabungan tiga buah permainan yaitu permainan sepakbola, bola voli, dan bulutangkis. Setiap regu terdiri atas tiga orang pemain yang bertugas sebagai tekong yang berdiri paling belakang, dua orang lainnya menjadi pemain depan yang berada disebelah kiri dan kanan yang disebut apit kanan dan apit kiri. Permainan sepak takraw termasuk kategori olahraga keras dalam pelaksanaannya, di mana kontak langsung dari lompatan dan tendangan (smash) akan dapat mengakibatkan cedera, oleh sebab itu teknik-teknik dasar harus diperhatikan dengan sungguh-sungguh
.
Ada beberapa teknik yang harus dikuasai dalam permainan sepak takraw, yaitu teknik dasar dan teknik khusus.

1. Teknik dasar sepak takraw, yaitu;
  • Sepak sila 
  • Sepak kura atau Sepak kuda 
  • Sepak badak atau Sepak simpuh 
  • Teknik memaha atau main menggunakan paha.
2. Teknik Khusus dalam permainan sepaktakraw.
Selain teknik dasar dalam permainan sepaktakraw seorang pemain juga harus mempunyai atau menguasai teknik khusus. Tanpa memiliki teknik khusus itu, permainan sepaktakraw tidak bisa dilakukan dengan baik dan sempurna. Teknik khusus tidak lain adalah cara bermain sepaktakraw. Teknik khusus sangat berperan didalam sebuah permainan karena setelah bola dikuasai apa yang harus dilakukan untuk membuat serangan dan serangan itu dapat menghasilkan angka atau poin. Kemampuan atau ketrampilan yang dimaksud dengan teknik khusus dalam permainan sepaktakraw di atas adalah:
  • Sepakmula (servis). 
  • Menerima sepakmula (servis). 
  • Mengumpan 
  • Smash. 
  • Block/ menahan.
Sparing anak pulau sembilan vs tim takraw sarang tiung Kotabaru Kalimantan Selatan

B.TEKNIK KHUSUS SEPAKTAKRAW;  SEPAK KUDA DAN SMASH

Dalam kesempatan kali ini kita akan membahas tentang teknik khusus dalam sepaktakraw yaitu  Sepak Kuda dan Smash saja. Penulis sedikit merincikan mengenai pengertian sepak kuda, penggunaan sepak kuda, teknik melakukan sepak kuda dan beberapa bentuk latihan sepak kuda. Demikian halnya dengan Smash akan dirincikan tentang pengertian smash itu sendiri, macam-macam smash dan rangkaian gerak smash dengan menggunakan kura-kura kaki.
1. Pengertian Sepak Kuda
Sepak Kuda adalah sepakan atau menyepak dengan menggunakan kura kaki atau menyepak dengan punggung kaki
a. Penggunaan Sepak Kuda
  • Memainkan bola yang datangnya rendah dan kencang atau keras.
  • Menyelamatkan dari serangan lawan, mempertahankan diri dari serangan lawan.
  • Memainkan bola,mengawal atau menguasai bola dalam usaha menyelamatkan bola
b. Teknik Melakukan Sepak Kuda
  1. Berdiri dengan kedua kaki terbuka selebar bahu.
  2. Lutut kaki sepak dibengkokkan sedikit sambil ujung jari mengarah ke tanah/lantai, kaki tendang ke arah bola yang datang di bawah lutut.
  3. Bola disentuh pada bagian bawahnya dengan bagian atas kaki (punggung kaki).
  4. Mata melihat ke arah bola datang.
  5. Badan dibungkukkan sedikit, kaki tumpu ditekuk.
  6. Kedua tangan dibuka dan dibengkokkan pada siku untuk menjaga keseimbangan.
  7. Bola disepak ke atas setinggi kepala
c. Beberapa Latihan Sepak Kuda
1) Latihan Berpasangan
  • Pemain berbaris dua bersaf berhadapan dengan jarak 3-4 meter.
  • Barisan A (1, 2, 3, 4, 5) melambungkan bola kepada barisan B. Barisan B menyepak bola dengan punggug kakinya setinggi kepala barisan A, dan barisan A menangkap bola.
  • Setelah 5 kali latihan dalam poin B, maka diadakan pergantian pelambung dan penyepak.
  • Seperti latihan b, bola dikontrol/ditimang satu kali deelum diberikan kepada pelambung, setelah 5 kali diadakan pergantian seperti sebelumnya.
2) Latihan Sendiri
  • Setiap pemain diberi sebuah bola.
  • Bola dilambungkan sendiri dan disepak dengan bagian atas atau punggung kaki atau kura kaki. Bola disepak setinggi kepala lalu ditangkap
  • Latihan poin b dilakuka berulang-ulang
3) Latihan Formasi 1 Lawan 5 
  • Pemain berbaris dua bersaf berhadapan, dengan jarak 3-4 meter, barisan pertama 5 orang dan barisan kedua 1 orang.
  • Pemain 1 melambungkan bola ke pemain 2, pemain 2 menerima bola dan menyepak bola dengan kura kaki setinggi kepala, memberikannya ke pemain 1 dan menangkapnya. Kemudian pemain 1 melambungkan bola ke pemain 3, 4, 5, 6, serta mengembalikan bola seperti pemain sebelumnnya.
  • Setelah selesai latihan poin b, pemain 2 menjadi pelambung, dan sterusnya sampai semuanya mendapat giliran.
  • Bola yang dilambung dikontrol sekali dengan sepak sila dan diberikan kepada pelambung dengan sepak kura.
4) Latihan Formasi Berbaris Berkelompok
  • Pemain berbaris berbanjar berkelompok berhadapan (Kelompok A berhadapan dengan kelompok B), dengan jarak 3-4 meter.
  • Pemain 1 kelompok A melambungkan bola ke pemain 1 kelompok B. Pemain 1 B menyepak bola dengan kura kaki setinggi kepala pemain 2 A yang telah maju menggantikan 1 A yang mundur ke belakang. Pemain yang sudah menyepak kuda dan pemain yang telah melambungkan bola kemudian pindah kebelakang.
  • Penggantian pelambung dan penyepak dilakukan setelah semua pemain telah melakukannya, pelambung menjadi penyepak dan penyepak menjadi pelambung.
  • Seperti latihan b, sebelum menyepak bola ke pihak lawan, bola ditimang sekali dengan sepak sila. Menyepak bola ke pihak lawan selalu dengan sepak kudadan tingginya setinggi kepala. Setelah selesai melaksanakan tugas, maka diadakan pergantian penyepak menjadi pelambung dan sebaliknya.
2. Pengertian Smash
Salah satu teknik dasar dalam olahraga sepak takraw adalah smash. Tanpa mengabaikan teknik dasar yang lain, smash adalah teknik dasar yang sering digunakan dalam pertandingan sepak takraw karena sangat efektif dalam mematikan bola dan dalam perolehan nilai/angka. “Smash adalah gerak kerja yang terpenting dan merupakan gerak akhir dari gerak kerja serangan ke daerah lawan.”
Gerakan smash merupakan suatu gerakan yang kompleks atau suatu serangkaian gerakan yang serempak tidak terputus dan disertai dengan tenaga yang besar. Selanjutnya Ucup Yusup dkk, mengemukakan bahwa “smash adalah tindakan pukulan terhadap bola yang lurus ke bawah sehingga bola akan bergerak dengan cepat dan menukik melewati jaring/net menuju ke sasaran yang diinginkan.”
a. Macam-macam Smash
1) Smash kepala meliputi :
  • Dahi/kening
  • Samping kanan kepala
  • Samping kiri kepala
2) Smash kaki meliputi :
  • Kaki bagian dalam
  • Kaki bagian luar/kura-kura kaki
  • Bagian telapak kaki
b. Rangkaian gerak smash dengan KURA-KURA kaki
(1) Pengambilan ancang-ancang dan tumpuan
  • Berdiri membelakangi net
  • Kaki kiri dibelakang
  • Langkah tumpuan adalah mengangkat kaki kiri sekuat-kuatnya dengan posisi badan dan lutut mengeper sehingga titik berat berada pada persendian kaki kanan.
(2) Melayang
Dengan cepat, menarik kaki kiri setinggi pinggang atau dengan kemampuan disertai dengan putaran badan ke samping kanan, dibantu dengan tolakan kaki kanan kemudian melayang.
(3) Smash
Pada saat di udara, langsung melakukan smash dengan mengayunkan kaki kanan lurus ke atas melewati kepala kemudian punggung kaki diarahkan pada bola yang mengarah sasaran di daerah lawan. Atau dengan kekuatan full si pelaku melakukan smash dengan gerakan back rool di udara.
(4) Mendarat
Pada saat melakukan pendaratan, posisi kaki kanan yang melakukan smash sudah dalam keadaan lurus ke bawah diikuti dengan kaki kiri bersamaan untuk menjaga keseimbangan tubuh pada saat mendarat kemudian kembali pada posisi semula.

Bersama anak-anak Pulau Sembilan Kotabaru Kalimantan Selatan

Anak Pulau Juga Bisa !! (POMNAS 2017 Sulawesi Selatan)

Be The Best Guys!!

Model Evaluasi Context, Input, Process, Product (CIPP)

đŸŒº MODEL EVALUASI CIPPđŸŒº đŸ‘‰Evaluasi didefinisikan sebagai Proses Menggambarkan, Mendapatkan, dan Menyediakan Informasi yang Bermanfaat untuk...

OnClickAntiAd-Block