Thursday, 2 April 2020

OVERTRAINING

Defenisi Overtraining menurut para ahli:
  • Menurut Bompa & Haff, (2009:100) Overtraining adalah penurunan jangka panjang dalam kapasitas kinerja yang terjadi sebagai hasil akumulasi pelatihan dan stresor non-pelatihan. 
  • Menurut Kenney et al., (2012:338) Dengan latihan yang terlalu intens, atlet dapat mengalami penurunan kinerja dan fungsi fisiologis yang tidak dapat dijelaskan yang berlangsung selama berminggu-minggu, berbulan-bulan, atau bertahun-tahun. Kondisi ini disebut overtraining, dan penyebab pasti atau penyebab penurunan kinerja yang dihasilkan tidak sepenuhnya dipahami. 
  • Neil F. Gordon dalam Cooper, (1994) Overtraining merupakan akibat latihan dengan dosis/intensitas yang berlebihan yang menyebabkan terjadinya gejala-gejala overtraining. Gejala-gejala overtraining ini hakikatnya adalah akibat gangguan homeostasis karena pemuliahan (recovery) yang tidak kuat. Gejala-gejala overtraining meliputi gejala-gejala yang bersifat psikologis, maupun non psikologis.
  • Morgan (1988) menjelaskan bahwa kelebihan latihan ditimbulkan oleh faktor-faktor yang tertera berikut ini. Faktor-faktor tersebut tersusun menurut urutannya sesuai dengan banyaknya atau tingginya frekuensi keluhan atlet.
  1. Terlalu banyak stres dan tekanan
  2. Terlalu banyak berlatih dan latihan fisik
  3. Kelelahan fisik dan nyeri otot
  4. Kebosanan (boredom) akibat pengulangan kegiatan terus-menerus
  5. Istirahat yang tidak` cukup dan pola tidur yang kurang layak
  • Weinberg dan Gould (1995) menjelaskan bahwa dalam beberapa keadaan kejenuhan dapat mengakibatkan seseorang berhenti dari aktivitasnya sebagai atlet. Jadi kejenuhan merupakan salah satu penyebab berhentinya individu menempuh karir sebagai atlet.
  • Smith (1986) menjelaskan bahwa kejenuhan merupakan konsep yang amat kompleks sebagai bentuk kelelahan psikofisiologis akibat gagalnya usaha seseorang memperoleh hasil yang diharapkan padahal ia telah berusaha sekuat tenaga bahkan mungkin berlebihan.
OVERTRAINING

Overtraining merupakan masalah yang ada dalam olahraga dan aktivitas fisik. Guru maupun pelatih perlu memahami penyebab kejenuhan dan mempelajari strategi untuk membantu mengurangi kemungkinan akan terjadinya kelelahan yang berlebihan. Menurut Martens (2012:263) Overtraining adalah masalah serius dalam banyak olahraga karena banyak pelatih dan atlet sama-sama menganut sikap "more is better". Lebih banyak tidak selalu lebih baik; bukan hanya kuantitas pelatihan yang diperhitungkan tetapi juga kualitasnya.

Overtraining diindikasikan dengan tanda-tanda fisiologis dan psikologis pada tubuh seperti perubahan atau gangguan fungsi saraf, konsentrasi hormon, penggandaan kontraksi-kontraksi, perekrutan unit motorik, penyimpanan glikogen otot, detak jantung dan tekanan darah, fungsi kekebalan, pola tidur, dan suasana hati. Overtraining dapat terjadi dengan masing-masing dari tiga bentuk pelatihan utama (pelatihan resistensi, anaerob, dan aerobik ) sehingga kemungkinan penyebab dan gejala akan bervariasi berdasarkan jenis pelatihan.

Overtraining didapat dari hasil akumulasi perubahan dalam metabolisme, yang menjadi kronis selama kita melakukan latihan atau aktivitas yang berlebihan. Awalnya dari perubahan yang terjadi pada biokimia dalam metabolisme karbohidrat, seperti perubahan hormon kortisol (hormon stres) yang berperan pada penggunaan gula atau glukosa dan lemak dalam metabolisme tubuh untuk menyediakan energi. Hormon kortisol juga berfungsi mengendalikan stres yang dapat dipengaruhi oleh kondisi infeksi, cedera, aktivitas berat, serta stres fisik dan emosional (http://bit.ly/2TDhzJM). Menurut Martin (2016:11) Additionally, the hormone cortisol is known to be extremely elevated when an athlete is overtraining causing inflammation and stress in the body, which chronically, may lead to injury. Jadi, Seseorang yang melakukan latihan olahraga atau aktifitas fisik secara berlebihan maka hormon kortisol meningkat dan secara kronis tubuh kita akan mengalami peradangan dan stres yang dapat menyebabkan cedera.

Menurut Kenney, dkk. (2012:338) Tanda dan gejala primer lainnya dari sindrom overtraining;
  1. Perubahan nafsu makan
  2. Penurunan berat badan;
  3. Gangguan tidur;
  4. Lekas marah, gelisah, bersemangat, gelisah;
  5. Hilangnya motivasi dan semangat;
  6. Kurangnya konsentrasi mental;
  7. Perasaan depresi; dan
  8. Kurangnya penghargaan untuk berbagai hal, termasuk olahraga yang biasanya menyenangkan.
Lebih lanjut menurut Martens (2012:263) jika Anda melihat beberapa tanda-tanda ini, Anda harus mencurigai overtraining dan bekerja dengan atlet untuk menemukan keseimbangan pelatihan dan istirahat yang tepat.
  1. Penurunan kinerja yang tiba-tiba atau bertahap
  2. Ketidakmampuan untuk melatih pada level yang sebelumnya dicapai
  3. Kehilangan koordinasi
  4. Peningkatan nyeri otot
  5. Peningkatan detak jantung saat istirahat
  6. Insomnia
  7. Kehilangan nafsu makan
  8. Sakit kepala
  9. Penurunan berat badan dan lemak tubuh
  10. Meningkatnya kerentanan terhadap penyakit, masuk angin, dan flu
  11. Depresi, apatis
  12. Kehilangan harga diri
  13. Ketidakstabilan emosional
  14. Takut akan kompetisi
Overtraining dini biasanya diobati dengan beristirahat, jika dalam kasus yang lebih parah maka dilakukan pembatasan jadwal latihan fisik hingga atlet fit kembali. Waktu istirahat dapat dilakukan hitungan hari, minggu, bulan, atau disesuaikan dengan parahnya tingkat overtraining itu sendiri.

Sementara overtraining tradisional dapat didiagnosis setelah penurunan kinerja yang berlangsung beberapa bulan atau kinerja setelah menyelesaikan periode istirahat beberapa hari atau minggu, ini tidak memungkinkan untuk potensi pencegahan, yang paling berharga dan disukai (Laursen & Buchheit, 2019:141).


Gambar efek dari pelatihan, pelatihan optimal, dan pelatihan berlebihan

Peran sebagai pelatih fisik adalah untuk membantu atlit mencapai kebugaran optimal untuk dalam olahraga, memahami zona antara under- dan overtraining sangat membantu pelatih fisik dalam bagaimana menentukan kapan atlet berlatih berlebihan (Martens, 2012:263). 

Daftar Pustaka
  • Bompa, T.O. & Haff, G.G. (2009). Periodization: theory and methodology of training. 5th ed. ed. the United States of America: Human Kinetics.
  • Kenney, W., Wilmore, J. & Costil, D. (2012). Physiology of Sport and Exercise 5th edition. Human Kinetics.
  • Laursen, P. & Buchheit, M. (2019). Science and application of high-intensity interval training: solutions to the programming puzzle. Human Kinetics. the United States of America: Human Kinetics.
  • Martens, R. (2012). Successful Coaching. IV ed. Developing Your Coaching Philosophy. Human Kinetics.
  • Martin, L. (2016). Sports Performance Measurement and Analytics. New Jersey: Pearson Education, Inc.

No comments:

Post a Comment

Model Evaluasi Context, Input, Process, Product (CIPP)

🌺 MODEL EVALUASI CIPP🌺 👉Evaluasi didefinisikan sebagai Proses Menggambarkan, Mendapatkan, dan Menyediakan Informasi yang Bermanfaat untuk...

OnClickAntiAd-Block