Wednesday 3 January 2024

OUTDOOR ACTIVITY

🌴🌴 OUTDOOR ACTIVITY 🌴🌴

Pendidikan luar ruangan telah lama dianggap sebagai cara yang efektif untuk memperkenalkan siswa pada dunia modern [1]. Outdoor activity disajikan sebagai cara untuk "kembali ke alam,  terhubung dengan alam, dan  mengembangkan kepedulian dan sikap terhadap lingkungan" [2].  Anak-anak yang aktif bermain di luar ruangan mempunyai kesempatan untuk mengeksplorasi lingkungan alamnya dan belajar tentang alam [3]. Aktivitas di luar ruangan menunjukkan adanya hubungan yang kompleks antara lingkungan dan cara pandang [4]. Kurikulum sekolah mewajibkan guru untuk memberikan izin kepada siswa, orang tua, dan pengelola sekolah untuk mengikuti berbagai kegiatan di luar ruangan yang memperhitungkan kegiatan sekolah biasa [5]. 🌻🌻🌻

Pembelajaran di luar ruangan mengacu pada pelaksanaan kegiatan pembelajaran di luar ruangan yang berkaitan dengan isi pembelajaran tertentu [6]. Steiger menegaskan bahwa Pendidikan luar ruangan dirancang dengan baik dan dilaksanakan secara efektif, berdasarkan kurikulum saat ini atau masa depan, dan memberikan banyak kesempatan kepada pelajar untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan, perilaku sosial, dan hubungan antara siswa dan guru [7]. Selain itu, hal ini memberikan pengalaman dunia nyata, yang menambah nilai pada praktik pembelajaran harian siswa. 🌷🌷🌷

Pendidikan luar ruangan biasanya ditemukan dalam  ilmu alam dan sosial, namun juga dapat menjadi strategi  geografi yang penting untuk ruang kelas humaniora. Piagam Internasional Pendidikan Geografi yang direvisi pada tahun 2016 menekankan pentingnya pendidikan geografi dalam kehidupan  abad ke-21 [8]. Piagam ini juga berfokus pada keberlanjutan, dunia yang terhubung, dan tanggung jawab manusia terhadap lingkungan alam dan orang lain. Jika kita ingin mendidik masyarakat yang bertanggung jawab untuk abad ke-21, akan bermanfaat jika kita memperluas pengetahuan geografis generasi muda [9]. 🌱🌱🌱

Gambar 1. Anak-anak belajar dan bermain diluar ruangan

Penelitian di sekolah dan  perkemahan musim panas menunjukkan bahwa mengerjakan tugas sains di lingkungan alam (seperti taman dan hutan yang rimbun) meningkatkan minat anak terhadap sains dengan memberikan tantangan yang terbuka dan beragam serta kondisi baru dan mengejutkan [10]. Namun, masih sedikit penelitian yang dilakukan terhadap anak-anak dan bagaimana guru dapat mendorong minat anak-anak terhadap sains  dan mempertahankannya di lingkungan alam terbuka [11]. Guna pengembangan dan memperdalam, minat memerlukan dukungan dari orang lain. Sangat penting untuk memiliki pemahaman yang lebih mendalam tentang bagaimana minat anak-anak muda dalam sains berkembang di lingkungan luar ruangan alami, serta cara guru dapat membantu perkembangan ini [12]🍁🍁🍁

Anak-anak di Taman Kanak-Kanak (4 hingga 6 tahun) dan Sekolah Dasar (2 hingga 4 tahun) di Norwegia belajar menjawab pertanyaan dan mengembangkan keterampilan eksplorasi dengan berinteraksi dengan alam dan unsur-unsurnya (tanaman, serangga, batu, dll.). Berpartisipasi dalam diskusi akan sangat membantu anak-anak. Hasil tersebut menunjukkan bahwa aktivitas di lingkungan alam luar ruangan dapat meningkatkan minat anak terhadap sains [13] 🌼🌼🌼 

Perez menyelidiki bagaimana guru dapat membantu anak-anak menumbuhkan minat mereka dalam topik-topik tersebut selama kegiatan eksplorasi, serta bagaimana minat anak-anak ditunjukkan dalam konteks ini.  Dalam artikel ini, yang dimaksud dengan "GURU" mencakup guru taman kanak-kanak dan sekolah, tetapi "kegiatan penyelidikan ilmiah" adalah kegiatan yang memberikan kebebasan tertentu kepada anak-anak [14]. Guru selalu terbuka dan memberikan kemudahan bagi anak-anak untuk mengekspresikan idenya serta mendalami topik dan  materi sains [15]. 👦👧

Kegiatan di luar kelas sangat membantu anak menemukan pembelajarannya sendiri. Oleh karena itu, unsur permainan biasanya sangat erat kaitannya dengan hal ini. Arti dari Game itu sendiri  adalah bermain, kita “belajar menggunakan benda-benda di sekitar kita dan beradaptasi dengan lingkungan kita bersama dengan orang-orang di sekitar kita”. Bermain adalah sarana pembelajaran yang alami, karena pertumbuhan pribadi juga dapat diamati melalui bermain. Bermain bukan hanya aktivitas biologis; bermain juga dapat digunakan untuk mencapai tujuan sosial dan budaya. Game adalah bentuk permainan, yang pada dasarnya bertujuan untuk mempromosikan kesenangan, kegembiraan, rekreasi, dan sejenisnya; Nilai utama mereka, singkatnya, adalah hedonis [16]. 🏃🏃🏃🏃🏃

Selain untuk menunjang aktivitas, bermain juga membantu memperoleh pengetahuan dan pengalaman baru dari luar [17]. Hal ini dimungkinkan mengingat keterlibatan langsung individu. Oleh karena itu, tidak mengherankan jika rekreasi biasanya menjadi jalan yang penting untuk mengembangkan potensi kreatif seseorang. Membuat permainan edukatif di luar kelas merupakan upaya untuk memenuhi semua kebutuhan penting anak-anak di luar ruangan dan meningkatkan hasil belajar yang lebih baik. 🏆🏆

Bermain pada hakikatnya merupakan proses belajar berdasarkan pengalaman yang dialami dan dirasakan langsung oleh pelakunya. Berbeda dengan kegiatan pembelajaran di kelas yang penekanannya hanya pada satu aspek, misalnya aspek kognitif. Namun kegiatan pembelajaran yang efektif terjadi melalui pembelajaran langsung, dimana siswa secara langsung merasakan dan mengalami  apa yang telah dipelajarinya [18]. Efek dan dampak yang ditimbulkan oleh proses ini lebih mudah diserap, dipahami, dan diingat lebih lama dibandingkan jika hanya mengerjakan satu aspek saja. 🍃🍃🍃

Bermain pada hakikatnya adalah proses pembelajaran berbasis pengalaman yang dialami dan dirasakan langsung oleh siswa. Bermain itu asyik, tapi buang-buang waktu dan tenaga. Akan tetapi, kegiatan belajar jika dipadukan dengan kegiatan bermain, artinya keduanya bisa kolaborasikan bersama-sama sehingga terciptalah sebuah permainan edukatif. Pendidikan saat ini telah menggunakan bermain sebagai salah satu metode belajar dan Latihan [19]. Melihat konsep-konsep di atas, maka kegiatan bermain di luar ruangan adalah kegiatan yang dilakukan di luar kelas, menggunakan bentuk-bentuk permainan sebagai sarana belajar, menggunakan olah raga sebagai bentuk interaksi sosial, menghargai pendapat orang lain dan belajar empati, belajar bekerja sama dalam kelompok [20]. 🐨🐼🐯

Tujuan dari permainan dapat dikategorikan  sebagai berikut yaitu :

a. Team Building 🌹

Team building sangat cocok untuk pelatihan di mana peserta belajar bekerja sama  memecahkan  masalah, mengembangkan kohesi tim, membangun kepemimpinan, berempati terhadap orang lain, dan bertanggung jawab atas segala tindakan. Tanpa persaingan dalam kelompok maka kerjasama kelompok tidak akan kuat. Oleh karena itu, terciptanya suasana kompetitif antar kelompok  akan menimbulkan naluri  bersaing secara aktif.

b. Energizer 🌹

Game akan membantu kita mengalihkan perhatian ketika suasana sudah jenuh dan membosankan dengan kata lain dapat menyegarkan suasana, Bermain dalam suasana yang menyenangkan dapat membantu mental kita kembali bersemangat. Dengan menciptakan suasana permainan yang menyenangkan, kita dapat mengembalikan semangat yang sempat memudar.

c. Ice Breaker🌹

Saat melakukan aktivitas yang memerlukan konsentrasi tinggi, seperti: kegiatan belajar mengajar, pelatihan, dan pelantikan anggota baru seringkali menimbulkan suasana yang kaku dan kikuk. Hal ini terjadi karena gugup dan terlalu serius, ataukah bisa saja karena sebagian orang masih belum mengenal siapa orang disekitarnya. Dengan melakukan games di sela-sela kegiatan yang serius, umumnya suasana yang kaku bisa menjadi cair

d. Perception 🌹

Persepsi mengacu pada pemahaman sesuatu berdasarkan proses mengidentifikasi objek. 

🍎🍊🍉Alam menawarkan banyak kemungkinan dalam hal ini. Kedekatan dengan alam terbukti bermanfaat bagi kesehatan fisik dan mental anak. Namun aktivitas psikomotorik biasanya berlangsung secara tertutup. Oleh karena itu timbul pertanyaan bagaimana konsep keterampilan psikomotorik dapat diterapkan pada kegiatan di luar ruangan untuk mengembalikan alam kepada anak.👦👧👶

📢Dengan mempertimbangkan prinsip-prinsip diatas, beberapa rekomendasi diberikan di bawah ini : 

  1. Anak-anak merasa seperti mereka sendiri ketika mereka membangun pondok atau memanjat pohon; 
  2. Atribusi internal mungkin membutuhkan perhatian guru dan umpan balik; 
  3. Nilai moral sangat penting untuk environmentalisme dan perilaku yang sesuai di alam; dan 
  4. Anak-anak dapat mengambil tanggung jawab sosial, seperti membangun jembatan di atas landasan  [21].

Gambar 2. Contoh outdor activity yang dilakukan anak-anak

😇😇😇Siswa perlu didorong dan diberdayakan agar lebih tangguh dalam menghadapi permasalahan dan tantangan  hidup. Institusi pendidikan tinggi perlu fokus pada hal ini karena hal ini berdampak pada keberhasilan siswa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa siswa membangun ketahanan dalam kehidupannya dan dipengaruhi secara positif oleh tindakan dan sikapnya [22]. Di luar, siswa menggali jauh ke dalam diri mereka untuk memahami manfaat aktivitas di luar ruangan dalam kehidupan mereka [23]. Dengan mengajarkan dan mempraktikkan keterampilan menyusun ulang dan berbicara pada diri sendiri, siswa merasakan manfaatnya jika memasukkannya ke dalam kehidupan sehari-hari dan cara mereka menghadapi masalah di dunia nyata. 😎😎😎


DAFTAR PUSTAKA

  1. H. Svobodová, D. Mísařová, R. Durna, and E. Hofmann, “Geography Outdoor Education from the Perspective of Czech Teachers, Pupils and Parents,” J. Geog., vol. 119, no. 1, pp. 32–41, 2020, doi: 10.1080/00221341.2019.1694055.
  2. D. Y. Pyun, C. K. J. Wang, and K. T. Koh, “Testing a proposed model of perceived cognitive learning outcomes in outdoor education,” J. Adventure Educ. Outdoor Learn., vol. 20, no. 3, pp. 230–244, 2020, doi: 10.1080/14729679.2019.1660191.
  3. M. Legge, “Letting them go - outdoor education with/without the teacher educator,” J. Adventure Educ. Outdoor Learn., vol. 22, no. 1, pp. 1–11, 2022, doi: 10.1080/14729679.2020.1841661.
  4. J. Kennedy and C. Russell, “Hegemonic masculinity in outdoor education,” J. Adventure Educ. Outdoor Learn., vol. 21, no. 2, pp. 162–171, 2021, doi: 10.1080/14729679.2020.1755706.
  5. A. Kervinen, A. Uitto, and K. Juuti, “How fieldwork-oriented biology teachers establish formal outdoor education practices,” J. Biol. Educ., vol. 54, no. 2, pp. 115–128, 2020, doi: 10.1080/00219266.2018.1546762.
  6. E. Happ and M. Schnitzer, “Ski touring on groomed slopes: Analyzing opportunities, threats and areas of conflict associated with an emerging outdoor activity,” J. Outdoor Recreat. Tour., vol. 39, no. May, p. 100521, 2022, doi: 10.1016/j.jort.2022.100521.
  7. R. Steiger, A. Damm, F. Prettenthaler, and U. Pröbstl-Haider, “Climate change and winter outdoor activities in Austria,” J. Outdoor Recreat. Tour., vol. 34, no. September 2020, 2021, doi: 10.1016/j.jort.2020.100330.
  8. P. A. Coventry et al., “Nature-based outdoor activities for mental and physical health: Systematic review and meta-analysis,” SSM - Popul. Heal., vol. 16, no. September, p. 100934, 2021, doi: 10.1016/j.ssmph.2021.100934.
  9. [A. K. Jansson et al., “Integrating smartphone technology, social support and the outdoor built environment to promote community-based aerobic and resistance-based physical activity: Rationale and study protocol for the ‘ecofit’ randomized controlled trial,” Contemp. Clin. Trials Commun., vol. 16, p. 100457, 2019, doi: 10.1016/j.conctc.2019.100457.
  10. Skalstad and E. Munkebye, “How to support young children’s interest development during exploratory natural science activities in outdoor environments,” Teach. Teach. Educ., vol. 114, p. 103687, 2022, doi: 10.1016/j.tate.2022.103687.
  11. M. Yoshimura, M. Nakamura, T. Hojo, A. Arai, and Y. Fukuoka, “The field study about the effects of artificial CO2-rich cool-water immersion after outdoor sports activity in a hot environment,” J. Exerc. Sci. Fit., vol. 21, no. 3, pp. 268–274, 2023, doi: 10.1016/j.jesf.2023.05.001.
  12. A. Corradini et al., “Effects of cumulated outdoor activity on wildlife habitat use,” Biol. Conserv., vol. 253, p. 108818, 2021, doi: 10.1016/j.biocon.2020.108818.
  13. Y. Kuang et al., “Association of outdoor activity restriction and income loss with patient-reported outcomes of psoriasis during the COVID-19 pandemic: A web-based survey,” J. Am. Acad. Dermatol., vol. 83, no. 2, pp. 670–672, 2020, doi: 10.1016/j.jaad.2020.05.018.
  14. L. G. Perez et al., “Does the social environment moderate associations of the built environment with Latinas’ objectively-measured neighborhood outdoor physical activity?,” Prev. Med. Reports, vol. 4, pp. 551–557, 2016, doi: 10.1016/j.pmedr.2016.10.006.
  15. Z. Liu, A. Kemperman, and H. Timmermans, “Social-ecological correlates of older adults’ outdoor activity patterns,” J. Transp. Heal., vol. 16, no. February, p. 100840, 2020, doi: 10.1016/j.jth.2020.100840.
  16. K. Green and K. Hardman, “Physical education: Essential issues,” Phys. Educ. Essent. Issues, pp. 1–248, 2005, doi: 10.4135/9781446215876.
  17. P. Lloyd, Rieber, “Seriously Considering Play: Designing Interactive Learning Environments Based on the Blending of Microworlds, Simulations, and Games,” Educ. Technol. Res. Dev., vol. 44, no. 2, pp. 43–58, 1996.
  18. A. Stavrianos and S. Pratt-Adams, “Representations of the Benefits of Outdoor Education for Students with Learning Disabilities: A Thematic Analysis of Newspapers,” Open J. Soc. Sci., vol. 10, no. 06, pp. 256–268, 2022, doi: 10.4236/jss.2022.106020.
  19. W. Zhang, “Analysis of Factors Affecting the Development of Competitive Level of Mountain Outdoor Sports,” Open J. Appl. Sci., vol. 02, no. 04, pp. 199–202, 2012, doi: 10.4236/ojapps.2012.24b045.
  20. J. Chen, “An Investigation on Safety Accidents in Outdoor Sports on the Perspective of Ethics in China,” Open J. Soc. Sci., vol. 06, no. 04, pp. 113–118, 2018, doi: 10.4236/jss.2018.64010.
  21. R. C. France, Introduction to physical education and sport science. 2009.
  22. M. Sugiyama et al., “Outdoor Play as a Mitigating Factor in the Association between Screen Time for Young Children and Neurodevelopmental Outcomes,” JAMA Pediatr., vol. 177, no. 3, pp. 303–310, 2023, doi: 10.1001/jamapediatrics.2022.5356.
  23. K. M. Hustyi, M. P. Normand, T. A. Larson, and A. J. Morley, “the Effect of Outdoor Activity Context on Physical Activity in Preschool Children,” J. Appl. Behav. Anal., vol. 45, no. 2, pp. 401–405, 2012, doi: 10.1901/jaba.2012.45-401.

Monday 18 December 2023

TINJAUAN OLAHRAGA FUTSAL

FUTSAL

OLAHRAGA FUTSAL

Futsal adalah versi sepak bola five-a-side yang dimainkan di lapangan tertutup dengan ukuran lapangan lebih kecil [1]. Five-a-side maksudnya pemain futsal terdiri dari 1 kiper dan 4 pemain dari masing-masing tim  [2]. Futsal telah resmi bergabung menjadi olahraga Federation de Football Association (FIFA) [3]. Futsal adalah permainan menyerang, karena untuk mencetak gol sangat penting untuk terus melakukan serangan terus menerus. Setiap pemain bekerjasama mengatur posisi sedemikian rupa agar mampu meningkatkan peluang tembakan kearah gawang sebanyak mungkin dan juga mampu melakukan posisi bertahan dengan baik. [4]. Asosiasi sepak bola  Inggris mendeskripsikan futsal sebagai ' …an exciting, fast-paced small-sided football game that is widely played across the world…' [5], dengan kata lain futsal merupakan salah satu olahraga bola besar yang memiliki karakter permainan yang sangat cepat, dimainkan dilapangan yang lebih kecil dari sepak bola dan olahraga futsal ini telah dimainkan di seluruh belahan dunia. Futsal olahraga yang sangat populer, hal ini dapat terlihat dari peningkatan yang signifikan dari penggemar futsal yang memiliki penonton yang ramai saat pertandingan-pertandingan futsal diselenggarakan dan jumlah penonton pertandingan futsal melalui televisi📺pun juga semakin meningkat [6]. 


SEJARAH FUTSAL

Futsal berasal dari bahasa Portugis Futebol de Salão yang diketahui pertama kali muncul di Negara Brasil dan Uruguay pada tahun 1930. Silveira dan Stigger menyatakan bahwa dengan struktur dan Teknik futsal yang mirip dengan sepak bola lapangan yang merupakan aspek budaya Brasil, maka futsal menjadi sangat populer di Negara Brasil [7]. Sepak bola dalam ruangan mulai dimainkan oleh Associação Cristã de Moços (ACM) di Rio do Janeiro dan São Paulo, Brazil. Professor ACM São Paulo bernama Habib Maphuz dan Juan Carlos Ceriani dianggap sebagai pendiri sepak bola dalam ruangan. Pada awal lima puluhan, Habib Maphuz membantu menciptakan peraturan untuk sepak bola dalam ruangan dan mendirikan liga pertama yang dikenal dengan Liga de Futebol de Salão da Associação Cristã de Moços. Dia juga menjadi presiden pertama Federasi Sepak Bola dalam ruangan São Paulo dan juga menjadi rekan Luiz Gonzaga de Oliveira Fernandes saat menulis📖buku peraturan Sepak Bola Indoor pertama di dunia pada tahun 1956 [8]. 

Berikutnya versi dari Negara Hungaria dimana Voser dan Giusti (2002) mengatakan bahwa futsal berasal dari perubahan yang terjadi pada sepak bola dalam ruangan pada tahun 1990an. Indoor football, yang pertama kali muncul di Young Men's Christian Association (ACM) di Montevideo, Uruguay, pada tahun 1930an [9]. Terdapat kemungkinan bahwa pengembangan futsal disebabkan oleh kurangnya lapangan sepak bola yang tersedia. Pada awalnya, sepak bola dimainkan di aula lapangan 🏀basket dan hoki karena tidak ada lapangan sepak bola gratis. Berbeda dengan Berdejo-del-Fresno menyatakan bahwa akibat faktor  cuaca yang berubah-ubah seperti misalnya⛄hujan salju, maka dibutuhkan tempat perlindungan untuk bermain sepak bola saat terjadi perubahan cuaca tersebut, sebab itu futsal dianggap berasal dari Kanada [10]. Futsal kemudian masuk ke Amerika Selatan, Portugal, Spanyol, dan Italia dan kemudian berkembang ke negara-negara Asia seperti Iran, Jepang, dan Kuwait dalam beberapa tahun terakhir [11]. Karena lapangannya lebih kecil dibandingkan dengan lapangan sepak bola, maka metode bermain harus diubah [12].

Pada awalnya, Futsal dimainkan dengan tim yang terdiri dari lima, enam, atau tujuh pemain. Namun, pada akhirnya, jumlah pemain yang diperlukan untuk setiap tim adalah lima pemain. Profesor Ceriani mendorong permainan dengan melihat bagaimana anak-anak muda bermain sepak bola dengan semangat dengan aturan spesifik di lapangan 🏀basket dengan 5 pemain [13]. Permainan dimainkan dalam dua putaran, masing-masing berlangsung dua puluh menit dari waktu bermain sebenarnya. Istirahat sepuluh menit di lapangan dengan golpost setidaknya empat puluh dua meter dan istirahat tiga kali dua meter. Karena 🕓jam berhenti, ini dapat berlangsung selama 80% lebih lama dari yang direncanakan. Setiap tim memiliki lima pemain dan sembilan pengganti, namun tidak ada batasan berapa banyak pengganti yang dapat digunakan selama pertandingan dan🕓jam tidak berhenti untuk mengganti pemain [14]. Futsal merupakan olahraga beregu yang paling banyak mengalami perubahan peraturan dalam beberapa tahun terakhir, dengan tujuan untuk memajukan tontonan, menjadikannya olahraga yang lebih menarik dan dinamis, baik bagi praktisi maupun masyarakat [7]. 

Liga Futsal Yunani pertama kali dibentuk pada tahun 1999 dan bergabung dengan Federasi Sepak bola Yunani pada tahun 2005 [15]. Semua tim sepak bola profesional dari Liga Super Yunani diminta oleh Federasi Sepak Bola Eropa untuk membangun tim futsal sampai 2018. Program ini adalah langkah yang luar biasa untuk masa depan futsal. Piala Dunia Futsal telah dipertandingkan oleh negara-negara dari semua benua 🌍setiap 4 tahun dan melibatkan 16 tim pada 1989 tumbuh menjadi 24 tim pada 2012. Liga futsal melibatkan lebih dari dua juta pemain pria dan wanita (FIFA, 2010). Banyak pemain sepak bola profesional, seperti Pele, Zico, Romario, Socrates, Ronaldo, dan kemudian David Luiz dan Neymar yang berasal dari tim futsal [16]. 


TINJAUAN TENTANG FUTSAL

Olahraga ini adalah permainan yang menarik untuk anak-anak👦dan orang dewasa👨karena menuntut refleks yang cepat, pemikiran yang cepat, dan passing pinpoint. Permainan ini tidak hanya murah dan aman, tetapi juga sederhana dan menyenangkan untuk dimainkan. Bermain bola memungkinkan kita untuk mengembangkan kontrol bola, keterampilan teknis, kelincahan, refleks meringankan, dan pengambilan keputusan. 

Bola tidak bergerak dengan cepat, yang memungkinkan pemain untuk bermain lebih lama dan meningkatkan kontrol bola jarak dekat. Setelah bermain di area tertutup dan belajar berpikir dan bereaksi dengan cepat, pemain menemukan bahwa ketika mereka bermain dengan permainan penuh, mereka dapat bertindak dengan baik di bawah tekanan [17]. Selain meningkatkan kreativitas pemain, bermain di area tertutup membuat mereka menghadapi situasi pengambilan keputusan yang sulit. Ini adalah alasan utama mengapa futsal adalah tempat terbaik untuk umpan cepat dan bergerak. Sangat sulit untuk bertahan melawan tim yang mahir dalam permainan sepak bola seperti ini. Futsal adalah cara yang bagus untuk bermain sepak bola.

Keterampilan yang diperlukan untuk bermain sepak bola dibangun dengan cepat di futsal. Ini termasuk keseimbangan, kemampuan motorik, kelincahan, koordinasi, penguasaan bola, passing dan penerimaan bola yang akurat dan cepat, dan wawasan persepsi dan kesadaran. Anak-anak secara alami belajar melalui pengulangan dan latihan di lingkungan yang lebih kecil. Futsal meningkatkan kebugaran karena bermain dan belajar dengan cepat. Kami menemukan bahwa anak-anak sangat menyukai bermain futsal. Ini menarik karena banyak gol dibuat dan permainan ini tidak memiliki aturan yang rumit seperti offside. Jika anak-anak menikmati permainan dan menghabiskan banyak waktu bermain bola, mereka akan belajar lebih cepat [18].

Selain itu, Futsal adalah salah satu olahraga tim yang paling adil karena aturan FIFA menggabungkan aturan sepak bola dalam ruangan yang masuk akal dengan konsep dari olahraga lainnya. Ini membuat permainan lebih cepat dan, paling penting, mengurangi risiko cedera. Ketika kita bermain futsal, kita dapat menyentuh bola hampir dua belas kali lebih banyak daripada saat bermain sepak bola, dan keuntungan dari bermain futsal tidak berhenti di sana. Karena jumlah pemain yang terbatas, setiap pemain diharuskan untuk bertahan dan menyerang [12]. Ini sesuai dengan filosofi sepakbola kontemporer, yang menuntut pemain yang dapat melakukan berbagai tugas, seperti menyerang dari berbagai posisi dan bertahan di bagian mana pun lapangan. Futsal adalah jenis latihan yang ideal karena dapat dimainkan oleh dua, tiga, atau empat pemain. Banyak duel satu lawan satu yang meningkatkan kemampuan seseorang untuk menyerang dan bertahan, dan bola yang lebih kecil dan lebih berat memungkinkan kita untuk meningkatkan keterampilan teknis, seperti yang dilakukan orang Brasil.

Kecepatan bermain memaksa kita untuk membuat keputusan teknis dan taktis dalam waktu yang lebih singkat. Untuk penjaga gawang, juga ada banyak keuntungan. Dia belajar bergerak dalam permainan dengan tetap sejalan dengan bola dan tidak terpaku pada garis gawangnya. Para penjaga gawang belajar menyerang, menggunakan kaki mereka dengan baik, dan mengembangkan refleks cepat.


TUNTUTAN FISIK FUTSAL

Menurut analisis, pemain futsal berlari🏃lebih dari 4500 meter selama pertandingan kompetitif. Pemain futsal melakukan sembilan latihan rata-rata setiap menit bermain, dan ada tingkat intensitas tinggi setiap 23 detik. Bermain futsal biasanya menghasilkan intensitas 85–90% denyut jantung maksimal (HRmax) dan 75% VO2max. Dalam latihan intensitas tinggi, metabolisme anaerobik menyediakan sebagian besar energi [19]. Karena aturan futsal, pemain futsal harus memiliki tingkat kebugaran aerobik yang tinggi dan jalur anaerobik yang berkembang.

Gambar 1. Example Jersey Futsal
Dokumentasi Pribadi

TEKNIK FUTSAL

Terdapat beberapa Teknik permainan di dalam futsal yang mesti dikuasai diantaranya adalah:

👉Passing 

Passing adalah komponen penting dalam permainan menyerang. 

👉Kontrol Bola

Kontrol bola yang baik memastikan kepemilikan dipertahankan dan membantu memulai langkah selanjutnya dengan lebih cepat dan efektif. Untuk memungkinkan kontrol yang tepat, kecepatan harus diambil dari bola. Ini menunjukkan bahwa pada saat kontak, bagian tubuh yang digunakan untuk mengontrol bola harus rileks.

👉Berlari dengan bola

Saat berlari dengan bola, bagian mana pun dari kaki harus digunakan, yang paling penting adalah bola harus diperpanjang kaki sehingga pemain dapat melihat ke depan untuk melihat apa yang terjadi dalam permainan daripada ke bawah. Ini menunjukkan bahwa keputusan taktis yang dibuat dengan pandangan yang lebih luas akan jauh lebih efektif daripada jika pemain hanya fokus pada bola.

👉Menggiring bola melewati lawan

Menggiring bola melewati lawan adalah teknik yang sangat berguna dalam futsal karena dapat memecahkan pertahanan dan mendapatkan keunggulan numerik. Ini adalah manuver teknis yang paling tidak terduga dan menimbulkan keraguan di tim lawan.

👉Shooting 

Shooting atau menembak ke gawang adalah gerakan menyerang terbaik dan teknik yang paling penting untuk memenangkan pertandingan.


PERATURAN FUTSAL

Sebelum memulai bermain futsal, ada baiknya kita terlebih dahulu mengetahui aturan-aturan dalam bermain futsal. Adapun Aturan Permainan Futsal [20] diantaranya sebagai berikut:

  • Jumlah pemain terdiri dari 5 (Lima) orang pemain, termasuk Penjaga Gawang (Kiper). Untuk kompetisi resmi, terdapat 7 (tujuh) pemain pengganti. pergantian pemain didalam futsal tidak dibatasi jumlahnya, dapat melakukan pergantian pemain selama pertandingan. Tapi perlu diingat, Pergantian pemain dapat terjadi tanpa bola, kecuali tim lawan mencetak gol sebelum dua menit berlalu.
  • Pada Pertandingan futsal terdapat 2 (dua) orang wasit dan ada juga wasit ketiga yang bertugas mencatat skor serta menghitung waktu pertandingan. Wasit meniup sumpritan tanda pertandingan dimulai. Pertandingan terdiri dari 2 (dua) babak, setiap babak pertandingan berlangsung selama 20 menit. Waktu tidak dihentikan selama permainan dan setiap tim memiliki waktu luang satu menit di setiap babak. Interval paruh waktu tidak boleh melebihi 15 menit, dan sumpritan ditiup tanda berakhirnya pertandingan tiap babak. Wasit harus menunggu tendangan berakhir sebelum menghentikan pertandingan tiap babak.
  • Perlu diketahui jika di dalam sepak bola terdapat offside, maka di olahraga futsal tidak terdapat offside.
  • Tendangan bebas tidak langsung diberikan kepada tim lawan jika penjaga gawang lawan: 👽Mengontrol bola sampai ditengah lapangan sendiri menggunakan tangan atau kaki selama lebih dari 4 (empat) detik. 👽Setelah memainkan bola, dia dengan sengaja ditendang oleh rekan setimnya di setengah lapangannya sendiri tanpa lawan bermain atau menyentuhnya.
  • Waktu kesempatan yang diberikan untuk melakukan tendangan bebas selama 4 (empat) detik. Tim lawan harus berjarak minimal 5 (lima) meter dari bola. Tendangan bebas langsung tanpa dinding pertahanan diberikan pada 10 Meter atau kurang dari garis gawang ketika tim mengumpulkan 5 (lima) pelanggaran dalam satu babak. Pemain yang menerima tendangan bebas tanpa dinding tidak boleh mengoper bola ke rekan satu tim, dan harus menembak langsung ke gawang.
  • Pelanggaran di depan gawang dapat mengakibatkan tendangan pinalti. Aturan pinalti sama dengan aturan sepak bola, kecuali jarak menendang untuk tendangan  pinalti dengan jarak  6 meter dari gawang.
  • Ketika terjadi Gol, kiper harus mengembalikan bola untuk bermain dengan cara dilempar. Jika bola sedang dimainkan dan penjaga gawang menyentuh bola lagi sebelum menyentuh lawan (kecuali jika secara tidak sengaja menyentuh pemain lain dari timnya), tendangan bebas tidak langsung diberikan kepada tim lawan.
  • Tendangan Sudut atau Corner aturannya sama dengan olahraga sepak bola, yang membedakannya adalah kesempatan melakukan Tendangan sudut dibatasi waktu hanya 4 detik. 

Banyak yang berpendapat bahwa aturan – aturan permainan inilah yang membuat olahraga Futsal sangat digemari dan dapat berkembang begitu pesat di Masyarakat Dunia🌍.

SARANA DAN PRASARANA FUTSAL

⏩Permukaan lapangan harus halus. Apabila di kejuaraan nasional lapangan  rumput sintetis dibolehkan untuk digunakan.
Standar Internasional untuk lapangan futsal adalah dengan Panjang lapangan: 25–42 m dan lebar lapangan 16–25 m.
Jarak Tendangan Pinalti yaitu 6 m dari gawang dan Jarak tendangan penalti kedua yaitu 10 m dari gawang. 

Gambar 2. Lapangan Futsal
http://bit.ly/4apuRhX
Ukuran Gawang yaitu 2 m x 3 m.

Bola futsal memiliki bobot lebih berat dari bola kaki. Bola futsal tidak terlalu memantul, ketika bola jatuh dari ketinggian dua meter, bola tidak memantul lebih dari 65 cm atau 50 cm.

gawang

Gambar 3. Gawang dan Bola Futsal


DAFTAR PUSTAKA

[1] A. Junge and J. Dvorak, “Injury risk of playing football in Futsal World Cups,” Br. J. Sports Med., vol. 44, no. 15, pp. 1089–1092, 2010, doi: 10.1136/bjsm.2010.076752.

[2] N. Naser, A. Ali, and P. Macadam, “Physical and physiological demands of futsal,” J. Exerc. Sci. Fit., vol. 15, no. 2, pp. 76–80, 2017, doi: 10.1016/j.jesf.2017.09.001.

[3] U. C. Corrêa, F. A. M. Alegre, A. M. Freudenheim, S. dos Santos, and G. Tani, “The game of futsal as an adaptive process,” Nonlinear Dynamics. Psychol. Life Sci., vol. 16, no. 2, pp. 185–204, 2012.

[4] F. a. Moura et al., “Quantitative analysis of futsal players´ organization on the court,” Port. J. Sport Sci., vol. 11, no. Suppl. 2, pp. 105–108, 2011.

[5] R. Moore and J. Radford, “Is Futsal Kicking off in England? A Baseline Participation Study of Futsal,” Am. J. Sport. Sci. Med., vol. 2, no. 3, pp. 117–122, 2014, doi: 10.12691/ajssm-2-3-9.

[6] A. Roxburgh, “The technician futsal. Newsletter for coaches,” Newsl. Coach. UEFA, 2008.

[7] A. F. Caregnato, T. Szeremeta, W. R. Sant Ana da Luz, C. L. Silva, I. Costa, and F. R. Cavichiolli, “A produção científica sobre futsal: análise de dissertações e teses publicadas no portal da CAPES entre 1996-2012,” Motrivivência, vol. 27, no. 46, p. 15, 2015, doi: 10.5007/2175-8042.2015v27n46p15.

[8] F. C. TOLUSSI, “Futebol de salão: tática-regra-história,” São Paulo Brasipal L TOA, 1982.

[9] R. M. Cirqueira and A. Rodriguês, “O Ensino Do Futsal Na Educação Física Escolar,” Faema, vol. 8, no. 22, pp. 1-28 1-28, 2016.

[10] D. Berdejo-del-Fresno, “A Review about Futsal,” Am. J. Sport. Sci. Med., vol. 2, no. 3, pp. 70–70, 2014, doi: 10.12691/ajssm-2-3-0.

[11] S. R. da Silva, J. A. de O. Debortoli, and T. F. da Silva, “O futebol nas Gerais,” pp. 1–264, 2012.

[12] F. A. Barbieri, P. R. Santiago, L. T. Gobbi, and S. A. Cunha, “Análise cinemática da variabilidade do membro de suporte dominante e não dominante durante o chute no futsal,” Rev. Port. Ciências do Desporto, vol. 2008, pp. 68–76, 2008, doi: 10.5628/rpcd.08.01.68.

[13] J. Cachón Zagalaz, J. Cachón-Zagalaz, R.-C. Salazar, ; Campoy-Aranda, ; Linares-Girela, and ; Zagalaz-Sánchez, “Fútbol Sala Y Educación. Aprendizaje De Un Deporte Colectivo Para Los Escolares Futsal and Education. a Collective Sport Learning for Schoolchildren,” J Sport Heal. Res J. Sport Heal. Res., vol. 2012, no. 3, pp. 145–254, 2012.

[14] C. Vieira Marques Filho, G. Sanchez Folhas, L. R. Galatti, W. C. Santana, and P. C. Montagner, “A produção científica sobre treinadores de futsal no Brasil,” Pensar a Prática, vol. 24, 2021, doi: 10.5216/rpp.v24.64620.

[15] W. S. Soares Leite, “RELAÇÃO ENTRE O PRIMEIRO GOL E O RESULTADO FINAL DO JOGO DE FUTSAL NA COPA DO MUNDO DE 2012. / Relationship between the first goal of the game and the final result in the futsal word cup 2012.,” Rev. Bras. Futsal e Futeb., vol. 6, no. 19, pp. 32–36, 2014, [Online]. Available: https://search.ebscohost.com/login.aspx?direct=true&db=s3h&AN=125142626&site=ehost-live&scope=site&authtype=shib&custid=s5475110

[16] L. V. B. Maluly, “Seleção Brasileira de Futebol--a performance na comunicação.,” 2013.

[17] F. M. Clemente and P. T. Nikolaidis, “Profile of 1-month training load in male and female football and futsal players,” Springerplus, vol. 5, no. 1, pp. 1–10, 2016, doi: 10.1186/s40064-016-2327-x.

[18] Cătălin Octavian MĂNESCU, “Why Everybody Loves and Plays Futsal,” Marathon, vol. 8, no. 2, pp. 200–205, 2016, [Online]. Available: http://marathon.ase.ro/pdf/vol8/vol2/8Manescu.pdf

[19] P. Sainz de Baranda, A. Cejudo, F. Ayala, and F. Santonja, “Perfil óptimo de flexibilidad del miembro inferior en jugadoras de fútbol sala / Optimal Data of Lower-Limb Muscle Flexibility in Female Futsal Players,” Rev. Int. Med. y Ciencias la Act. Física y del Deport., vol. 60, no. 2015, pp. 647–662, 2015, doi: 10.15366/rimcafd2015.60.003.

[20] J. S. Blatter, Futsal - Coaching Manual. 2014. [Online]. Available: www.FIFA.com

Tuesday 12 December 2023

Teqball Kalimantan Selatan Mengikuti Kejurnas Teqball Indonesia 2023

Olahraga Teqball

Teqball adalah olahraga memainkan bola diatas meja melengkung yang berasal dari Negara Hungaria. Olahraga Teqball secara resmi diakui sebagai olahraga Olimpiade, proses pengakuan sudah berjalan dengan baik dengan Federasi Internasional Teqball (FITEQ) berhasil mendapatkan pengakuan resmi oleh Dewan Olimpiade Asia (OCA) pada Agustus 2018, Asosiasi Komite Olimpiade Nasional Afrika (ANOCA) pada Juni 2019 dan Organisasi Federasi Olah Raga Oseania (OSFO) pada Maret 2020. Pada November 2020, FITEQ diberikan keanggotaan penuh dari Asosiasi Global Federasi Olahraga Internasional (GAISF). Beranggotakan 141 Federasi Nasional dan Tercatat lebih dari 2000 klub di seluruh dunia.

Teqball Indonesia

Di Tanah Air saat ini olahraga Teqball sudah mulai berkembang dan memasyarakat di bawah kepemimpinan Bapak Jovinus Carolus Legawa sebagai Ketua Umum Pengurus Pusat Persatuan Olahraga Teqball Seluruh Indonesia (PP. POTSI). Saat ini sudah terdapat 30 Provinsi yang bergabung dan aktif melakukan pembinaan cabang olahraga Teqball di Indonesia dan terus melakukan pemassalan cabang olahraga teqball dengan mensosialisasikan olahraga teqball ke satuan Pendidikan di Indonesia. PP POTSI ke depannya punya misi dan visi yang besar, yakni mewujudkan cabang olahraga Teqball Indonesia semakin dikenal dan berprestasi di dunia internasional serta mengangkat harkat dan martabat bangsa Indonesia. 

Pada tahun 2023 Prestasi Internasional olahraga Teqball diperoleh Tim Nasional (Timnas) Teqball Indonesia Pada bulan Mei Tahun 2023, Teqball Indonesia berhasil mengikuti SEA Games 2023 di Kamboja sebagai olahraga eksebisi, Tim Teqball Indonesia sukses dan berjaya membawa pulang dua medali perak dalam kategori tunggal putra dan tunggal putri. Kemudian PP POTSI mengirimkan Kembali Timnas Teqball Indonesia ke World Teqball Champhionship 2023 di Bangkok, Thailand. Program PP POTSI yang terbaru adalah melaksanakan Kejuaraan Nasional (Kejurnas) Teqball Indonesia 2023 di Jakarta. Lebih jauh lagi, PP POTSI berkeinginan agar cabang olahraga Teqball dapat digelar di PON 2024 dan mampu berjaya kembali di SEA Games 2025 Thailand mendatang.

Gambar 1. Logo Persatuan Olahraga Teqball Seluruh Indonesia (POTSI)

Teqball Kalimantan Selatan

Teqball masuk di Provinsi Kalimantan Selatan dimulai dengan terbitnya Surat Mandat No. 9/INATEQ-PP/X/2022 oleh Ketua Umum PP POTSI yang diberikan kepada Dr. Arham Syahban, M.Pd. dan sekaligus menjadi Ketua Umum Pengurus Provinsi Persatuan Olahraga Teqball Seluruh Indonesia (Pengprov POTSI) Kalimantan Selatan. Setelah dilaksanakannya Rapat Kerja Nasional (RAKERNAS) PP POTSI 2023 di Jakarta. Pada September Tahun 2022 Kepengurusan Olahraga Teqball Kalimantan Selatan terbentuk dengan terbitnya SK Kepengurusan Provinsi POTSI Kalimantan Selatan. POTSI Kalimantan Selatan sebagai wadah pembinaan prestasi cabang Olahraga Teqball di Provinsi Kalimantan Selatan. 

Kalimantan Selatan saat ini telah mendapatkan bantuan 1 buah Meja Teqball (Teq Lite) dari PP POTSI yang digunakan sebagai sarana pembinaan dan latihan atlet Teqball Kalimantan Selatan. Sosialisasi dan Pembinaan atlit Teqball di Provinsi Kalimantan Selatan masih terus digalakkan sampai saat ini. Pada bulan Desember 2023, Pengprov POTSI Kalimantan Selatan mengutus 3 orang perwakilan untuk mengikuti Penataran Wasit Nasional Olahraga Teqball di Jakarta dan Teball Kalimantan Selatan juga ikut serta dalam Kejuaraan Nasional (Kejurnas) Teqball Indonesia 2023 di Jakarta.


Gambar 2. Sertifikat Penghargaan Teqball Kalimantan Selatan

Kejurnas Teqball Indonesia 2023 di Jakarta

Kejuaraan Nasional (Kejurnas) Teqball Indonesia 2023 bertujuan menjaring atlet-atlet potensial untuk dipersiapkan memperkuat Timnas Teqball Indonesia yang akan diterjunkan di Kejuaraan – kejuaraan tingkat Nasional dan Internasional.  Kejurnas Teqball Indonesia 2023 untuk mempersiapkan Olahraga Teqball menjadi Demonstration Sport pada Pekan Olahraga Nasional (PON) Aceh - Sumut Tahun 2024. 

Kejuaraan Nasional Teqball 2023 (National Teqball Championships 2023) yang berlangsung di GOR Universitas Negeri Jakarta (UNJ), Senin-Rabu, Tanggal 4-6 Desember 2023 telah berhasil dan sukses diselenggarakan oleh Pengurus Pusat Persatuan Olahraga Teqball Seluruh Indonesia (PP POTSI). 

Terdapat 6 provinsi yang ikut serta pada Kejurnas Teqball Indonesia 2023, yaitu: DKI Jakarta, Jawa Barat (Jabar), Jawa Timur (Jatim), Kalimantan Tengah (Kalteng), Kalimantan Selatan (Kalsel) dan Nusa Tenggara Barat (NTB).

Gambar 3. Atlet Teqball Kalsel (Wahyu) Berlaga di Kejurnas Teqball 2023 

Kejurnas Teqball 2023 mempertandingkan nomor Tunggal Putra, Tunggal Putri, Ganda Putra, Ganda Putri, Ganda Campuran dan terdapat sebanyak 7 Medali yang diperebutkan.

Keikutsertaan Teqball Kalimantan Selatan pada Kejurnas Teqball Indonesia 2023 di Jakarta merupakan yang pertama kali. Teqball Kalimantan Selatan dianugerahi penghargaan sebagai “Inspiring Province” di Kejurnas Teqball Indonesia 2023. Kejurnas Teqball 2023 memberikan banyak Pelajaran yang berharga untuk bekal agar dapat meningkatkan prestasi dan demi kemajuan olahraga Teqball di Kalimantan Selatan. 

Gambar 4. Kejurnas Teqball 2023 di GOR UNJ Jakarta

Saat ini, Olahraga Teqball sudah semakin familiar di Masyarakat Kalimantan Selatan. Semoga Teqball Kalimantan Selatan dapat lebih berprestasi kedepannya. 

Salam Olahraga.. Jaya. 

Teball Indonesia.. Bersatu, Berjuang, Berprestasi.

Tuesday 10 October 2023

KEKUATAN STATIS DAN KEKUATAN DINAMIS

 KEKUATAN STATIS DAN KEKUATAN DINAMIS

(TES & PENGUKURAN OLAHRAGA)


A. KEKUATAN STATIS

Latihan Statis (Isometrik), Proses latihan isometrik melibatkan kontraksi otot, tetapi tidak ada gerakan pada sendi yang terkena. Sepanjang kontraksi, serabut otot mempertahankan panjang yang sama. Biasanya, latihan isometrik dilakukan pada permukaan atau benda yang tidak bergerak (misalnya, menekan tangan ke dinding). Akibat tekanan atau pengaruh fisik, otot-otot lengan berkontraksi, tetapi dinding tidak bereaksi atau bergerak (France, 2009).

1. PLANK (PRONE BRIDGE)

✅Tujuan

Tes ketahanan otot statis mengukur kemampuan otot tertentu untuk mempertahankan posisi tertentu untuk waktu yang lama.

✅Peralatan 

Stopwatch atau alat pengatur waktu; matras;   

✅Pelaksanaan

  • Posisi badan berbaring telungkup di lantai
  • Saat terdengar aba-aba 'Mulai', tubuh diangkat, dimana siku, lengan bawah, dan jari kaki menjadi penopang tubuh. 
  • Posisi siku dibuka selebar bahu, kaki berdekatan tetapi tidak bersentuhan, dan jaga agar kaki, badan, dan leher tetap lurus.
  • Peringatan diberikan sebanyak dua kali jika posisi tubuh berubah, setelah itu maka tes dianggap berakhir. 

✅Penilaian

Akumulasi waktu sampai tidak mampu lagi menahan posisi plank, hitungan dalam detik.

✅Standar Penilaian

Untuk pria dan wanita dewasa, plank tingkat tinggi adalah 70%, tipikal 50%, dan rendah 30%.


2. HALF-SQUAT (WALL-SIT)

✅Tujuan

Tes ketahanan otot statis mengukur kemampuan otot tertentu untuk mempertahankan posisi tertentu untuk waktu yang lama.

✅Peralatan 

Stopwatch atau alat pengatur waktu; dinding/tembok yang rata;

✅Pelaksanaan

  • Berdiri dengan kaki sejajar dan dibuka selebar bahu, bagian belakang kepala rata di dinding. 
  • Sesuaikan tubuh dengan posisi duduk setengah jongkok dengan pergelangan kaki, lutut, dan pinggul tegak lurus (90°). 
  • Posisi lengan lurus kedepan. 
  • Tes dimulai saat mendengar aba-aba 'Mulai' 

✅Penilaian

Akumulasi waktu, dalam hitungan detik, hingga klien/atlet tidak mampu mempertahankan posisi yang diperlukan

✅Standar Penilaian

  • Untuk Laki-Laki, ketahanan half-squat diklasifikasikan sebagai tinggi pada persentil ke-75, tipikal pada persentil ke-50, dan rendah pada persentil ke-25.

  • Untuk Perempuan, tingkat ketahanan half-squat dianggap tinggi pada persentil 75; tipikal pada persentil 50; dan rendah pada persentil 25.


3. FLEXED-ARM HANG (BENT-ARM HANG)

✅Tujuan

Tes ketahanan otot statis mengukur kemampuan otot tertentu untuk mempertahankan posisi tertentu untuk waktu yang lama.

✅Peralatan 

Stopwatch atau alat pengatur waktu; Tiang Pull-up dan 1 orang pemandu

✅Pelaksanaan

  • Sebelum melakukan tes melakukan Pemanasan standar terlebih dahulu.
  • Dengan bantuan pemandu untuk mengangkat Anda ke mistar, raih dan pegang palang dengan kedua tangan lebih lebar dari bahu Anda pada jarak yang nyaman dengan telapak tangan menghadap ke depan dan ibu jari melingkari mistar. 
  • Tarik badan cukup tinggi hingga dagu berada di atas palang lalu tahan posisi tersebut. 
  • Setelah Anda tidak bergerak, pemandu akan mundur dan saya akan mengatakan 'Mulai' dan memulai tes”

✅Penilaian

Akumulasi waktu, dalam hitungan detik, hingga klien/atlet tidak mampu mempertahankan posisi yang diperlukan

✅Standar Penilaian

  • Pada Laki-laki, flex-arm diklasifikasikan menjadi tinggi pada persentil ke-70, tipikal pada persentil ke-50, dan rendah pada persentil ke-30.

  • Pada Perempuan, flex-arm diklasifikasikan menjadi tinggi pada persentil ke-70, tipikal pada persentil ke-50, dan rendah pada persentil ke-30.


B. KEKUATAN DINAMIS

Latihan dinamis atau isotonik berbeda dengan latihan isometrik karena terdapat pergerakan sendi selama kontraksi otot. Contoh klasik dari latihan isotonik adalah latihan beban dengan dumbel dan barbel. Saat beban diangkat sepanjang rentang gerak, otot memendek dan memanjang. Senam juga merupakan latihan isotonik (France, 2009).

1.  PARTIAL CURL-UPS

✅Tujuan 

Tes ketahanan otot dinamis mengukur kemampuan kelompok otot tertentu untuk melakukan gerakan berulang dalam jangka waktu yang lama.

✅Peralatan 

Stopwatch atau alat pengatur waktu; metronom, pita pengukur, dan pita perekat untuk curl-up test; pull-up bar for atau pull-up test

Pelaksanaan

  • Pemanasan 
  • Berbaring telentang dengan tangan tepat di samping tubuh. 
  • Sesuaikan tubuh Anda sehingga jari-jari Anda menyentuh bagian pertama dari dua pita perekat di lantai dan kaki Anda sehingga lutut Anda berada pada sudut siku-siku (90°). 
  • Jaga agar kaki Anda tetap di tanah dan berdekatan tetapi tidak bersentuhan. 
  • Saat saya mengatakan 'Mulai', tekuk badan Anda dan mundur ke atas sehingga jari-jari Anda akan berpindah dari posisi awal di sepanjang lantai ke pita perekat kedua. 
  • Buka gulungan tubuh Anda secara perlahan sehingga jari-jari Anda kembali ke posisi awal dan terus bergerak maju mundur sehingga pita perekat tercapai dengan setiap bunyi bip yang terdengar dari metronom
  • Letakkan dua strip pita perekat sejajar satu sama lain di lantai dengan jarak 10 sentimeter (4 inci) dan atur metronom ke 40 denyut per menit dengan kecepatan 20 pengulangan per menit 

  

Penilaian

Jumlah pengulangan yang dapat diselesaikan klien atau atlet dengan tetap mempertahankan pola gerakan yang diperlukan atau dalam jangka waktu tertentu 

Standar Penilaian

  • Pada Laki-laki, curl-up parsial diklasifikasikan sebagai tinggi (dengan maksimal 75 repetisi): tipikal—persentil ke-50; rendah—persentil ke-30.

  


  • Pada Perempuan, curl-up parsial diklasifikasikan sebagai tinggi (dengan maksimal 75 repetisi): tipikal—persentil ke-50; rendah—persentil ke-30

  


2. PUSH-UPS

Tujuan 

Tes ketahanan otot dinamis mengukur kemampuan kelompok otot tertentu untuk melakukan gerakan berulang dalam jangka waktu yang lama.

Peralatan 

Stopwatch atau alat pengatur waktu; alas/matras

Pelaksanaan

  • Pemanasan 
  • Berbaringlah rata di lantai dengan dada menghadap ke bawah dan Anda (kaki biasanya untuk pria; lutut biasanya untuk wanita) bersebelahan. 
  • Kemudian letakkan telapak tangan Anda di lantai sedikit lebih lebar dari bahu Anda. 
  • Selanjutnya, dorong tubuh Anda ke atas hingga hanya tangan dan (jari kaki biasanya untuk pria; lutut biasanya untuk wanita) menyentuh tanah untuk mengambil posisi awal. 
  • Saat saya mengatakan 'Mulai', tekuk siku hingga lengan atas sejajar dengan lantai lalu kembali ke posisi awal sambil menjaga kaki, badan, dan leher dalam satu garis lurus.

 

Penilaian

Jumlah pengulangan yang dapat diselesaikan klien atau atlet dengan tetap mempertahankan pola gerakan yang diperlukan atau dalam jangka waktu tertentu 

Standar Penilaian

  • Klasifikasi push-up pada anak laki-laki (diselesaikan dengan kecepatan tertentu, yaitu 20 repetisi per menit hingga rincian bentuknya): tinggi—persentil ke-70; tipikal—persentil ke-50; rendah—persentil ke-30.


  • Klasifikasi push-up pada anak Perempuan (diselesaikan dengan kecepatan tertentu, yaitu 20 repetisi per menit hingga rincian bentuknya): tinggi—persentil ke-70; tipikal—persentil ke-50; rendah—persentil ke-30 

  • Klasifikasi push-up pada Laki-Laki dewasa: tinggi—persentil ke-75; tipikal— persentil ke-50; rendah—persentil ke-25.

 


  • Klasifikasi push-up pada wanita dewasa: tinggi—persentil ke-75; tipikal— persentil ke-50; rendah—persentil ke-25.

3. SQUAT

Tujuan 

Tes ketahanan otot dinamis mengukur kemampuan kelompok otot tertentu untuk melakukan gerakan berulang dalam jangka waktu yang lama.

Peralatan 

Stopwatch atau alat pengatur waktu; 

Pelaksanaan

  • Pemanasan 
  • Dalam posisi berdiri dengan kaki sejajar dan dibuka selebar bahu, letakkan tangan di belakang kepala atau silangkan tangan di dada. 
  • Saat saya mengatakan 'Mulai', tekuk lutut dan pinggul Anda untuk menurunkan tubuh Anda ke posisi duduk setengah jongkok dengan pergelangan kaki, lutut, dan pinggul pada sudut kanan (90°). 
  • Jaga punggung tetap lurus dan mata menghadap ke depan selama melakukan gerakan. 
  • Setelah paha Anda sejajar dengan lantai, hentikan gerakan ke bawah dan rentangkan lutut dan pinggul Anda untuk kembali ke posisi awal”

Penilaian

Jumlah pengulangan yang dapat diselesaikan klien atau atlet dengan tetap mempertahankan pola gerakan yang diperlukan atau dalam jangka waktu tertentu 

Standar Penilaian



4. PULL-UP

Tujuan 

Tes ketahanan otot dinamis mengukur kemampuan kelompok otot tertentu untuk melakukan gerakan berulang dalam jangka waktu yang lama.

Peralatan 

Stopwatch atau alat pengatur waktu; Tiang Pull-up

Pelaksanaan

  • Pemanasan 
  • Raih dan pegang palang pada jarak yang nyaman di luar bahu Anda dengan kedua tangan sehingga telapak tangan menghadap ke depan dan ibu jari melingkari palang. 
  • Sambil mempertahankan genggaman, biarkan tubuh menggantung dengan siku terentang penuh. 
  • Saat saya mengatakan 'Mulai', tarik tubuh Anda ke atas mistar hingga dagu Anda berada di atas mistar lalu turunkan kembali ke posisi awal. 
  • Lanjutkan gerakan naik turun ini dan minimalkan gerakan atau ayunan tubuh yang berlebihan

 

Penilaian

Jumlah pengulangan yang dapat diselesaikan klien atau atlet dengan tetap mempertahankan pola gerakan yang diperlukan atau dalam jangka waktu tertentu 

Standar Penilaian

 

Sumber: (Ratamess, 2012)


5. SIT-UP

Tujuan 

Tes ketahanan otot dinamis mengukur kemampuan kelompok otot tertentu untuk melakukan gerakan berulang dalam jangka waktu yang lama.

Peralatan 

Stopwatch atau alat pengatur waktu; matras

Pelaksanaan

  • Pemanasan 
  • Atlet dengan lembut meletakkan tangannya di belakang kepalanya sementara rekannya menopang pergelangan kakinya
  • Atlet dapat melakukan sit-up sebanyak mungkin dalam 1 menit. 

 Penilaian

Jumlah pengulangan yang dapat diselesaikan klien atau atlet dengan tetap mempertahankan pola gerakan yang diperlukan atau dalam jangka waktu tertentu 

Standar Penilaian

  • Klasifikasi sit-up pada anak laki-laki (pengulangan penuh diselesaikan dalam 30 detik; tangan dipegang di belakang kepala dengan pasangan memegang kaki): tinggi—persentil ke-70; tipikal— persentil ke-50; rendah—persentil ke-30

 


  • Klasifikasi sit-up pada anak perempuan (pengulangan penuh diselesaikan dalam 30 detik; tangan dipegang di belakang kepala dengan pasangan memegang kaki): tinggi—persentil ke-70; tipikal— persentil ke-50; rendah—persentil ke-30.

 


  • Klasifikasi sit-up pada anak laki-laki (pengulangan penuh diselesaikan dalam satu menit; lengan di depan dada dengan pasangan memegang kaki): tinggi—persentil ke-70; tipikal—persentil ke-50; rendah—persentil ke-30.



  • Klasifikasi sit-up pada anak perempuan (pengulangan penuh diselesaikan dalam satu menit; lengan di depan dada dengan pasangan memegang kaki): tinggi—persentil ke-70; tipikal—persentil ke-50; rendah—persentil ke-30.

 


Sumber:

  1. France, R. C. (2009). Introduction to physical education and sport science.
  2. Ratamess, Ni. (2012). ACSM’s Foundation of Strength Training and Conditioning. Lippincott Williams & Wilkins.
  3. https://sporium.net/wp-content/uploads/2020/04/plank-1024x473.jpg
  4. https://pump-app.s3.eu-west-2.amazonaws.com/exercise-assets/07341101-Sit-(wall)_Thighs_small.jpg
  5. https://th.bing.com/th/id/OIP.8TidZFAfQXFA_QO0qeTNfgAAAA?pid=ImgDet&rs=1
  6. https://i.ytimg.com/vi/BqIVdguLob0/maxresdefault.jpg
  7. https://weighteasyloss.com/wp-content/uploads/2021/05/Narrow-Push-ups.jpg
  8. https://i0.wp.com/www.fitliferegime.com/wp-content/uploads/2021/08/Knee-push-up.jpg?w=660&ssl=1
  9. https://th.bing.com/th/id/R.63d842855e79c3806d9bbe8f85e747bb?rik=3urYxKpIT47r2A&riu=http%3a%2f%2fwww.thebarracksgym.com.au%2fuploads%2f1%2f1%2f2%2f1%2f112149449%2f5c8a5790.jpg&ehk=QpMwYn%2f4IMgDNhIErHfe2AJcHR5cxOUY9vW0TOd7IoE%3d&risl=&pid=ImgRaw&r=
  10. https://i.ytimg.com/vi/eQzRYWd8IWU/maxresdefault.jpg
  11. https://fitshim.com/wp-content/uploads/2021/04/mc-gill-curl-up-muscles-worked.jpg
  12. https://i.pinimg.com/originals/5e/4f/5d/5e4f5d9b7f430195003b8f97de24a17e.jpg
  13. https://th.bing.com/th/id/OIP.5MDRARCVVL_hMncKEfkevwHaHI?pid=ImgDet&w=1000&h=964&rs=1
  14. France, R. C. (2009). Introduction to physical education and sport science.
  15. Ratamess, Ni. (2012). ACSM’s Foundation of Strength Training and Conditioning. Lippincott Williams & Wilkins.

Model Evaluasi Context, Input, Process, Product (CIPP)

🌺 MODEL EVALUASI CIPP🌺 👉Evaluasi didefinisikan sebagai Proses Menggambarkan, Mendapatkan, dan Menyediakan Informasi yang Bermanfaat untuk...

OnClickAntiAd-Block