Monday 14 October 2019

BALOGO

Permainan Tradisional “Balogo”

Saat ini Masyarakat di Kalimantan atau Kalimantan Selatan pada khususnya sangat antusias untuk menggemakan kembali sebuah permainan rakyat yang sering dilakukan oleh masyarakat Banjar hingga tahun 1980-an. Permainan rakyat ini dikenal dengan Permainan Balogo atau Logo. Mulai dari Pemerintah Provinsi, Pemerintah Daerah dan beberapa komunitas pecinta permainan rakyat di Kalimantan Selatan sangat serius dan antusias untuk melestarikan kembali permainan tradisional Balogo yang merupakan warisan budaya suku banjar ini agar tidak tergerus oleh permainan zaman era digital saat ini. 

Nah pada postingan kali ini kita akan mengupas dan mengenal lebih dekat tentang permainan tradisional Balogo yang merupakan permainan khas suku Banjar. Tapi sebelum membahas tentang permainan tradisional Balogo ini, ada baiknya kita membahas dulu tentang hakikat permainan tradisional. Let’s Go...

Apa sih makna dari permainan dan permainan tradisional? dan Apa ada perbedaannya?

Permainan
Permainan merupakan sebuah aktivitas rekreasi dengan tujuan bersenang-senang, mengisi waktu luang, atau berolahraga ringan. Permainan biasanya dilakukan sendiri atau bersama-sama (kelompok). https://id.wikipedia.org/wiki/Permainan.

Menurut Nugroho (2005) Istilah permainan berasal dari kata dasar “main” yang mendapat imbuhan “per-an “. Dalam Kamus Besar Indonesia, main adalah berbuat sesuatu yang menyenangkan hati (dengan menggunakan alat atau tidak ). 

Jadi, Permainan adalah: 
  1. Sesuatu yang dipergunakan untuk bermain, barang atau sesuatu yang di permainkan.
  2. Hal bermain, perbuatan bermain ( W.J.S. Poerwadarminta, 1984 dalam Nugroho, 2005 ).
Pengertian permainan sudah diatas, sekarang coba kita lihat pengertian tentang permainan tradisional gaess...

Permainan Tradisional 
Menurut Yulita (2017) Permainan tradisional adalah permainan yang sudah ada sejak zaman dahulu, dimainkan dari generasi ke generasi. Alat bantu dalam permainan tradisional terbuat dari kayu, bambu, batok, dan benda-benda sekitar. Artinya, permainan tradisional tidak membutuhkan biaya besar. 

Lebih lanjut, Hapsari (2012) Game atau permainan tradisional merupakan unsur-unsur kebudayaan yang tidak dapat dianggap remeh, karena permainan tradisional memberikan pengaruh yang besar terhadap perkembangan kejiwaan, sifat, dan kehidupan sosial anak dikemudian hari.

....................................... beberapa permainan ini karena tercipta pada masa yang lama berlalu disebut dengan permainan tradisional, sedangkan di sisi lain beberapa permainan yang lebih akhir (dan biasanya menggunakan peralatan yang canggih) disebut permainan modern (https://id.wikipedia.org/wiki/Permainan).

Kemudian lebih lanjut lagi, Eka (2012) Permainan tradisional sering disebut juga dengan permainan rakyat, merupakan permainan yang tumbuh dan berkembang pada masa lalu terutama tumbuh dimasyarakat pedesaan. Permainan tradisional tumbuh dan berkembang berdasarkan kebutuhan masyarakat setempat, kebanyakan permainan tradisional dipengaruhi oleh alam lingkungannya, oleh karena itu permainan tradisional selalu menarik, menghibur sesuai dengan kondisi saat itu. 

Permainan tradisional tentunya harus teridentifikasikan unsur tradisinya yang memiliki kaitan erat dengan kebiasaan atau adat suatu kelompok masyarakat tertentu. Kegiatan tersebut harus kuat mengandung unsur fisik yang nyata-nyata melibatkan kelompok otot besar dan juga mengandung unsur bermain yang melandasi maksud dan tujuan dari kegiatan itu. Maksudnya, suatu kegiatan dikatakan olahraga tradisional jika kegiatan itu masih diakui memiliki ciri tradisi tertentu, melibatkan otot-otot besar dan hadirnya strategi serta dasarnya tidak sungguh-sungguh terlihat seperti apa yang ditampilkannya.

Berikut adalah beberapa Permainan Tradisional yang ada di Indonesia:
  1. Permainan Tradisional Petak Umpet
  2. Permainan Tradisional Bola Bekel
  3. Permainan Tradisional Gundu atau Kelereng
  4. Permainan Tradisional Lompat Tali
  5. Permainan Tradisional Egrang
  6. Permainan Tradisional Benteng Sodor atau Gobak Sodor
  7. Permainan Tradisional Boi-boian
  8. Permainan Tradisional Bentik atau Gatrik
  9. Permaianan Tradisional Ular Naga Panjang
  10. Permainan Tradisional Engklek
  11. Permainan Tradisional Congklak
  12. Perminan Tradisional Pletekon
  13. Permainan Tradisional Gasing atau Panggalan
  14. Permainan Tradisional Layangan
  15. Permainan Tradisional Sepak Bola Kampung
  16. Permainan Tradisional Mobil-mobilan
  17. Permainan Masak-masakan
  18. Permainan Tradisional Bambu Betung
Permainan tradisional bukanlah hanya sekedar alat penghibur hati, sekedar penyegar pikiran atau sekedar sarana berolah raga tetapi memiliki berbagai latar belakang yang bercorak rekreatif, kompetitif, paedogogis, magis dan religius.

Okay Gaess.. 

setelah kita membaca beberapa defenisi diatas tentang permainan dan permainan tradisional maka dapat kita simpulkan bahwa ada perbedaan antara permainan dan permainan tradisional dari segi istilah yang digunakan, dimana permainan tradisional masuk dalam salah satu kategori dalam permainan.  Permainan tradisional menjadi khusus dengan ditandai permainan yang tercipta pada masa lalu. Akan tetapi, pada dasarnya permainan dan permainan tradisional merupakan kegiatan/aktifitas yang sama–sama  dilakukan secara gembira, menyenangkan di waktu luang tanpa ada unsur paksaan dari pihak manapun atau secara sukarela. 

Nah sekarang kita masuk kepada inti pembahasan kita yaitu permainan tradisional Balogo, kalian pasti sudah tidak sabar untuk mengetahui tentang permainan tradisional Balogo. Berikut data yang aku kumpulkan tentang permainan tradisional Balogo. Kemont’...


“Balogo”


Balogo 
Balogo merupakan salah satu jenis permainan tradisional dari Kalimantan Selatan. Nama Balogo diambil dari kata logo, karena permainan itu menggunakan logo. Permainan tradisional Suku Banjar ini biasanya dimainkan oleh anak-anak hingga orang dewasa, baik secara beregu maupun perorangan. Jumlah pemain terdiri atas dua hingga lima orang (https://id.wikipedia.org/wiki/Balogo).

Sejarah permainan tradisional
Setelah saya searching di GOOGLE sejarah permainan Balogo yang saya temukan; .......... permainan tradisional Balogo sudah dimainkan oleh suku banjar sejak dulu hingga tahun 1980-an....... Bagi kalian yang ingin mengetahui lebih dalam mengenai sejarah permainan tradisional balogo, saya menelusuri dan mungkin anda juga dapat melakukan hal yang sama yang saya lakukan mengikuti beberapa sumber rujukan diantaranya: 

Tujuan
Tujuan Permainan Tradisional Balogo juga dikenal sebaga permainan rakyat, merupakan sebuah kegiatan rekreatif yang tidak hanya bertujuan untuk menghibur diri, tetapi juga sebagai alat untuk memelihara hubungan dan kenyamanan sosial.

Manfaat
Manfaat Permainan tradisional Balogo memberikan pengaruh yang besar terhadap perkembangan kejiwaan, sifat, dan kehidupan sosial (mengembangkan sikap empati serta menghargai orang lain) serta untuk mengembangkan karakter salah satunya adalah kerja keras.

Peraturan dan permainan

1. Lapangan dan peralatan
Lapangan
Lapangan atau Area Permainan Tradisional Balogo umumnya berbentuk persegi panjang.  
Yang terdiri dari area Penepak dan Area Pasang, biasanya garis mati minimal 15 m.

Peralatan
  • Logo terbuat dari tempurung kelapa. Garis tengahnya sekitar 5--7 cm dan tebalnya sekitar 1--2 cm. Kebanyakan dibuat berlapis dua yang direkatkan dengan bahan aspal atau dempul supaya berat dan kuat. Bentuknya bermacam-macam, ada yang berbentuk bidawang (bulus), biuku (penyu), segi tiga, layang-layang, daun dan bundar. 
  • Panapak atau kadang-kadang beberapa daerah ada yang menyebutnya campa, yakni stik atau alat pemukul yang panjangnya sekitar 40 cm dengan lebar 2cm. Fungsi panapak atau campai adalah untuk mendorong logo agar bisa meluncur dan merobohkan logo pihak lawan yang dipasang saat bermain.

2. Pemain
Jumlah pemain 1 orang untuk singgle dan beregu minimal 2 orang dan maksimal 5 orang. Umumnya diperlombakan dalam kategori anak-anak (putra-putri), Dewasa (putra-putri) dan tanpa batas usia (laki-laki dan perempuan).

3. Pemenang
Inti dari permaian ini adalah keterampilan memainkan logo agar bisa merobohkan logo lawan yang dipasang. Regu yang paling banyak dapat merobohkan logo lawan adalah yang keluar sebagai pemenang. Dan, sebagai akhir permainan, pihak yang menang disebut dengan “janggut” dan boleh mengelus-elus bagian dagu atau jenggot pihak lawan yang kalah sambil mengucapkan teriakan “janggut-janggut” secara berulang-ulang yang tentunya membuat pihak yang kalah malu, tetapi bisa menerimanya sebagai sebuah kekalahan.

4. Jalannya Permainan
Pemain diharuskan merobohkan atau menjatuhkan “logo” yang sudah dipasang. Cara memasang “logo” adalah dengan mendirikannya secara berderet ke belakang pada garis-garis melintang. Inti dari permainan ini adalah keterampilan memainkan “logo” agar bisa merobohkan “logo” yang dipasang. Permainan balogo dapat dilakukan satu lawan satu atau secara beregu. Jika dimainkan secara beregu, maka jumlah pemain yang “naik” (yang melakukan permainan) harus sama dengan jumlah yang “pasang” (pemain yang logo-nya dipasang untuk dirobohkan). Jumlah pemain beregu minimal 2 orang dan maksimal 5 orang. Dengan demikian, jumlah logo yang dimainkan sebanyak jumlah pemain yang disepakati dalam permainan.


Nilai budaya
Nilai yang terkandung dalam permainan balogo adalah keterampilan, kerja keras, kerja sama, dan sportivitas. Nilai keterampilan tercermin dari pemasangan logo yang memerlukan keahlian khusus. Nilai kerja keras tercermin dari usaha para pemain untuk merobohkan logo lawan. Kemudian, nilai kerja sama tercermin tidak hanya di pemasangan logo, tetapi juga tercermin dalam perobohan logo lawan. Dan, nilai sportivitas tercermin dari kerelaan pemain yang kalah untuk di elus-eluas janggutnya oleh pemenang karena aturannya memang demikian.





Analisis SWOT Permainan Tradisional Balogo
  • Strength (merupakan kekuatan yang dimiliki oleh Permainan Tradisional Balogo)
Kekuatan atau kelebihan dari permainan tradisional “Balogo” ini cocok dimainkan untuk usia anak-anak hingga orang tua karena permainan ini sangat mudah dimainkan dan Permainan Balogo dapat dimainkan dimana saja (outdoor ataupun indoor). Perlombaan / pertandingan Permainan Balogo di tingkat Kabupaten dan Provinsi Kalimantan Selatan dan Kalimantan pada umumnya sangat menjamur dengan hadiah lomba jutaan rupiah. 

Permainan Balogo sering dimainkan/dipertandingkan apabila ada acara-acara (event) besar dan penting. Bahkan permainan balogo di lombakan dan dipamerkan di tingkat Nasional pada saat Banjarmasin, Kalimantan Selatan menjadi tuan rumah penyelenggara HAORNAS 2019.

Jadi, permainan tradisional Balogo termasuk salah satu permainan tradisional yang akan bertahan di era zaman digital ini dan berpotensi menjadi cabang olahraga prestasi serta  bisa Go Internasional.

  • Weakness (merupakan kelemahan yang mungkin dimiliki Permainan Tradisional Balogo)
Dalam hal ini kelemahan yang dimiliki yaitu saat ini permainan tradisional Balogo mayoritas hanya di ketahui oleh masyarakat yang tinggal di Kalimantan saja. Alat/kelengkapan permainan seperti; logo dan stik (campa) untuk sementara hanya orang kalimantan yang mampu membuatnya. Aturan Permainan dan sistem pertandingan yang belum baku (standar). Serta masih kurang maksimalnya  Sosialisasi/promosi  permainan tradisional Balogo di luar provinsi Kalimantan.
  • Opportunity (merupakan peluang atau kesempatan yang dapat dilakukan untuk mengembangkan Permainan Tradisional Balogo)
Permainan Balogo mempunyai daya tarik karena salah satu permainan tradisional peninggalan warisan budaya suku banjar yang harus dijaga dan dilestarikan. Permainan Balogo sangat unik dan permainan ini hanya ada di Kalimantan. Memainkan Permainan Balogo berarti pemain juga ikut melestarikan warisan budaya ditambah Sumber Daya Alam dan Sumber Daya Manusia yang dimiliki Kalimantan bisa mendongkrak olahraga tradisional ini menuju olahraga prestasi. 

  • Threats (merupakan ancaman yang datang dari luar) 
Kemunculan permainan modern dan pendidikan kepermainan kreatif saat ini seakan meninggalkan permainan tradisional seperti Balogo terancam punah. Bahkan Kecanduan game elektronik bukan hanya menyerang anak-anak tetapi juga para remaja dan  orang dewasa.

Analisis SWOT yang dapat penulis analisis diatas masih bisa berkembang dengan melihat aspek-aspek lain dalam permaian Balogo, semoga bisa menjadi perhatian bagi kita semua untuk melestarikan permainan tradisional Balogo sebagai salah satu warisan budaya suku banjar.

Agar menjaga marwah permainan tradisional “Balogo” sebagai warisan budaya yang wajib dilestarikan dan tak lekang oleh waktu (kayak lagu..hehe..), maka diharapkan seluruh stake holder, seluruh warga kalimantan khususnya dan pecinta olahraga tradisional di seluruh Indonesia kiranya selalu berupaya untuk senantiasa memelihara permainan Balogo dengan;
  • Menggelar event/pertandingan yang rutin repetisi ditambah setiap tahun.
  • Rutin menggelar Sosialisasi/promosi permainan Balogo dalam dan luar negeri
  • Melalukan pendekatan ilmiah dengan memperbanyak research tentang permainan tradisional “Balogo” yang dipublikasikan baik nasional maupun internasional.
Demikianlah yang dapat saya paparkan tentang Permainan Tradisional “BALOGO”. Kurang lebihnya Mohon di Maafkan, Masukan dan Kritikan akan slalu saya nantikan untuk kesempurnaan postingan kali ini. Semoga postingan ini bermanfaat untuk saya sendiri dan untuk kalian yang membacanya. Terimakasih. Salam Olahraga ... JAYA!!.

Daftar Pustaka
  • Eka Candra Arista A, Pengaruh Permainan Tradisional Terhadap Keterampilan Anak Prasekolah, (Skripsi. Fakultas Dakwah IAIN Sunan Ampel Surabaya, 2012), hal.53.
  • Hapsari, Tia. Perancangan Game Traditional dari Kalimantan “Balogo” dengan menggunakan Unity. (Naskah Publikasi.  STMIK AMIKOM Yogyakarta:2012)
  • Nugroho, Agung. Permainan Tradisional Anak-Anak Sebagai Sumber Ide Dalam Penciptaan Karya Seni Grafis. (Tugas Akhir.  Universitas Sebelas Maret  Surakarta. 2005).
  • Yulita, Rizky. 2017. Permainan Tradisional Anak Nusantara. Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa: Jakarta Timur.
  • https://core.ac.uk/download/pdf/16506585.pdf
  • http://file.upi.edu/Direktori/FPOK/JUR._PEND._OLAHRAGA/196308241989031-AGUS_MAHENDRA/Modul_Permainan_Anak-Aktivitas_Ritmik-5_Agus_Mahendra/Modul_4_Permainan_Tradisional_1.pdf
  • https://porosbumi.com/permainan-tradisional/
  • http://etheses.uin-malang.ac.id/1220/6/10410170_Bab_2.pdf
  • https://uun-halimah.blogspot.com/2009/08/permainan-balogo-banjar-kalimantan.html
  • https://id.wikipedia.org/wiki/Balogo
  • https://id.wikibooks.org/wiki/Bagasing_Balogo
  • https://www.youtube.com/watch?v=_F-59Ex7-ZA
  • https://www.youtube.com/watch?v=OtQZRhs6I54
  • https://www.youtube.com/watch?v=k6OtG8nCka0
  • https://www.youtube.com/watch?v=JtOoCXAdnVs
  • https://id.wikipedia.org/wiki/Permainan

TRADITIONAL GAMES 'BALOGO'


Traditional Games

'BALOGO'

At present, the people in Kalimantan or South Kalimantan, in particular, are very enthusiastic to re-echo a folk game that was often carried out by the Banjar community until the 1980s. This folk game is known as the 'Balogo Game' or 'Logo'. Starting from the Provincial Government, Regional Government and some community game lovers in South Kalimantan are very serious and enthusiastic to preserve the traditional Balogo game which is a cultural heritage of the Banjar tribe so as not to be eroded by the game of the digital era today.

Now in this post, we will explore and get to know more about the traditional Balogo game which is a typical game of the Banjar tribe. But before discussing this Balogo traditional game, it helps us discuss first the nature of traditional games. Let's Go ...

What is the meaning of games and traditional games? and what is the difference?

The Game
The game is a recreational activity with the aim of having fun, free time, or light exercise. The game is usually done alone or together (groups) https://id.wikipedia.org/wiki/Permainan.

According to Nugroho (2005), The term game comes from the basic word "play (permainan)" which gets an affix "per-an". In the Big Indonesian Dictionary, playing is doing something that is pleasing to the heart (by using tools or not).
So, the game is:
1. Something that is used for playing, goods or something being played with.
2. Playing things, playing acts (W.J.S. Poerwadarminta, 1984 in Nugroho, 2005).

Understanding the game has now let us look at the understanding of the traditional game guess ...

Traditional Game
According to Yulita (2017), Traditional games are games that have existed since ancient times, played from generation to generation. Aids in traditional games are made of wood, bamboo, shells and surrounding objects. That is, traditional games don't require large costs.

Furthermore, Hapsari (2012) Traditional games or games are cultural elements that cannot be underestimated, because traditional games have a great influence on the mental development, nature, and social life of children in the future.

....................................... Some of these games, because they were created in a long time passed, are called with traditional games, while on the other hand some of the more recent games (and usually use sophisticated equipment) are called modern games https://id.wikipedia.org/wiki/Permainan

Then furthermore, Eka (2012) Traditional games are often referred to as folk games, a game that grew and developed in the past, especially growing in rural communities. Traditional games grow and develop based on the needs of the local community, most traditional games are influenced by the natural environment, therefore traditional games are always interesting, entertaining according to the current conditions.

Traditional games certainly must be identified elements of tradition that have close links with the habits or customs of a particular community group. The activity must have strong physical elements that obviously involve large muscle groups and also contain elements of play that underlie the intent and purpose of the activity. That is, activity is said to be a traditional sport if the activity is still recognized as having certain traditional characteristics, involving large muscles and the presence of a strategy and the base does not really look like what it displays.
Traditional games are not just a means of comforting the heart, just refreshing the mind or just a means of exercise but have a variety of backgrounds that are patterned recreational, competitive, pedagogical, magical and religious.

Okay, Guess ...

after we read some of the definitions above about games and traditional games, we can conclude that there are differences between games and traditional games in terms of terms used, where traditional games fall into one of the categories in the game. Traditional games become special with marked games that were created in the past. However, basically, games and traditional games are the same activities carried out happily, fun in spare time without any element of coercion from any party or voluntarily.

Now we come to the core of our discussion of the traditional Balogo game, you must be impatient to learn about the traditional Balogo game. Here are the data that I collected about the traditional Balogo game. Kemont ’...

Please watch the following video: https://www.youtube.com/watch?v=JtOoCXAdnVs

Traditional "Balogo" Game


Balogo
Balogo is a type of traditional game from South Kalimantan. The name Balogo is taken from the word logo because the game uses a logo. The traditional game of the Banjar Tribe is usually played by children to adults, both in groups and individually. The number of players consists of two to five people https://id.wikipedia.org/wiki/Balogo 

History of traditional games
After searching in GOOGLE, I found Balogo game history; .......... Balogo traditional game has been played by the Banjar tribe from the beginning until the 1980s ....... For those of you who want to know more about the history of traditional balogo games, I explore and maybe you can also do the same thing that I did following some of the referral sources including.

Purpose
The Purpose of Traditional Balogo Games, also known as folk games, is a recreational activity that not only aims to entertain oneself but also as a tool for maintaining relationships and social comfort.

The benefits
The benefits of Balogo's traditional games have a profound influence on the development of the psyche, nature, and social life (developing an attitude of empathy and respect for others) and to develop character, one of which is hard work.

Please watch the following video: https://www.youtube.com/watch?v=_F-59Ex7-ZA

Rules and games
Field and equipment

Field
Balogo traditional playing fields or areas are generally rectangular in shape. Which consists of the "area penepak"  and the "area pasang", usually a deadline of at least 15 m.

Equipment
  • The 'Logo' is made of coconut shell. The diameter is about 5-7 cm and the thickness is around 1-2 cm. Most are made of two layers which are glued together with asphalt or putty so that it is heavy and strong. The shapes are various, some are in the form of bidawang (bulus), biuku (penyu), segi tiga, layang-layang, daun dan bundar.
  • "Panapak" or sometimes some areas call it "campai", which is a stick or paddle that is about 40 cm long and 2 cm wide. The function of panapak or campai is to push the logo so that it can slide and knock down the opponent's logo which is mounted while playing.

Players
Number of players 1 person for singles and teams with a minimum of 2 people and a maximum of 5 people. Generally contested in the categories of children (sons and daughters), adults (sons and daughters) and without an age limit (male and female).

Winner
The essence of this game is the skill to play the logo in order to knock down the opponent's logo that is installed. The team that can knock the opponent's logo down is the most who wins. And, as the end of the game, the winning party is called a "beard (janggut)" and may the chin or beard of the losing party while repeatedly shouting "beard (janggut-janggut)" which certainly makes the losing party embarrassed, but can accept it as a defeat.

Game Course
Players are required to knock down or drop the "logo" that has been installed. The way to put a "logo" is to erect it in a backward row on the transverse lines. The essence of this game is the skill to play the "logo" in order to knock down the "logo" installed. Balogo game can be done one on one or in teams. If played in teams, then the number of players who "go up" (who play the game) must be the same as the number that is "pairs" (players whose logos are installed to be torn down). The number of team players is at least 2 people and a maximum of 5 people. Thus, the number of logos played is the number of players agreed in the game.

Cultural values
The values ​​contained in the balogo game are skill, hard work, teamwork, and sportsmanship. Skill values ​​are reflected in the installation of logos that require special expertise. The value of hard work is reflected in the efforts of the players to knock down the opponent's logo. Then, the value of cooperation is reflected not only in the installation of the logo but also in the breakdown of the opponent's logo. And, the value of sportsmanship is reflected in the willingness of the losing players to be stunned by the winner because the rules are so.

Please watch the following video: https://www.youtube.com/watch?v=OtQZRhs6I54

SWOT Analysis of Traditional "Balogo" Games
  • Strength (a strength possessed by Balogo Traditional Games)
Strengths or strengths of the traditional "Balogo" game are suitable for children and older people because this game is very easy to play and Balogo games can be played anywhere (outdoor or indoor). Balogo Games/competitions at the Regency and South Kalimantan and Kalimantan Provinces are generally very mushrooming with millions of rupiah prize competitions.

Balogo games are often played/competed when there are big and important events. The balogo game was even completed and exhibited at the national level when Banjarmasin, South Kalimantan hosted the 2019 HAORNAS.

So, Balogo's traditional game is one of the traditional games that will survive in this digital age era and have the potential to become a branch of achievement sports and can go international.

  • Weakness (a weakness that may be possessed Balogo Traditional Games)
In this case, the weakness that is owned is that the majority of Balogo traditional games are only known by the people who live in Kalimantan. Game tools/accessories such as; logo and stick (campa) for the time being only Kalimantan people are able to make it. Game rules and match systems are not standard. And still less than the maximum socialization/promotion of Balogo traditional games outside the province of Kalimantan.

  • Opportunity (is an opportunity or opportunity that can be done to develop Balogo Traditional Games)
The Balogo game has an appeal because it is one of the traditional games of the Banjar ethnic heritage which must be preserved and preserved. The Balogo game is very unique and this game only exists in Kalimantan. Playing a Balogo game means that the player also preserves cultural heritage plus Natural Resources and Human Resources owned by Kalimantan can boost this traditional sport towards achievement sports. https://klikkalsel.com/lomba-balogo-dan-bagasing-diharap-masuk-cabor-prestasi-nasional/

  • Threats (is a threat that comes from outside)
The emergence of modern education (games) today seems to leave the traditional game endangered. Addicted to children and adults to electronic games; for example android games and internet games that have super fast development.

In order to preserve the traditional spirit of the game "Balogo" as a cultural heritage that must be preserved and timeless (like a song ... hehe ..), it is expected that all stakeholders, all Kalimantan residents, especially and traditional sports lovers throughout Indonesia, always try to always maintain Balogo games with;
  1. Holding repetition events/matches which are added annually.
  2. Routinely holding socialization/promotion of Balogo games at home and abroad
  3. Conduct a scientific approach by extending research on traditional "Balogo" games published both nationally and internationally.

That is what I can explain about the "BALOGO" Traditional Game. More or less Please forgive, Criticism and Feedback will always be waiting for the perfection of this post. Hopefully, this post is useful for me and for you who read it. Thanks. Greetings Sports ... JAYA !!.

#pendidikanjasmani #pendidikanolahraga #permainantradisional 

References:
Eka Candra Arista A, Pengaruh Permainan Tradisional Terhadap Keterampilan Anak Prasekolah, (Skripsi. Fakultas Dakwah IAIN Sunan Ampel Surabaya, 2012), hal.53.
Hapsari, Tia. Perancangan Game Traditional dari Kalimantan “Balogo” dengan menggunakan Unity. (Naskah Publikasi.  STMIK AMIKOM Yogyakarta:2012)
Nugroho, Agung. Permainan Tradisional Anak-Anak Sebagai Sumber Ide Dalam Penciptaan Karya Seni Grafis. (Tugas Akhir.  Universitas Sebelas Maret  Surakarta. 2005).
Yulita, Rizky. 2017. Permainan Tradisional Anak Nusantara. Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa: Jakarta Timur.
https://core.ac.uk/download/pdf/16506585.pdf




Saturday 12 October 2019

PRINSIP PERIODISASI LATIHAN KEKUATAN

1. PENDAHULUAN

Di dalam Olahraga (Sport) tidak dapat dipungkiri keberhasilan seorang atlit yang  handal dan meraih juara dalam setiap kejuaraan tidak lepas dari kemampuan pelatih yang mampu merencanakan dan menyusun  program latihan buat atlitnya dengan sistematis.  Bompa (2000) mengatakan bahwa keberhasilan dalam sebuah pertandingan atau kejuaraan merupakan hasil dari perencanaan, kerja keras, komitmen dan latihan dari atlet adalah hal yang tidak bisa dibantah lagi. Seorang pelatih wajib untuk dapat membuat perencanaan pelatihan dengan melihat potensi yang dapat dikembangkan dari atlit yang dilatihnya.

Dalam kepelatihan perencanaan atau program latihan sering disebut dengan periodisasi. Periodisasi bukanlah hal yang baru dalam dunia kepelatihan, tetapi masih banyak pelatih yang kurang memahami tentang prinsip periodisasi. Hal tersebut dapat kita lihat dari sebagian besar pelatih tidak menyadari perbedaan antara periodisasi sebagai pembagian rencana tahunan dan periodisasi kemampuan biomotor dalam menyusun program latihan. Konsep periodisasi tidak terbatas pada struktur rencana pelatihan atau jenis pelatihan yang termasuk dalam fase pelatihan yang diberikan. Periodisasi adalah konsep yang berlaku untuk pengembangan kemampuan biomotor dominan untuk olahraga yang dipilih.

Tujuan pelatihan adalah untuk menginduksi adaptasi fisiologis dan memaksimalkan kinerja pada titik waktu tertentu, biasanya selama kompetisi utama tahun ini. Untuk mencapai tujuan ini, kesiapan atlet harus meningkat pada waktu yang tepat, sehingga memastikan potensi yang lebih besar untuk tingkat kinerja yang tinggi. Tingkat kesiapan atlet adalah interaksi yang kompleks antara pengembangan keterampilan, kemampuan biomotor, sifat psikologis, dan manajemen kelelahan. Pendekatan terbaik untuk mencapai sasaran-sasaran ini adalah dengan menggunakan pelatihan berkala yang secara logis dibangun dan diurutkan secara tepat.

Salah satu kemampuan biomotor dominan yaitu kekuatan (strength). Sebagaimana kita ketahui bersama kekuatan merupakan kemampuan dari suatu otot untuk bekerja menahan beban secara maksimal. Menurut Bompa (2005) semua olahraga membutuhkan kekuatan (mis. Lompat jauh). Kebanyakan dalam  olahraga, kemampuan biomotor yang dominan adalah kekuatan. Beberapa pelatih kurang  memahami dan memperhatikan perinsip latihan kekuatan yang ditujukan khusus untuk mengembangkan prestasi atlit. 

Idealnya seorang pelatih dapat memahami prinsip periodisasi dalam menambah kualitasnya  sebagai seorang pelatih yang handal dan juga memahami jenis-jenis kekuatan (strenght) sebagai biomotor domain yang dibutuhkan pada olahraga. Periodisasi dilaksanakan oleh pelatih dengan tujuan program latihan yang dibuat untuk atlit tidak amburadul atau asal-asalan sehingga pelatih terhindar dari melatih perkembangan biomotor domain yang tidak sesuai dengan kebutuhan olahraga yang digelutinya.

Berdasarkan uraian dia atas maka, penulis tertarik untuk membahas mengenai hal yang berkaitan dengan periodisasi  dan  kekuatan. Sesuai dengan yang telah penulis uraikan maka adapun judul makalah ini “Prinsip Periodisasi Latihan Kekuatan”.

Batasan Masalah
Adapun batasan masalah yang akan dibahas yaitu :
- Prinsip Periodisasi Latihan Kekuatan

Tujuan
Adapun tujuan penulisan ini :
- Untuk mengetahui tentang prinsip periodisasi Latihan kekuatan


2. PEMBAHASAN

PERIODISASI
Periodisasi sebenarnya bukan hal yang baru dalam olahraga, tetapi masih banyak juga yang belum paham arti sebenarnya dari periodisasi. Betapa pun hebatnya pelatih melakukan kegiatan melatih, tetapi kalau belum memahami makna dari periodisasi itu sendiri tetap belum dapat disebut sebagai pelatih yang handal. 

Menurut Bompa (2009: 125) “The term periodization originates from the word period, which is a way of describing a portionordivisionof time. Periodization is a method by which training is divided into smaller, easy-to-manage segments that are typically referred to as phases of training (Istilah periodisation berasal dari Periode kata, yang merupakan Cara untuk menggambarkan pembagian waktu. Periodisasi adalah metode di mana pelatihan dibagi menjadi lebih kecil, mudah dikelola segmen yang biasanya disebut sebagai fase pelatihan). 

Periodisasi merupakan pembagian waktu yang dibuat oleh seorang pelatih dan diatur sedemikian rupa dalam bentuk harian, mingguan, bulanan bahkan tahunan agar  pelatihan yang dilakukan bisa tepat sasaran atau sesuai dengan  tujuan yang ingin dicapai dalam pelatihan tersebut dan yang terpenting pelatihan itu mudah dilakukan.

Philostratus merupakan salah satu pencetus cikal bakal dikenalnya periodisasi pada Oliampiade Yunani. Tetapi jauh sebelum itu, konsep periodisasi sudah digunakan dalam Olimpiade kuno (776 SM hingga 393 M) dalam bentuk yang sangat primitif. Orang-orang ketika itu sudah membuat semacam perencanaan atau persiapan sebelum dan sesudah mereka turun berlaga di gelanggang. Konsep periodisasi milik Philostratus sendiri banyak mengadopsi dari konsep periodisasi pada zaman Olimpiade Kuno dimana dia telah membuat perencanaan tahunan yang sederhana dalam bentuk fase persiapan sebelum bertanding, fase saat bertanding dan fase masa istirahat setelah pertandingan. 

Konsep ini digunakan juga pada Olimpiade modern oleh olahragawan Amerika Serikat dan Eropa. Konsep Periodisasi pada awal abad ke-20 mengalami perkembangan yang sangat pesat, lebih canggih dari zaman sebelumnya. Ketika itu pelatih Jerman menggunakan rencana pelatihan tahunan, mereka membuat program  latihan 4 tahunan yang diprogram untuk persiapan Olimpiade 1936. Kemudian Negara Soviet setelah perang dunia II memulai program olahraga dengan membebankan anggaran kepada negara, pada saat itu mereka memilih  cabang olahraga atletik sebagai sarana untuk menunjukkan keunggulan sistem politik Soviet.

Seorang ilmuwan olahraga Rusia bernama Lenoid P. Matveyev pada tahun 1965 menerbitkan model pelatihan rencana tahunan. Matveyev menganalisa data atlet Rusia yang berlatih untuk menghadapi pertandingan Olimpiade 1952 di Helsinki, Finlandia melalui kuesioner yang telah dia bagikan. Hasil dari analisis yang dilakukakan menghasilkan model klasik periodisasi dimana pelatihan tahunan dibagi menjadi fase, subfase dan siklus pelatihan. Pelatihan terstruktur Matveyev memuncak dengan hanya satu fase kompetitif. Namun, latihan ini tidak memenuhi semua kebutuhan olahraga. 

Pada tahun 1950-an dan 1960-an, para ilmuwan olahraga Rusia, Jerman, Rumania, dan Hongaria menerbitkan buku-buku tentang evolusi periodisasi dari zaman kuno ke periode pasca-Perang Dunia. Ketika teori periodisasi berevolusi, rencana pelatihan disesuaikan untuk memenuhi kebutuhan kompetitif atlet yang berpartisipasi dalam lebih dari satu kompetisi utama per tahun. Rencana pelatihan tahunan dikembangkan di mana dua kompetisi utama per tahun (rencana dua siklus), tiga kompetisi utama per tahun (rencana tiga siklus), dan beberapa rencana puncak dikembangkan. Selain itu, konsep periodisasi kemampuan motorik utama dikembangkan sebagai alat untuk meningkatkan keterampilan dan memaksimalkan kinerja atlet. 

Rencana tahunan  dibagi menjadi tiga fase utama: persiapan, kompetitif, dan transisi. Fase persiapan dan kompetitif dibagi menjadi dua sub-fase, yang diklasifikasikan sebagai umum dan spesifik karena tugasnya yang berbeda. Fokus dari subphase umum adalah untuk mengembangkan basis fisiologis dengan menggunakan banyak metode pelatihan nonspesifik. Subfase spesifik digunakan untuk mengembangkan karakteristik yang diperlukan untuk olahraga dengan menggunakan modalitas khusus olahraga. Fase pelatihan yang kompetitif dibagi lagi menjadi fase prakompetitif dan kompetitif. Setiap fase dari rencana tahunan berisi macrocycles dan microcycles. Masing-masing subunit ini memiliki tujuan yang berkontribusi pada tujuan rencana pelatihan tahunan.  

Menurut Bompa (2005) Periodisasi dibagi menjadi tiga fase utama: persiapan, kompetitif, dan  transisi. Fase persiapan dan kompetitif dibagi menjadi dua sub-fase, yang diklasifikasikan sebagai umum dan spesifik karena tugasnya yang berbeda. Fokus dari subphase umum adalah untuk mengembangkan basis fisiologis dengan menggunakan banyak metode pelatihan nonspesifik. Subfase spesifik digunakan untuk mengembangkan karakteristik yang diperlukan untuk olahraga dengan menggunakan modalitas khusus olahraga.

Gambar 1. Komponen Siklus Latihan


Lebih lanjut Menurut Bompa ( 2009:126) Periodisasi dapat diperiksa dalam konteks dua aspek penting pelatihan:
  1. Periodisasi membagi rencana pelatihan tahunan menjadi fase pelatihan yang lebih kecil, membuatnya lebih mudah untuk merencanakan dan mengelola program pelatihan dan memastikan bahwa kinerja puncak terjadi pada kompetisi utama.
  2. Periodisasi menyusun fase pelatihan untuk menargetkan kemampuan biomotor, yang memungkinkan atlet untuk mengembangkan tingkat kecepatan, kekuatan, ketangkasan, dan ketahanan tertinggi.

Gambar 2. Bagan Periodisasi

Periodisasi disusun untuk merangsang adaptasi fisiologis dan psikologis dan diurutkan untuk secara progresif mengembangkan komponen kinerja spesifik (fisik, teknis, dan taktis) sambil meningkatkan kapasitas kinerja atlet. Pendekatan berurutan untuk mengembangkan potensi atlet diperlukan karena tidak mungkin untuk mempertahankan kemampuan fisiologis dan psikologis atlet pada kapasitas maksimal sepanjang tahun pelatihan. Selain itu, kesiapsiagaan akan bervariasi tergantung pada fase pelatihan dan jenis pelatihan, tekanan psikologis, dan sosial yang dihadapi oleh atlet. Oleh karena itu, rencana pelatihan tahunan harus dibagi lagi menjadi beberapa fase yang secara berurutan mengembangkan aspek-aspek spesifik yang diperlukan untuk memaksimalkan kinerja.

KEKUATAN (STRENGTH)
Menurut Bompa (2009: 261) Strength is better defined as the ability of the neuromuscular system to produce force against an external resistance (Kekuatan didefinisikan lebih baik sebagai kemampuan sistem neuromuskuler untuk menghasilkan kekuatan melawan resistensi eksternal). Kekuatan merupakan salah satu komponen dasar biomotor yang deperlukan dalam setiap cabang olahraga. Selanjutnya menurut Kardjono (2008:23) Kekuatan (Strength) adalah kemampuan untuk mengatasi ketegangan / kekuatan terhadap suatu tahanan. 50 kg adalah orang yang memiliki kekuatan 2 kali lebih besar dari orang yang hanya bisa mengangkat 25 kg. Kekuatan merupakan komponen biomotor yang penting dan sangat diperlukan untuk meningkatkan daya tahan otot dalam mengatasi beban selama berlangsungnya aktivitas olahraga. 
Gambar 3. Hubungan antara kemampuan biomotor utama (a) kekuatan (F), (b) kecepatan (S) dan (c) daya Tahan (E)

Sesuai dengan batasan kekuatan, yaitu latihan otot untuk melawan tegangan di antara tahanan, maka latihan-latihan yang cocok untuk memperkembang kekuatan adalah latihan-latihan tahanan, di mana kita harus mengangkat, mendorong, atau menarik suatu beban. Beban itu bisa memuat anggota tubuh kita sendiri, beban atau beban dari luar (perlawanan eksternal). Agar efektif, latihan-latihan tahanan haruslah dilakukan demi atlet yang harus mengeluarkan tenaga maksimal atau maksimal untuk menahan beban tersebut. Demikian pula, beban ini haruslah sedikit demi sedikit guna agar perkembangan otot terjamin. Oleh karena itu latihan-latihan tahanan haruslah lelalu merupakan latihan-latihan tahanan yang progresif, dan tidak berhenti pada satu beban berat atau bobot tertentu. 

Menurut Bompa (1994: 11) macam-macam kekuatan yang perlu diketahui yaitu:
  1. Kekuatan umum adalah kemampuan kontraksi seluruh sistem otot dalam mengatasi tahanan atau beban. Kekuatan umum merupakan unsur dasar yang melandasi seluruh program latihan kekuatan.
  2. Kekuatan khusus adalah kemampuan sekelompok otot yang diperlukan dalam aktivitas cabang olahraga tertentu.
  3. Kekuatan maksimal adalah kemampuan otot atau sekelompok otot untuk melawan atau mengangkat beban secara maksimal dalam satu kali angkat atau kerja.
  4. Kekuatan ketahanan adalah kemampuan otot atau sekelompak otot dalam mengatasi tahanan atau beban dalam jangka waktu yang relatiflama.
  5. Kekuatan kecepatan adalah kemampuan otot untuk menjawab setiap rangsang dalam waktu sesingkat mungkin dengan menggunakan kekuatan otot.
  6. Kekuatan absolut adalah kemampuan otot olahragawan untuk menggunakan kekuatan secara maksimal tanpa memperhatikan berat badannya sendiri.
  7. Kekuatan relatifadalah hasil dari kekuatan absolut dibagi berat badan.
  8. Kekuatan cadangan adalah perbedaan antara kekuatan absolut dan jumlah kekuatan yang diperlukan untuk menampilkan keterampilan dalam berolahraga

Kekuatan merupakan daya penggerak setiap aktivitas fisik, dan juga memegang peranan penting dalam melindungi atlet/kita dari kemungkinan cedera. Kekuatan juga bisa menjadikan atlet bisa lari lebih cepat, melempar lebih jauh, mengangkat lebih berat, memukul, menendang lebih keras dll. 

Adapun tingkat kekuatan dipengaruhi:
  1. Panjang pendeknya otot
  2. Besar kecilnya otot
  3. Jauh titik beban dengan titik tumpu
  4. Tingkat transisi
  5. Jenis otot merah atau putih
  6. Potensi otot 
  7. Pemanfaatan potensi otot
  8. Kemampuan kontraksi otot.

Kekuatan otot adalah kemampuan tubuh dalam menggunakan daya. Serabut otot yang ada di dalam otot akan memberikan respons yang dibutuhkan beban dalam latihan. Respons ini akan membuat otot lebih efisien dan memberikan respons lebih baik kepada sistem urat syaraf pusat. Kekuatan saja belum cukup untuk disetujui oleh seorang atlet untuk mencapai prestasinya, karena memerlukan komponen fisik yang diperlukan selanjutnya hanya untuk kemampuan dasar biomotorik saja, akan tetapi harus menyediakan kemampuan yang telah dikembangkan dan saling berintegrasi. Cabang-cabang olahraga membutuhkan kekuatan yang lebih, ada yang membutuhkan kekuatan yang berulang-ulang dan lama, ada yang membutuhkan kekuatan sekejap akan eksplosif dan ada yang membutuhkan kekuatan yang maksimal saja.

PRINSIP PERIODISASI UNTUK KEKUATAN
Menurut Bompa & Buzzichelli (2015:42) setiap olahraga memiliki profil fisiologisnya sendiri dan kombinasi khas kemampuan biomotor yang diperlukan. Akibatnya, spesialis pelatihan yang efektif memahami secara intim apa yang memisahkan satu olahraga dari yang lain dan berhasil menerapkan prinsip-prinsip fisiologis ini dalam proses pelatihan sehari-hari. Periodisasi kekuatan harus didasarkan pada persyaratan fisiologis spesifik dari olahraga yang diberikan dan, sekali lagi, harus menghasilkan pengembangan tertinggi baik power, power endurance, atau daya tahan otot. Selanjutnya, latihan kekuatan harus berputar di sekitar kebutuhan periodisasi untuk olahraga yang dipilih dan menggunakan metode pelatihan khusus untuk fase pelatihan yang diberikan. Tujuannya adalah untuk mencapai kinerja puncak pada saat kompetisi besar. 

Menurut Bompa (2005) Para atlet dan pelatih di berbagai cabang olahraga menggunakan enam program utama yang sangat berpengaruh untuk latihan kekuatan, antara lain;

Bodybuilding (Binaraga)
Binaraga adalah olahraga kreatif di mana binaragawan dan pelatih memanipulasi variabel pelatihan (seperti set, repetisi, waktu istirahat, dan kecepatan eksekusi) untuk menghasilkan tingkat kelelahan tertinggi, diikuti oleh periode istirahat dan regenerasi. Ukuran dan kekuatan otot meningkat karena adaptasi dalam bentuk kelebihan energi substrat dan pertambahan protein otot. Binaragawan prihatin terutama dengan meningkatkan ukuran otot mereka. Untuk itu, mereka melakukan set 6 sampai 12 repetisi sampai habis. Teknik binaraga yang dipilih, seperti superset dan set drop, digunakan selama fase hipertrofi pelatihan untuk olahraga tertentu di mana tujuan utamanya adalah untuk meningkatkan ukuran otot.

High-Intensity Training (Latihan Intensitas Tinggi)
HIT Melibatkan penggunaan beban latihan sangat tinggi sepanjang tahun. Atlet yang menggunakan pelatihan HIT sering mendapatkan kekuatan dengan sangat cepat tetapi cenderung kehilangan kekuatan dan daya tahan saat musim kompetisi mereka berlangsung. Selain itu, tingkat nyeri otot dan kelelahan saraf yang tinggi disebabkan oleh metode intensifikasi yang digunakan dalam program HIT (seperti repetisi paksa). atau perwakilan negatif) mengganggu pekerjaan fisik yang lebih spesifik, serta pekerjaan teknis atau taktis atlet selama pelatihan mingguannya.

Olympic Weightlifting (Angkat Berat Olimpiade)
Angkat berat Olimpiade memberikan pengaruh penting pada hari-hari awal latihan kekuatan. Bahkan sekarang, banyak pelatih yang menggunakan gerakan angkat beban Olimpiade tradisional (seperti jeck and clean, snatch dan power clean).

Power Training Throughout the year (Latihan Kekuatan sepanjang Tahun)
Beberapa pelatih dan pelatih, terutama di trek dan lapangan dan olahraga tim tertentu, percaya bahwa pelatihan kekuatan harus dilakukan dari hari pertama pelatihan melalui kejuaraan utama. Mereka berteori bahwa jika daya adalah kemampuandominan,ituharusdilatih untuk seluruh yang tahun, kecuali selama ini transisi fase (off season).

Powerlifting 
Powerlifting adalah tren terbaru dalam kekuatan dan pengkondisian. Ini adalah olahraga yang menarik, semakin populer, di mana peserta berlatih untuk memaksimalkan kekuatan mereka dalam squat, bench press, dan deadlift. 

Periodization of Strength (Periodisasi Kekuatan)
Periodisasi kekuatan harus didasarkan pada persyaratan fisiologis spesifik dari olahraga yang diberikan dan, sekali lagi, harus menghasilkan pengembangan tertinggi baik power, power endurance, atau daya tahan otot. Selanjutnya, latihan kekuatan harus berputar di sekitar kebutuhan periodisasi untuk olahraga yang dipilih dan menggunakan metode pelatihan khusus untuk fase pelatihan yang diberikan. Tujuannya adalah untuk mencapai kinerja puncak pada saat kompetisi besar.

Semua periodisasi program kekuatan dimulai dengan fase adaptasi anatomi umum yang mempersiapkan tubuh untuk fase yang akan diikuti. Bergantung pada persyaratan olahraga, mungkin berguna juga untuk merencanakan satu atau dua fase hipertrofi atau pembentukan otot. Salah satu tujuan periodisasi kekuatan adalah untuk membawa atlet ke tingkat kekuatan maksimum setinggi mungkin dalam rencana tahunan sehingga peningkatan kekuatan menjadi peningkatan kekuatan, daya tahan daya, atau daya tahan otot. Perencanaan fase adalah unik untuk setiap olahraga dan juga tergantung pada kematangan fisik atlet individu, jadwal kompetisi, dan tanggal puncak.

Menurut Bompa (2009) Semua olahraga membutuhkan kekuatan (mis., Lompat jauh), daya tahan otot (mis., 800-1.500 m), atau kombinasi. Baik kekuatan otot dan daya tahan bergantung langsung pada kekuatan maksimal. Untuk mendukung pendapat ini, telah ditunjukkan bahwa atlet yang lebih kuat umumnya menghasilkan output daya yang lebih tinggi dan mengekspresikan tingkat daya tahan otot yang lebih tinggi.Tampaknya kekuatan maksimal harus ditingkatkan sebelum kapasitas pembangkit daya dapat ditingkatkan karena daya adalah produk dari kekuatan dan kecepatan maksimal.

Fase kekuatan maksimum telah disebut fase kekuatan dasar oleh beberapa penulis. Fase ini merupakan komponen penting dari fase persiapan rencana pelatihan tahunan. Fase ini juga merupakan komponen penting dari fase persiapan khusus karena ia dibangun berdasarkan adaptasi umum yang distimulasi dalam fase adaptasi anatomi dan mengembangkan atribut neuromuskuler yang diperlukan untuk pengembangan kekuatan otot.

Fase kekuatan maksimum dapat berkisar dari 1 hingga 3 bulan tergantung pada olahraga, kebutuhan atlet, dan rencana pelatihan tahunan. Untuk atlet yang olahraganya sangat bergantung pada kekuatan maksimal, seperti sepak bola Amerika atau shotput, fase ini bisa berada di ujung spektrum yang lebih panjang (3 bulan). Dalam olahraga yang maksimal kekuatan adalah fondasi, seperti bersepeda atau lari lintas alam, fase ini bisa lebih singkat (1 bulan). Pengembangan kekuatan maksimum paling baik dicapai dengan tiga hingga lima set empat hingga enam repetisi dengan beban pelatihan antara 75% dan 85% dari kapasitas maksimal (1RM).

Periodisasi Biomotor Kekuatan
Dalam banyak olahraga, kemampuan biomotor yang dominan adalah kekuatan. Menyadari hal ini, beberapa pelatih menggunakan latihan yang ditujukan khusus untuk mengembangkan kekuatan sepanjang tahun, dari tahap persiapan awal hingga awal fase kompetitif. Jenis pendekatan ini berasal dari kesalahpahaman tentang periodisasi dan prinsip-prinsip kekhususan.
Gambar 4. Periodisasi fase  biomotor kekuatan

Periodisasi biomotor  kekuatan akan berubah sepanjang fase rencana pelatihan tahunan. Perubahan-perubahan ini perlu mencerminkan jenis kekuatan yang dibutuhkan oleh olahraga, acara, atau atlet individu untuk kinerja optimal. Umumnya latihan yang digunakan HIT (pelatihan intensitas tinggi), biasanya pelatihan berbasis interval yang memodelkan olahraga atau aktivitas yang ditargetkan oleh rencana pelatihan. Fase pelatihan tidak terbatas pada durasi tertentu. melainkan, fokusnya adalah urutan dan proporsi antara fase pelatihan.

Periodisasi Monocycle Biomotor Kekuatan
Periodisasi Monocycle (satu siklus) merupakan rencana pelatihan yang mengandung satu fase kompetitif dan satu puncak utama. Rencana pelatihan ini dibagi menjadi tiga fase utama: fase persiapan, kompetitif dan transisi. Monocycle cocok diterapkan untuk olahraga musiman dengan satu puncak utama.
Gambar 5. Contoh Bagan periodisasi monocycle

Monocycle sangat disarankan sebagai model pelatihan tahunan dasar untuk atlet pemula dan junior. Rencana semacam itu memiliki fase persiapan yang panjang di mana atlet dapat mengembangkan elemen teknis, taktis, dan fisik dasar tanpa tekanan besar dari kompetisi. Monocycle adalah rencana tahunan khas untuk olahraga musiman dan olahraga yang ketahanannya adalah kemampuan biomotor dominan (misalnya; dayung, bersepeda, lari jarak jauh, dll.).

Periodisasi Bi-cycle Biomotor Kekuatan
Periodisasi Bi-Cycle (dua siklus) merupakan rencana pelatihan yang menekankan persiapan taktis dan teknis untuk menghadapi dua kompetisi utama (misalnya; kompetesi pertama bulan januari dan kompetesi kedua di bulan juli). Perencanaan latihan fase pertama lebih panjang dengan volume latihan jauh lebih besar pada latihan fase kedua. 
Gambar 6.  Contoh Bagan Periodisasi bi-cycle

Pendekatan yang digunakan dalam siklus kedua memungkinkan pelatihan dengan mudah dibagi menjadi pelatihan dan kompetisi. digunakan untuk atlet tingkat lanjut atau elit yang dapat memenuhi syarat untuk kejuaraan nasional. Bahkan dalam skenario ini, fase persiapan harus selama mungkin untuk memungkinkan pengembangan keterampilan mendasar. 

Periodisasi tri-cycle Biomotor Kekuatan
Periodisasi tri-Cycle (tiga siklus) merupakan periodisasi yang dilakukan untuk menghadapi tiga kompetisi utama yang ditargetkan. Tri-cycle dapat digunakan untuk olahraga seperti; tinju, berenang, angkat berat, atau gulat.
Gambar 7. Contoh Bagan Periodisasi tri-cycle 

Adaptasi anatomi, kekuatan maksimum, dan kekuatan dikembangkan selama subfase pertama pelatihan (persiapan umum). Ketika program maju atau mendekati fase kompetitif, penekanan pada faktor-faktor lain seperti teknik akan meningkat. Saat atlet bergerak ke fase transisi dari rencana pelatihan tahunan, persiapan fisik umum menjadi tujuan pelatihan yang dominan. Tri-Cycle direkomendasikan untuk atlet tingkat lanjut atau internasional. Agaknya, para atlet ini memiliki dasar yang kuat yang memungkinkan mereka untuk menangani rencana tahunan yang berisi tiga atau lebih puncak.

Durasi fase pelatihan sangat tergantung pada jadwal kompetitif untuk memberikan pedoman untuk mendistribusikan minggu pelatihan yang terkandung dalam setiap fase pelatihan.
Gambar 8. Pedoman Distribusi mingguan fase latihan dari rencana latihan tahunan

Periodisasi latihan kekuatan adalah alat penting dalam manajemen kelelahan yang terakumulasi sebagai respons terhadap stresor fisiologis, psikologis, dan sosiologis yang dihasilkan dari pelatihan dan kompetisi. Dalam membuat rencana tahunan, pelatih perlu mempertimbangkan efek dari pelatihan dan kompetisi pada pengembangan kelelahan dan tingkat stres yang dialami oleh atlet. Jika terstruktur dengan benar, rencana tahunan akan mengelola kelelahan ini dan mengurangi tingkat kelelahan selama kompetisi besar, ketika stres bisa sangat tinggi. Jika atlet mengalami tingkat kelelahan yang tinggi, akumulasi stres ini tampaknya berdampak negatif terhadap status psikologis. Disinilah seorang pelatih harus mempertimbangkan periodisasi kekuatan dengan seksama agar program latihan kekuatan yang dibuatnya terhindar dari masalah fisiologis dan psikologis atletnya.

Dalam melaksanakan periodisasi (monocycle, bi-cycle dan tri-cycle) latihan kekuatan sangat dituntut untuk seorang pelatih untuk selalu memperhatikan prinsip latihan kekuatan. Seorang atlit untuk memperoleh kekuatan yang maksimal maka program latihan beban atau beban latihan mesti dilaksanakan dengan sistematis dalam periodisasi latihan kekuatan. Ada banyak cara untuk secara rasional mengembangkan beban dan dengan demikian memperoleh adaptasi yang diinginkan, seperti tingkat hipertrofi yang lebih tinggi, daya tahan otot, kekuatan maksimum, atau kekuatan. 

Siklus-siklus yang dibuat oleh seorang pelatih harus memperhatikan beberapa parameter agar tubuh atlit saat latihan kekuatan mudah untuk beradaptasi dan memperoleh kekuatan yang maksimal dari hasil latihan nanti. 
Gambar 9. Parameter latihan kekuatan

Menurut Bompa (2009) adapun paramaeter latihan kekuatan sebagai berikut ini:
  • Repetisi 
Pengulangan Jumlah pengulangan per set sangat terkait dengan persentase maksimum 1-pengulangan (1RM) yang digunakan dan buffer yang diinginkan (perbedaan antara jumlah pengulangan yang dilakukan dalam satu set dan jumlah yang bisa dilakukan atlet untuk kelelahan pada persentase 1RM). Dengan sering melakukan repetisi maka kesalahan-kesalahan (buffer) gerakan dalam latihan dapat  dikurangi. Melakukan 3 hingga 6 repetisi dengan buffer 25 hingga 40 persen akan meningkatkan kekuatan maksimum, melalui peningkatan koordinasi intermuskular, dan kekuatan (apa yang beberapa orang sebut sebagai "metode kekuatan kecepatan").
  • Set
Set mempunya fungsi untuk meningkatkan kapasitas dan daya tahan kerja (lebih banyak volume). Jumlah set (volume) adalah variabel tunggal yang paling berpengaruh pada efek kelelahan residual pada pelatihan.
  • Tempo
Tempo adalah durasi rep penuh; oleh karena itu, ini mempengaruhi durasi yang ditetapkan. Pada gilirannya, baik tempo satu rep dan durasi yang ditetapkan secara langsung mempengaruhi efek pelatihan akhir. Tempo ditandai dengan tiga atau empat angka. Angka pertama menggambarkan durasi dalam detik dari fase eksentrik; angka kedua menggambarkan jeda antara eksentrik dan konsentris; angka ketiga menggambarkan durasi fase konsentris (X berarti eksplosif); dan angka keempat menggambarkan jeda antara fase konsentris dan eksentrik.
  • Interval Istirahat
Seperti tempo dan durasi yang diset, interval istirahat secara langsung memengaruhi efek latihan terakhir. Kita dapat meningkatkan interval istirahat jika siklus makro bergerak menuju penurunan repetisi dan peningkatan intensitas (persentase 1RM). Kita dapat mengurangi interval istirahat untuk meningkatkan daya tahan (lebih banyak kepadatan).
  • Teknik
Teknik juga harus dipertimbangkan; memang, itu seharusnya tidak pernah dikorbankan demi perkembangan beban yang salah. Seperti yang dikatakan Paul Chek, mengubah teknik untuk menggiling lebih banyak repetisi atau menyelesaikan yang berat hanyalah "superset tercepat di dunia" - tindakan yang berpotensi merugikan dan tentu saja menipu.

Prinsip peningkatan beban progresif semakin meningkatkan adaptasi dalam struktur dan fungsi tubuh atlet, sehingga meningkatkan potensi motoriknya dan pada akhirnya menghasilkan peningkatan kinerja. Tentu saja, tubuh bereaksi baik secara fisiologis dan psikologis terhadap peningkatan beban latihan (yaitu, dengan jumlah volume dan intensitas semua rangsangan pelatihan). Oleh karena itu, pelatihan juga menghasilkan perubahan bertahap dalam reaksi dan fungsi saraf, koordinasi neuromuskuler, dan kapasitas psikologis untuk mengatasi stres. Seluruh proses membutuhkan waktu dan kepemimpinan teknis yang kompeten.

Beberapa pelatih menggunakan beban latihan yang konsisten sepanjang tahun, yang disebut beban standar. Pendekatan ini dapat menyebabkan penurunan kinerja selama fase kompetitif akhir karena dasar fisiologis kinerja telah menurun dan mencegah peningkatan yang konsisten. Adaptasi dan kinerja yang unggul hanya dihasilkan dengan terus menerapkan peningkatan beban pelatihan.


3. PENUTUP

Kesimpulan
Dalam kepelatihan perencanaan atau program latihan sering disebut dengan periodisasi. Periodisasi merupakan pembagian waktu yang dibuat oleh seorang pelatih dan diatur sedemikian rupa dalam bentuk harian, mingguan, bulanan bahkan tahunan agar  pelatihan yang dilakukan bisa tepat sasaran atau sesuai dengan  tujuan yang ingin dicapai dalam pelatihan tersebut dan yang terpenting pelatihan itu mudah dilakukan.

Kekuatan didefinisikan lebih baik sebagai kemampuan sistem neuromuskuler untuk menghasilkan kekuatan melawan resistensi eksternal). Kekuatan merupakan salah satu komponen dasar biomotor yang deperlukan dalam setiap cabang olahraga. Sesuai dengan batasan kekuatan, yaitu latihan otot untuk melawan tegangan di antara tahanan, maka latihan-latihan yang cocok untuk memperkembang kekuatan adalah latihan-latihan tahanan, di mana kita harus mengangkat, mendorong, atau menarik suatu beban. Beban itu bisa memuat anggota tubuh kita sendiri, beban atau beban dari luar (perlawanan eksternal).

Periodisasi latihan kekuatan adalah alat penting dalam manajemen kelelahan yang terakumulasi sebagai respons terhadap stresor fisiologis, psikologis, dan sosiologis yang dihasilkan dari pelatihan dan kompetisi. Dalam membuat rencana tahunan, pelatih perlu mempertimbangkan efek dari pelatihan dan kompetisi pada pengembangan kelelahan dan tingkat stres yang dialami oleh atlet. Jika terstruktur dengan benar, rencana tahunan akan mengelola kelelahan ini dan mengurangi tingkat kelelahan selama kompetisi besar, ketika stres bisa sangat tinggi. 

Prinsip periodisasi kekuatan harus didasarkan pada persyaratan fisiologis spesifik dari olahraga yang diberikan. Latihan kekuatan harus berputar di sekitar kebutuhan periodisasi untuk olahraga yang dipilih dan menggunakan metode pelatihan khusus untuk fase pelatihan yang diberikan. Tujuannya adalah untuk mencapai kinerja puncak pada saat kompetisi besar. Prinsip peningkatan beban progresif semakin meningkatkan adaptasi dalam struktur dan fungsi tubuh atlet, sehingga meningkatkan potensi motoriknya dan pada akhirnya menghasilkan peningkatan kinerja. Tentu saja, tubuh bereaksi baik secara fisiologis dan psikologis terhadap peningkatan beban latihan (yaitu, dengan jumlah volume dan intensitas semua rangsangan pelatihan). Adaptasi dan kinerja yang unggul hanya dihasilkan dengan terus menerapkan peningkatan beban pelatihan


DAFTAR PUSTAKA
  • Bompa O., Tudor. 1999. Periodization Training for Sports: Programs for peak strength in 35 sports. York University, United States: Human Kinetics.
  • Bompa O, Tudor. 2000. Total Training for Young Champions. York University, United State: Human Kinetics.
  • Bompa O., Tudor, Michael C. Carrera. 2005. Periodization Training For Sports; Science-based Strength and Conditioning Plants for 20 Sports. United State. Human Kinetics.
  • Bompa O., Tudor, Haff G. Gregory. 2009. Periodization: Theory and Methodology of Training. York University, United States: Human Kinetics.
  • http://staffnew.uny.ac.id/upload/132300164/pendidikan/Bahan+Ajar+Met.+Mel.+Fisik+P.+Silat+7.+Kekuatan.pdf diakses pada hari Senin, Tanggal 20 September 2019, pukul. 20.00 WIB
  • http://eprints.unm.ac.id/14292/1/jurnal.pdf diakses pada hari Senin, Tanggal 20 September 2019, pukul. 20.00 WIB
  • http://file.upi.edu/Direktori/FPOK/JUR._PEND._KEPELATIHAN/196105251986011-KARDJONO/KONDISI_FISIK.pdf diakses pada hari senin, tanggal 20 September 2019, pukul. 20.00 WIB




Model Evaluasi Context, Input, Process, Product (CIPP)

đŸŒº MODEL EVALUASI CIPPđŸŒº đŸ‘‰Evaluasi didefinisikan sebagai Proses Menggambarkan, Mendapatkan, dan Menyediakan Informasi yang Bermanfaat untuk...

OnClickAntiAd-Block