PENGERTIAN SOSIOLOGI
- Sosiologi yang berarti ilmu yang mempelajari tentang struktur sosial, dan proses-proses sosial, termasuk perubahan-perubahan sosial.
- Pitirim Sorokin: sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan dan pengaruh timbal balik antara aneka macam gejala sosial (misalnya gejala ekonomi, gejala keluarga, dan gejala moral), sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan dan pengaruh timbal balik antara gejala sosial dengan gejala non-sosial, dan yang terakhir, sosiologi adalah ilmu yang mempelajari ciri-ciri umum semua jenis gejala-gejala sosial lain.
- Max Weber: Sosiologi adalah ilmu yang berupaya memahami tindakan-tindakan sosial.
- Soerjono Soekanto: sosiologi adalah ilmu yang memusatkan perhatian pada segi-segi kemasyarakatan yang bersifat umum dan berusaha untuk mendapatkan pola-pola umum kehidupan masyarakat.
PENGERTIAN OLAHRAGA
Menurut Cholik Mutohir olahraga adalah proses sistematik yang berupa segalakegiatan atau usaha yang dapat mendorong mengembangkan, dan membinapotensi-potensi jasmaniah dan rohaniah seseorang sebagai perorangan atauanggota masyarakat dalam bentuk permainan, perlombaan/pertandingan, danprestasi puncak dalam pembentukan manusia Indonesia seutuhnya yangberkualitas berdasarkan Pancasila.
Untuk penjelasan pengertian olahraga menurut Edward (1973), olahraga harus bergerak dari konsep bermain, games, dan sport. Ruang lingkup bermain mempunyai karakteristik antara lain; a) Terpisah dari rutinitas, b) Bebas, c) Tidak produktif, d) Menggunakan peraturan yang tidak baku. Ruang lingkup pada gamesmempunyai karakteristik; a) Ada kompetisi, b) Hasil ditentukan oleh keterampilan fisik, strategi, kesempatan. Sedangkan ruang lingkup sport; permainan yang dilembagakan.
Olahraga tidak hanya untuk prestasi tetapi olahraga juga dapat berfungsi sebagai sarana rekreasi, komunikasi dan interaksi sosial. Keterampilan dan nilai-nilai yang dapat dipelajari dalam berolahraga:
- Disiplin
- Percaya diri
- Kooperatif
- Komunikatif
- Ulet dan tabah
- Menghargai usaha keras
- Menghormati peraturan masalah dan pemecahannya
- Saling mengerti memahami orang lain
- Kepemimpinan
- Menyikapi kemenangan
- Menyikapi kekalahan
- Fair play
- Berbagi kesenangan dan kesusahan
- Menghargai diri sendiri
- Percaya kepada orang lain
- Menghormati orang lain toleransi
SOSIOLOGI OLAHRAGA
Sosiologi Olahraga; penerapan bidang sosiologi dalam ilmu olahraga mengenai struktur, tingkatan, proses maupun perubahan sosial dalam masyarakat.
Menurut Tim Delaney and Tim Madigan (2015:5) The sociology of sport is a subdiscipline of sociology that focuses on the relationship between sport and society. Sport sociology is concerned with the behavior of individuals and groups within the sport and the rules and processes that exist within the formal and informal design and makeup of sport. With a commitment toward objective analysis, the sports sociologist places a great deal of emphasis on the evidence. It is the role of the sports sociologist to keep his or her own biases under control and to refrain from making value judgments while conducting research and presenting findings. In other words, as with any social scientist, sport sociologists are to remain objective and present facts. However, offering suggestions and courses of action to correct the “wrongs” and injustices found within the institution of sport is within the reform tradition of sociology (Sosiologi olahraga adalah subdisiplin sosiologi yang berfokus pada hubungan antara olahraga dan masyarakat. Sosiologi olahraga berkaitan dengan perilaku individu dan kelompok dalam olahraga dan aturan serta proses yang ada dalam desain formal dan informal serta susunan olahraga. Dengan komitmen terhadap analisis obyektif, sosiolog olahraga sangat menekankan bukti. Ini adalah peran sosiolog olahraga untuk menjaga biasnya sendiri di bawah kendali dan untuk menahan diri dari membuat penilaian nilai sambil melakukan penelitian dan menyajikan temuan. Dengan kata lain, seperti halnya ilmuwan sosial mana pun, sosiolog olahraga harus tetap objektif dan menyajikan fakta. Namun, menawarkan saran dan tindakan untuk memperbaiki "kesalahan" dan ketidakadilan yang ditemukan dalam lembaga olahraga adalah dalam tradisi reformasi sosiologi).
Tujuan sosiologi olahraga adalah sebagai sarana untuk mengawasi bidang olahraga dalam hubungannya dengan struktur internal dan memposisikan di dalam masyarakat (struktur eksternal).
Sebagian besar ahli sosiologi olahraga setuju bahwa salah satu cabang sosiologi adalah sosiologi olahraga yang membahas tentang kehidupan sosial dan budaya dalam olahraga. Kebanyakan yang dibahasa dalam bidang ini adalah penelitian-penelitian yang subyeknya adalah ”olahraga kompetitif, dan terorganisasi” meskipun tidak sedikit pula yang meneliti di bidang aktivitas fisik (Martin dan Miller, 1999, Rinehart, 2000). Apa yang dilakukan oleh sosiolog-sosiolog tersebut, merupakan upaya untuk menjawab berbagai pertanyaan sebagai berikut:
- Mengapa ada aktivitas khusus yang diseleksi dan didesain untuk kelompok-kelompok tertentu?
- Mengapa kegiatan olahraga pada beberapa kelompok masyarakat diciptakan dan dimanajemen dengan cara khusus?
- Bagaimana olahraga atau partisipasi olahraga dalam kehidupan pribadi dan sosial kita, dan bagaimana hal itu bisa berpengaruh terhadap kita semua, bagaimana kita berhubungan orang lain, dan bagaimana kita mngartikan hubungan tersebut.
- Bagaimana partisipasi olahraga kita mempengaruhi ide-ide kita tentang: tubuh kita, kejantanan dan feminitas, kelas sosial, ras dan etnis, pekerjaan, kesenangan, kemampuan dan ketidak mampuan, prestasi dan kompetisi, senang dan sakit, penyimapangan dan keteraturan, dan agresifitas dan kekerasan?
- Apa arti organisasi olahraga dan tujuannya dihubungkan dengan hubunagn sosial, kondisi materi, dan dinamisitas kekuatan dalam suatu kelompok?
- Bagaimana olahraga menjadi bagian yang penting dalam kehidupan sosial, seperti keluarga, pendidikan, politik, ekonomi, media dan agama?
- Bagaimana orang dengan pengetahuan olahraganya dan apa yang dapat dilakukan oleh olahraga, dan apa yang mendasarinya sehingga dapat merubah kehidupan sosial menjadi lebih baik, jujur dan demokratis?
- Bagaimana masyarakat menggunakan pengetahuannya tentang olahraga sebagai fenomena sosial untuk memahami organisasi dan dinamisitas kehidupan sosial, kemudian mereka ikut serta sebagai agen perubahan dalam dunia sekarang?
SOSIALISASI
Sosialisasi adalah sebuah proses penanaman atau transfer kebiasaan atau nilai dan aturan dari satu generasi ke generasi lainnya dalam sebuah kelompok atau masyarakat. Sejumlah sosiolog menyebut sosialisasi sebagai teori mengenai peranan (role theory). Karena dalam proses sosialisasi diajarkan peran-peran yang harus dijalankan oleh individu.Tahap ini dialami sejak manusia dilahirkan, saat seorang anak mempersiapkan diri untuk mengenal dunia sosialnya, termasuk untuk memperoleh pemahaman tentang diri.
Sosialisasi Primer. Sosialisasi primer adalah sosialisasi yang terjadi dalam keluarga.Peter L. Berger dan Luckmann mendefinisikan sosialisasi primer sebagai sosialisasi pertama yang dijalani individu semasa kecil dengan belajar menjadi anggota masyarakat (keluarga). Sosialisasi primer berlangsung saat anak berusia 1-5 tahun atau saat anak belum masuk ke sekolah. Anak mulai mengenal anggota keluarga dan lingkungan keluarga. Secara bertahap dia mulai mampu membedakan dirinya dengan orang lain di sekitar keluarganya. Dalam tahap ini, peran orang-orang yang terdekat dengan anak menjadi sangat penting sebab seorang anak melakukan pola interaksi secara terbatas di dalamnya. Warna kepribadian anak akan sangat ditentukan oleh warna kepribadian dan interaksi yang terjadi antara anak dengan anggota keluarga terdekatnya
Sosialisasi Sekunder. Sosialisasi sekunder adalah sosialisasi yang terjadi dalam masyarakat. Menurut Goffman kedua proses tersebut berlangsung dalam institusi total, yaitu tempat tinggal dan tempat bekerja. Dalam kedua institusi tersebut, terdapat sejumlah individu dalam situasi yang sama, terpisah dari masyarakat luas dalam jangka waktu kurun tertentu, bersama-sama menjalani hidup yang terkukung, dan diatur secara formal.Sosialisasi sekunder adalah suatu proses sosialisasi lanjutan setelah sosialisasi primer yang memperkenalkan individu ke dalam kelompok tertentu dalam masyarakat. Salah satu bentuknya adalah resosialisasi dan desosialisasi. Dalam proses resosialisasi, seseorang diberi suatu identitas diri yang baru. Sedangkan dalam proses desosialisasi, seseorang mengalami ‘pencabutan’ identitas diri yang lama.
Agen sosialisasi adalah pihak-pihak yang melaksanakan atau melakukan sosialisasi. Ada empat agen sosialisasi yang utama, yaitu keluarga, kelompok bermain, media massa, dan lembaga pendidikan sekolah.
Keluarga
Bagi keluarga inti (nuclear family) agen sosialisasi meliputi ayah, ibu, saudara kandung, dan saudara angkat yang belum menikah dan tinggal secara bersama-sama dalam suatu rumah.Sedangkan pada masyarakat yang menganut sistem kekerabatan diperluas (extended family), agen sosialisasinya menjadi lebih luas karena dalam satu rumah dapat saja terdiri atas beberapa keluarga yang meliputi kakek, nenek, paman, dan bibi di samping anggota keluarga inti.Pada masyarakat perkotaan yang telah padat penduduknya, sosialisasi dilakukan oleh orang-orabng yang berada diluar anggota kerabat biologis seorang anak. Kadangkala terdapat agen sosialisasi yang merupakan anggota kerabat sosiologisnya, misalnya pramusiwi, menurut Gertrudge Jaeger peranan para agen sosialisasi dalam sistem keluarga pada tahap awal sangat besar karena anak sepenuhnya berada dalam ligkungan keluarganya terutama orang tuanya sendiri.
Teman Sebaya
Teman sebaya sering disebut teman bermain, teman sepergaulan pertama kali didapatkan manusia ketika ia mampu berpergian ke luar rumah. Pada awalnya, teman bermain dimaksudkan sebagai kelompok yang bersifat rekreatif, namun dapat pula memberikan pengaruh dalam proses sosialisasi setelah keluarga. Puncak pengaruh teman bermain adalah pada masa remaja. Kelompok bermain lebih banyak berperan dalam membentuk kepribadian seorang individu.Berbeda dengan proses sosialisasi dalam keluarga yang melibatkan hubungan tidak sederajat (berbeda usia, pengalaman, dan peranan), sosialisasi dalam kelompok bermain dilakukan dengan cara mempelajari pola interaksi dengan orang-orang yang sederajat dengan dirinya. Oleh sebab itu, dalam kelompok bermain, anak dapat mempelajari peraturan yang mengatur peran orang-orang yang kedudukannya sederajat dan juga mempelajari nilai-nilai keadilan.
Lembaga Pendidikan Formal (Sekolah)
Menurut Dreeben, dalam lembaga pendidikan formal seseorang belajar membaca, menulis, dan berhitung. Aspek lain yang juga dipelajari adalah aturan-aturan mengenai kemandirian (independence), prestasi (achievement), universalisme, dan kekhasan (specificity). Di lingkungan rumah seorang anak mengharapkan bantuan dari orang tuanya dalam melaksanakan berbagai pekerjaan, tetapi di sekolah sebagian besar tugas sekolah harus dilakukan sendiri dengan penuh rasa tanggung jawab.
Media Massa
Yang termasuk kelompok media massa di sini adalah media cetak (surat kabar, majalah, tabloid), media elektronik (radio, televisi, video, film). Besarnya pengaruh media sangat tergantung pada kualitas dan frekuensi pesan yang disampaikan. Contoh:
- Penayangan acara Smack Down! di televisi diyakini telah menyebabkan penyimpangan perilaku anak-anak dalam beberapa kasus.
- Iklan produk-produk tertentu telah meningkatkan pola konsumsi atau bahkan gaya hidup masyarakat pada umumnya
Gelombang besar pornografi, baik dari internet maupun media cetak atau tv, didahului dengan gelombang game eletronik dan segmen-segmen tertentu dari media TV (horor, kekerasan, ketaklogisan, dan seterusnya) diyakini telah mengakibatkan kecanduan massal, penurunan kecerdasan, menghilangnya perhatian/kepekaan sosial, dan dampak buruk lainnya.
Agen Sosialisasi Lainnya
Selain keluarga, sekolah, kelompok bermain dan media massa, sosialisasi juga dilakukan oleh institusi agama, tetangga, organisasi rekreasional, masyarakat, dan lingkungan pekerjaan. Semuanya membantu seseorang membentuk pandangannya sendiri tentang dunianya dan membuat presepsi mengenai tindakan-tindakan yang pantas dan tidak pantas dilakukan.Dalam beberapa kasus, pengaruh-pengaruh agen-agen ini sangat besar.
INTERAKSI SOSIAL
Interaksi sosial adalah hubungan timbal balik antara individu dan individu, antara individu dengan kelompok atau antara kelompok dengan kelompok dalam berbagai bentuk seperti kerjasama, persaingan ataupun pertikaian.
- Interaksi antara individu dengan individu. Adalah individu yang satu memberikan pengaruh, rangsangan/stimulus kepada individu lainnya dan sebaliknya, individu yang terkena pengaruh itu akan memberikan reaksi, tanggapan atau respon.
- Interaksi antara individu dengan kelompok. Secara konkret bentuk interaksi sosial antara individu dengan kelompok bisa digambarkan seperti seorang guru yang sedang berhadapan dan mengajari siswa-siswinya didalam kelas/seorang penceramah yang sedang berpidato didepan orang banyak. Bentuk interaksi semacam ini juga menunjukkan bahwa kepentingan seseorang individu berhadapan/bisa ada saling keterkaitan dengan kepentingan kelompok.
- Interaksi antar kelompok dengan kelompok. Bentuk interaksi antara kelompok dengan kelompok saling berhadapan dalam kepentingan, namun bisa juga ada kepentingan individu disitu dan kepentingan dalam kelompok merupakan satu kesatuan, berhubungan dengan kepentingan individu dalam kelompok lain.
Bentuk dan Sifat Interaksi Sosial
Dalam proses interaksi sosial menghasilkan 2 bentuk yaitu proses sosial asosiatif dan disosiatif.
Proses/interaksi Sosial Asosiatif
- Adalah proses sosial yang membawa ke arah persatuan dan kerja sama. Proses ini disebut juga sebagai proses yang positif. Beberapa proses sosial yang bersifat asosiatif adalah:
- Akulturasi (acculturation). Merupakan proses sosial yang timbul akibat suatu kebudayaan asing/kebudayaan lain tanpa menyebabkan hilangnya kepribadian kebudayaan sendiri.
- Asimilasi. meupakan proses asimilasi terjadi apabila dalam masyarakat terdapat perbedaan kebudayaan diantara kedua belah pihak, ada proses saling menyesuaikan, ada interaksi intensif antara kedua belah pihak
- Kerja sama (cooperation). Merupakan bentuk yang paling utama dalam proses interaksi sosial karena interaksi sosial yang dilakukan oleh seorang/kelompok orang bertujuan untuk memenuhi kepentingan/kebutuhan bersama.
- Akomodasi. Sebagai proses usaha-usaha yang dilakukan manusia untuk meredakan atau memecahkan konflik dalam rangka mencapai kestabilan.
Proses/interaksi sosial disosiatif
- Merupakan interaksi sosial yang membawa ke arah perpecahan. Ada beberapa bentuk interaksi sosial disosiatif yaitu :
- Konflik Sosial/pertentangan. Dapat diartikan sebagai suatu proses antara dua orang atau lebih, maupun kelompok berusaha menyingkirkan pihak lain dengan jalan menghancurkan atau membuatnya tidak berdaya.
- Persaingan (competition). Merupakan suatu proses sosial yang melibatkan mencapai keuntungan melalui bidang kehidupan yang pada suatu saat tertentu menjadi pusat perhatian umum, tanpa ancaman/kekerasan.
- Kontrovensi. Merupakan suatu proses sosial yang posisinya berada diantara persaingan dan konflik. Kontrovensi dapat berwujud sikap tidak senang, baik secara terbuka/sembunyi-sembunyi.
STRATIFIKASI SOSIAL
Kata Stratifikasi sosial berasal dari bahasa Latin, yakni stratum yang berarti tingkatan dan socius yang berarti teman atau masyarakat. Stratifikasi sosial adalah tingkatan sosial yang ada dalam masyarakat. Stratifikasi sosial berasal dari kiasan yang menggambarkan keadaan kehidupan masyarakat.
- Menurut Robert M. Z. Lawang “Stratifikasi sosial adalah penggolongan orang-orang yang termasuk dalam suatu sistem sosial tertentu ke dalam lapisan-lapisan hierarkis menurut dimensi kekuasaan, privilege, dan prestise”.
- Stratifikasi sosial adalah perbedaan penduduk atau masyarakat ke dalam kelas-kelas secara bertingkat (hierarkis). Dengan kata lain, perbedaan kedudukan akan menimbulkan stratifikasi sosial atau pelapisan sosial.
- Menurut Horton dan Hunt Stratifikasi sosial berarti sistem perbedaan status yang berlaku dalam suatu masyarakat.
- Perwujudan dari adanya stratifikasi sosial atau pelapisan sosial adalah adanya perbedaan golongan tingkat kedudukan atau kelas.
- Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Stratifikasi diartikan sebagai pembedaan penduduk atau masyarakat ke dalam kelas-kelas secara bertingkat atas dasar kekuasaan, hak-hak istimewa, dan prestise.
Dasar Ukuran Stratifikasi Sosial
Dasar yang biasa digunakan untuk menggolongkan suatu masyarakat menurut stratifikasi sosial atau pelapisan sosial antara lain adalah sebagai berikut:
Kekayaan.
Seseorang yang memiliki kekayaan yang paling banyak akan menempati stratifikasi teratas. Orang yang memiliki harta benda banyak akan lebih dihargai dan dihormati masyarakat daripada orang yang miskin. Kriteria umum yang biasa dipakai untuk menempatkan seseorang pada lapisan ini antara lain adalah bentuk dan perabot rumah yang besar dan mewah, jenis mobil yang digunakan, simpanan dalam bentuk kepemilikan tanah yang luas, dan nilai pembayaran pajak yang umumnya besar. Karena itu masyarakat menempatkan orang-orang tersebut pada lapisan masyarakat atas.
Kekuasaan
Kekuasaan berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk menetukan kehendaknya terhadap orang lain (yang dikuasai). Kekuasaan didukung oleh lain,struktur seperti kedudukan atau posisi tertentu seseorang dalam masyarakat, kekayaan yang dimiliki, kepandaian, bahkan kelicikan. Seseorang yang memiliki kekuasaan akan menempati strata yang tinggi dalam struktur sosial masyarakat yang bersangkutan.
Keturunan
Dalam masyarakat feodal, anggota masyarakat dari keluarga raja atau kaum bangsawan akan menempati lapisan atas, seperti orang yang bergelar andi di masyarakat Bugis, Raden di masyarakat Jawa, Tengku di masyarakat Aceh, dan sebagainya. Umumnya mereka disebut dengan ungkapan orang berdarah biru.
Pendidikan
Dalam masyarakat yang menghargai ilmu pengetahuan atau pendidikan, orang yang memiliki keahlian atau profesionalitas akan mendapatkan penghargaan yang lebih besar dibanding orang yang tidak memiliki keahlian dan berpendidikan rendah ataupun buta huruf. Mereka yang termasuk golongan ini adalah para peneliti, cendekiawan atau dosen, dokter, hakim, para atlet dan sebagainya.
Berikut merupakan penguruh positif dan negatif dari adanya stratifikasi sosial:
Pengaruh Positif
- Adanya kemauan dari setiap individu di dalam masyarakt untuk bersaing untuk berpindah kasta, sehingga mendorong setiap individu untuk berprestasi, bekerja keras.Sebagai contoh seorang anak miskin berusaha belajar dengan giat agar mendapatkan kekayaan dimasa depan.
- Meningkatnya pemerataan pembangunan setiap daerah, baik atas usulan masyarakata di wilayah tersebut atau pemerintah guna menghilangakan kesenjangan sosial
Pengaruh Negatif
Pada aspek negative, dampak negative stratifikasi sosial, yaitu:
Dalam masyarakat, terdapat lapisan-lapisan sosial karena ukuran-ukuran seperti kekayaan, kekuasaan, dan pendidikan. Kelompok dalam lapisan-lapisan tadi disebut kelas-kelas sosial. Apabila terjadi perbedaan kepentingan antara kelas-kelas sosial yang ada di masyarakat dalam mobilitas sosial maka akan muncul konflik antarkelas. Contoh: demonstrasi buruh yang menuntuk kenaikan upah, menggambarkan konflik antara kelas buruh dengan pengusaha.
- Konflik antarkelompok sosial
Di dalam masyatakat terdapat pula kelompok sosial yang beraneka ragam. Di antaranya kelompok sosial berdasarkan ideologo, profesi, agama, suku,dan ras. Bila salah satu kelompok berusaha untuk menguasai kelompok lain atau terjadi pemaksaan, maka timbul konflik. Contoh: tawuran pelajar.
Konflik antar generasi terjadi antara generasi tua yang mempertahankan nilai-nilai lama dan generasi mudah yang ingin mengadakan perubahan. Contoh: Pergaulan bebas yang saat ini banyak dilakukan kaum muda di Indonesia sangat bertentangan dengan nilai-nilai yang dianut generasi tua. Setiap bentuk stratifikasi yang ada dalam masyarakat (sistem lapisan sosial) akan mempunyai konsekuensi. Beberapa konsekuensi dari adanya stratifikasi sosial, yaitu:
Stratifikasi sosial menggolong-golongkan masyarakat ke dalam kelompok-kelompok sosial yang berbeda. Kelompok sosial atas akan mengembangkan pola-pola tertentu dan akan sangat membatasi anggotanya agar berbeda dari kelompok lainnya. Sebaliknya, kelompok yang ada di bawahnya akan berusaha meniru kelompok sosial yang berada di atasnya. Kelompok yang berada di atas adalah kelompok yang mempunyai kekuatan ekonomi, yaitu kelompok orang kaya. Mereka mengukur segala sesuatu dengan uang. Prestise atau gengsi menjadi bagian dari hidupnya. Mereka ingin menjadi kelompok yang dipandang tinggi, sehingga tidak segan menghamburkan uang demi menjaga gengsinya tersebut.
Konsekuensi lain sebagai akibat dari stratifikasi sosial adalah kesenjangan sosial. Kesenjangan sosial merupakan perbedaan jarak antara kelompok atas dengan kelompok bawah. Tentu saja kesenjangan sosial lebih didominasi oleh perbedaan tingkat ekonomi. Kelompok atas yang kaya, dengan kekayaannya akan semakin kuat untuk bertahan hidup. Sebaliknya, kelompok bawah yang miskin akan menjadi kelompok yang terpinggirkan.
Polarisasi berarti pembagian suatu unsur menjadi dua bagian yang berlawanan, sedangkan power sendiri diartikan sebagai kekuatan. Jadi, secara bebas polarisasi power dapat didefininisikan sebagai pembagian kekuatan. Dalam hal ini, pembagian masyarakat menjadi dua kelas, yaitu kelas atas dan kelas bawah yang tidak lagi didasarkan hanya pada kehormatan saja, akan tetapi lebih pada unsur kepentingan dan kekuatan dari dua kelompok masyarakat tersebut yang saling berlawanan.
KELOMPOK SOSIAL
Kelompok sosial adalah kumpulan manusia yang memiliki kesadaran bersama akan keanggotaan dan saling berinteraksi. Kelompok diciptakan oleh anggota masyarakat. Kelompok juga dapat memengaruhi perilaku para anggotanya.
Menurut Robert Bierstedt, kelompok memiliki banyak jenis dan dibedakan berdasarkan ada tidaknya organisasi, hubungan sosial antara kelompok, dan kesadaran jenis. Bierstedt kemudian membagi kelompok menjadi empat macam:
- Kelompok statistik, yaitu kelompok yang bukan organisasi, tidak memiliki hubungan sosial dan kesadaran jenis di antaranya. Contoh: Kelompok penduduk usia 10-15 tahun di sebuah kecamatan.
- Kelompok kemasyarakatan, yaitu kelompk yang memiliki persamaan tetapi tidak mempunyai organisasi dan hubungan sosial di antara anggotanya.
- Kelompok sosial, yaitu kelompok yang anggotanya memiliki kesadaran jenis dan berhubungan satu dengan yang lainnya, tetapi tidak terikat dalam ikatan organisasi. Contoh: Kelompok pertemuan, kerabat.
Kelompok asosiasi, yaitu kelompok yang anggotanya mempunyai kesadaran jenis dan ada persamaan kepentingan pribadi maupun kepentingan bersama. Dalam asosiasi, para anggotanya melakukan hubungan sosial, kontak dan komunikasi, serta memiliki ikatan organisasi formal. Contoh: Negara, sekolah.
PERILAKU MENYIMPANG
- James Vander Zender berpendapat bahwa perilaku menyimpang merupakan perilaku yang dianggap sebagai hal tercela dan diluar batas-batas toleransi oleh sejumlah besar orang.
- Bruce J. Cohen berpendapat bahwa perilaku menyimpang adalah setiap perilaku yang tidak berhasil menyesuaikan diri dengan kehendak-kehendak masyarakat atau kelompok tertentu dalam masyarakat.
- Secara sosiologi menurut Dr. Fuad Hassan “Tingkah laku menyimpang” adalah perbuatan atau kelakuan anti sosial dan anti normatif.
- Dari beberapa defenisi diatas dapat diambil kesimpulan bahwa “tingkah laku menyimpang” adalah suatu tindakan perbuatan yang bertentangan dengan hukum, agama, dan norma-norma masyarakat sehingga akibatnya dapat merugikan orang lain, mengganggu ketentuan umum dan juga merusak dirinya sendiri.
Contoh Perilaku Menyimpang
Istilah “narkotika” berasal dari kata Yunani “narkosis” yang dikemukakan oleh Bapak Ilmu Kedokteran, Hipokrates, untuk zat-zat yang menimbulkan mati rasa atau rasa lumpuh. Dalam undang-undang AS, yang dimaksud dengan narkotika adalah opium, variasi dari opium (kodein, heroin atau awam menyebutnya “putau”), termasuk zat sintesis (morphin), dan kokain(disebut juga “koka”). Marijuana (awam: ganja), walaupun di Indonesia dilarang oleh undang-undang dan digolongkan narkotika, baik dari sudut struktur kimia zat itu, maupun dari dampak pemakaiannya (hanya menimbulkan ketergantungan, tidak mematikan). Belanda adalah salah satu Negara yang melegalkan marijuana. LSD (inex, sabu-sabu) dan obat-obat psikedelik lain yang member efekeuphoria (perasaan senang, riang, nyaman yang semu) juga bukan termasuk jenis narkotika, walaupun dampaknya lebih serius daripada ganja (bias menimbulkan reaksi paranoid jika berhenti menggunakannya). Di Negara-negara Eropa dan Amerika Serikat dan beberapa Negara lain, minuman keras (alcohol) juga dikontrol ketat karena dampaknya bias sangat berbahaya ( alcoholim ) jika digunakan secara berlebihan atau dikonsumsi oleh anak-anak di bawah umur. Di Indonesia walaupun ada undang-undang anti alcohol, pengawasannya dalam praktik tidak terlalu ketat, karena dampak sosialnya tidak segawat narkotika.
Perkelahian antar pelajar, sering disebut tawuran antarpelajar, tawuran menjadi masalah yang cukup serius karena peserta tawuran cenderung mengabaikan norma-norma yang ada melibatkan korban yang tidak besalah, dan merusak benda-benda yang berada disekitarnya.
- Perilaku Seksual Diluar Nikah
Mengenai perilaku seksual diluar nikah, sejak dulu manusia telah membuat seperangkat tata nilai dan norma-norma, baik norma agama, adat istiadat maupun hukum tertulis yang mengatur perilaku hubungan seksual agar fungsi reproduksi manusia dapat berlangsung tanpa mengganggu ketertiban sosial.
Usaha Untuk Menanggulangi Perilaku Menyimpang
- Usaha itu dapat bersifat : pencegahan (preventif), pengentasan (curatif) dan pembinaan (corektive).
- Usaha Pencegahan (Preventif)
- Usaha preventif adalah : usaha yang dilakukan secara sistematis, berencana dan terarah kepada tujuan untuk menjaga agar tingkah laku menyimpang itu tidak timbul. Usaha preventif lebih besar manfaatnya dari pada usaha kuraktif. Berbagai usaha preventif dapat dilakukan yaitu:
- Usaha di Rumah Tangga (Keluarga)
- Menciptakan kehidupan rumah tangga yang beragama. Artinya membuat suasana rumah tangga atau keluarga menjadi kehidupan yang taat dan bertaqwa kepada Allah di dalam kegiatan sehari-hari.
Menciptakan kehidupan keluarga yang harmonis dimana keluarga, ayah, ibu, dan anak tidak terdapat pertentangan atau percekcokan. Hal ini dapat dilakukan dengan memberikan memberikan waktu luang nuntuk berkumpul bersama dengan anak-anak terutama diwaktu makan bersama.
- Adanya kesamaan norma-norma yang dipegang antara ayah, ibu dan keluarga lainnya di rumah tangga dalam soal mengatur anak.
- Memberikan kasih sayang secara wajar kepada anak-anak. Tetapi janganpula kasih sayang ibu berlebihan karena akan berakibat pada anak-anak menjadi manja.
- Memberikan kasih sayang cukup terhadap kebutuhan anak-anak. Dalam hal ini berarti menumbuhkan kewibawaan pada orang tua akan menimbulkan sikap penurutan yang wajar pada anak.
- Memberikan pengawasan secara wajar terhadap pergaulan anak dilingkungan masyarakat.
Usaha di Sekolah
Guru hendaknya memahami aspek-aspek psikis murid dengan memiliki ilmu-ilmu tertentu antara lain : psikologi perkembangan, bimbingan dan penyuluhan, serta ilmu mengajar.
- Mengintensifkan pelajaran agama dan mengadakan tenaga guru agama yang ahli dan berwibawa serta mampu bergaul secara harmonis dengan guru-guru umum lainnya.
- Mengintensifkan bagian bimbingan dan penyuluhan disekolah dengan jalan mengadakan tenaga ahli atau mengantar guru-guru untuk mengolah bagian ini.
- Adanya kesamaan norma-norma yang dipegang oleh guru-guru. Hal ini akan menimbulkan kekompakan dalam membimbing murid-murid.
Melengkapi fasilitas pendidikan.
Perbaikan ekonomi guru yaitu menyelaraskan gaji guru dengan kebutuhan hidup sehari-hari.
Masyarakat adalah tempat pendidikan ketiga sesudah rumah dan sekolah ketiganya haruslah mempunyai keseragaman dalam mengarahkan anak untuk tercapainya tujuan pendidikan. Apabila salah satu pincang maka yang lain akan turut pincang pula.Usaha pengentasan (Kuratif)
Usaha kuratif adalah usaha pencegahan terhadap gejala-gejala tingkah laku menyimpang tersebut, agar kenakalan itu tidak meluas dan merugikan masyarakat.Usaha kreatif secara formal dilakukan oleh Polri dan kejaksaan negeri. Sebab jika terjadi surat kenakalan berarti sudah terjadi suatu pelanggaran hukum yang dapat berakibat merugikan diri mereka dan masyarakat.
- Usaha Pembinaan (corektive)
Usaha pembinaan yang dimaksud adalah Pembinaan terhadap anak didik yang tidak melakukan kenakalan.Pada hal ini dilaksanakan pembinaan dirumah, sekolah dan masyarakat.Pembinaan terhadap anak didik yang telah mengalami tingkah laku menyimpang yang telah menjalani suatu hukuman karena kenakalannya.Hal ini perlu dibina agar mereka tidak mengulangi lagi kenakalan tersebut.
PERILAKU KOLEKTIF
Perilaku kolektif sering dikaitkan dengan bahasan: kerumunan, mobs (kerumunan dgn maksud jahat), manias, penyerbuan, kepanikan, kekacauan, opini publik, propaganda, tren pakaian, gerakan sosial, revolusi, dan reformasi.
Secara sederhana, aktifitas kelompok dapat diartikan sebagai perilaku kolektif. Aktifitas kelompok diartikan sebagai tindakan individu-individu yang bertindak secara serentak bersamaan, pembagian tugas, serentak bersamaan dengan nilai masing-masing individu.
Faktor Penyebab Perilaku Kerumunan
- Kebersamaan dengan orang banyak (tidak saling mengenal satu dengan lainnya)
- Adanya penularan (contagion)
- Suggestability (massa mudah dipengaruhi, mudah percaya, atau mudah taat)
- Teori Convergen
Kerumunan muncul dari sejumlah orang yang memiliki dorongan, maksud, dan kebutuhan yang serupa
- Kekerasan Kolektif Primitif, dilakukan oleh sekelompok individu, tidak bersifat politik, dan terbatas hanya pada komunitas lokal.
- Kekerasan Kolektif Reaksioner, merupakan protes atau perlawanan terhadap sistem dalam kekerasan massal sebagai reaksi terhadap penguasa.
- Kekerasan Kolektif Modern, merupakan kekerasan yang diorganisasi untuk tujuan politik dan ekonomi. contoh: pemogokan buruh
- Faktor-faktor yang menimbulkan perilaku kolektif:
- Penyebarluasan (isu) yang mempengaruhi kepercayaan umum
- Adanya pencetus
- Mobilisasi
- Bekerjanya pengendalian sosial
PERUBAHAN SOSIAL
Perubahan sosial merupakan bagian dari gejala kehidupan sosial,sehingga perubahan sosial merupakan gejala sosial yang normal. Perubahan sosial tidak dapat dipandang hanya dari satu sisi,sebab perubahan ini mengakibatkan perubahan disektor-sektor lain.ini berarti perubahan sosial selalu menjalar keberbagai bidang-bidang lainnya.
Perubahan sosial dapat dilihat dari system nilai yang pada suatu saat berlaku.misalnya,dahulu kantor pos memegang peranan penting untuk mengantar surat sampai ketempat tujuan,kini kantor pos mengalami penurunan fungsi sejak ditemukan telepon genggam yang bisa menyampaikan pesan berbicara ataupun pesan SMS dengan lebih cepat.
Teori-Teori Modern Mengenai Perubahan Sosial
Teori-teori modern yang terkenal ialah,antara,lain, teori-teori modernisasi para penganut pendekatan fungsionalisme seperti Neil J.Slemser dan Alex Inkeles, teori ketergantungan Andre Gunder Frank yang merupakan pendekatan konflik,dan teori mengenai sistem dunia dari walllerstrein.
Diantara teori-teori klasik dan teori-teori modern kita dapat menjumpai benang merah. Teori-teori modernisasi pun cenderung melihat perkembangan masyarakat dunia ketiga berlangsung secara evolusioner dan linear dan bahwa masyarakat bergerak kearah kemajuan dari tradisi ke moderitas.
Teori modernisasi mengangap bahwa negara-negara terbelakang akan menempuh jalan sama dengan negara industri maju di Barat sehingga kemudian akan menjadi negara berkembang pula melalui proses modernisasi. Teori berpandang bahwa masyarakat-masyarakat yang belum berkembang perlu mengatasi berbagai kekurangan dan masalahnya sehingga dapat mencapai tahap tinggal landas(take off) kearah perkembangan ekonomi.
Teori ketergantungan. Menurut teori ini (dependensia) yang didasarkan pada pengalaman negara-negara Amerika Latin ini perkembangam dunia tidak merata;negara-negara industri menduduki posisi dominan sedangkan negara-negara Dunia ketiga secara ekonomis tergantung padanya. Perkembangan negara-negara industri dan keterbelakangan negara-negara dunia ketiga,menurut teori ini, berjalan bersamaan; dikala negara industri mengalami perkembangan, maka negara-negara dunia ketiga yang mengalami kolonialisme dan neo kolonialisme, khususnya di Amerika Latin, tidak mengalami "tinggal landas" tetapi justru menjadi semakin terbelakang.
Teori sistem dunia. Menurut teori yang dirumuskan Immanuel Wallerstrein ini perekonomian kapitalis dunia kini tersusun atas tiga jenjang: negara-negara inti, negara-negara semi-periferi dan negara-negara periferi. Negara-negara inti terdiri atas negara Eropa Barat yang sejak abad 16 mengawali proses industrialisasi dan berkbang pesat,sedangkan negara-negara inti dan secara ekonomis tidak berkembang. Negara-negara periferi merupakan kawasan Asia dan Afrika yang semula merupakan kawasan ekstrem karena berada diluar jaringan perdagangan negara inti tetapi kemudian melalui kolonisasi ditarik kedalam sistem dunia.
Masalah adalah kesenjangan antara harapan dengan kenyataan.Masalah sosial terjadi karena dua faktor yaitu tata kelakuan yang menyimpang dan ukuran-ukuran umum segi moral. Dalam menyikapi suatu masalah sosial, setiap masyarakat mempunyai ukuran yang berbeda antara waktu dan tempat. Dengan adanya waktu dan tempat ini masyarakat dapat mengatakan suatu perbuatan itu menyimpang atau tidak.
MASALAH SOSIAL
Masalah sosial bersangkutan dengan hubungan antara manusia dan di dalam kerangka bagian-bagian kebudayaan yang normatif. Norma agama, sosial, kesusilaan dan kesopanan sangat berpengaruh dalam menilai suatu perbuatan yang menyimpang. Gejala-gejala yang wajar timbul antara lain : norma-norma, kelompok sosial, lapisan masyarakat, lembaga kemasyarakatan, dan proses sosial.
Adapun penyebab masalah sosial dapat diklasifikasikan dalam 4 kategori, yaitu :
- Faktor Ekonomis : kemiskinan, pengangguran;
- Faktor Biologis : penyakit;
- Faktor Psikologis : syaraf, bunuh diri;
- Faktor Kebudayaan : perceraian, kejahatan.
Ukuran atau kriteria yang menonjol atau dominan sebagai dasar pembentukan pelapisan sosial , antara lain :
- Ukuran Kekayaan;
- Kekuasaan dan Wewenang;
- Ukuran Kehormatan;
- Ukuran Ilmu Pengetahuan.
Gejala dan masalah sosial merupakan ungkapan hasil hubungan beberapa aspek kehidupan sosial. Dalam kerangka kerja studi sosial, kita dituntut menghubungkan beberapa bidang ilmu pengetahuan sosial sesuai dengan gejala dan masalah yang sedang kita telaah. Pendekatan ini di kenal dengan pendekatan interdisipliner dan multidisipliner.
Ukuran-ukuran masalah sosial merupakan pelapisan sosial dan tratifikasi sosial dapat terjadi karena di dalam masyarakat ada sesuatu yang dihargai yang berupa ekonomi, harta, kekuasaan, jabatan, ilmu pengetahuan, ilmu agama, usia, pangkat, kedudukan, dan sebagainya Kriteria utama suatu masalah sosial dapat terjadi karena tidak adanya persesuaian antara ukuran-ukuran dan nilai-nilai sosial dengan kenyataan-kenyataan serta tindakan sosial, sumber-sumber masalah sosial, pihak-pihak yang menetapkan apakah suatu kepincangan merupakan masalah sosial atau tidak, manifest sosial problem & latent sosial problem dan perhatian masyarakat dan masalah sosial.
Sosiologi mengkaji kehidupan sosial, meliputi semua bentuk-bentuk interaksi dan hubungan sosial. Sosiolog berfokus pada isu-isu sosial, organisasi sosial, dan perubahan sosial. Tujuan mereka adalah agar masyarakat memahami, mengendalikan dan merubah kehidupan mereka, sehingga kebutuhan individu dan kelompok terpenuhi.
Sosiolog mempelajari olahraga sebagai bagian dari budaya. Mereka melihat olahraga sebagai satu bagian penting dari kehidupan masyarakat dan hubungannya dengan ideologi, lingkungan kehidupan sosial. Penelitian-penelitian dalam sosiologi olahraga membantu kita dalam memahami kontruksi sosial yang dibentuk oleh msyarakat untuk tujuan tertentu. Sebagi kontruksi sosial, olahraga berhubungan dengan faktor sejarah, politik, dan ekonomi.
Ketika sosiolog mempelajari olahraga dalam masyarakat, mereka sering menemukan masalah yang berbasis pada budaya dan organisasi baik olahraga atau masyarakat. Ketika ini terjadi, rekomendasi sosiolog adalah mungkin mengancam mereka yang ingin olahraga dan program olahraga untuk tetap seperti sekarang. Oleh karena itu, sosiologi terkadang menciptakan kontroversi.
Perkembangan sosiologi olahraga terutama tergantung pada apakah orang-orang di lapangan melakukan penelitian dan menerbitkan buku-buku dan artikel yang memberi kontribusi yang berarti bagi kehidupan masyarakat. Permasalahan yang muncul di masa mendatang adalah kenyataan bahwa tidak semua orang di lapangan setuju tentang bagaimana untuk "melakukan" sosiologi olahraga. Beberapa menggunakan model ahli profesional untuk memandu pekerjaan mereka, beberapa menggunakan model transformasi kritis, dan beberapa menggunakan model pengetahuan pembangunan. Perbedaan antara ketiga pendekatan memunculkan pertanyaan penting tentang produksi dan penggunaan pengetahuan ilmiah (lihat Bab 2). Banyak sarjana di lapangan saat ini berdebat pertanyaan ini.
Beberapa ahli di bidang olahraga mendefinisikan: adalah kegiatan yang melibatkan (1) penggunaan keterampilan fisik, kecakapan, atau tenaga; (2) kompetisi dilembagakan, dan (3) kombinasi dari alasan intrinsik dan ekstrinsik untuk berpartisipasi. Definisi tersebut adalah bermasalah jika menuntun kita untuk mengabaikan kehidupan orang-orang yang tidak memiliki sumber daya dan keinginan untuk mengembangkan kegiatan fisik secara resmi terorganisir dan kompetitif. Untuk alasan ini, banyak sarjana sekarang merekomendasikan bahwa, daripada menggunakan definisi tunggal olahraga, kita harus bertanya apa kegiatan yang diidentifikasi sebagai olahraga dalam kelompok yang berbeda dan masyarakat di berbagai tempat dan waktu. Pertanyaan ini memaksa kita untuk mengakui bahwa olahraga adalah kegiatan dilombakan. Ini memfokuskan perhatian kita pada hubungan antara olahraga dan kekuasaan dan hak istimewa dalam masyarakat dan lebih mengarah langsung ke masalah untuk mengubah kehidupan sosial, sehingga lebih banyak orang memiliki sumber daya yang mereka butuhkan untuk mengendalikan kehidupan mereka dan membuat mereka berarti.
“Selamat membaca dan belajar”
Reference: