A. Pengertian Kepemimpinan dalam Pendidikan;
- Menurut Nawawi (1983) Kepemimpinan adalah kemampuan menggerakkan, memberikan motivasi dan mempengaruhi orang-orang agar bersedia melakukan tindakan-tindakan yang terarah pada pencapaian tujuan melalui keberanian mengambil keputusan tentang kegiatan yang harus dilakukan.
- Menurut Gary Yukl dalam Sutrisno (2012) Kepemimpinan adalah proses mempengaruhi orang lain untuk memahami dan setuju dengan apa yang perlu dilakukan dan bagaimana melakukannya secara efektif, serta proses memfasilitasi upaya individu dan kelompok untuk mencapai tujuan bersama.
Kepemimpinan dalam pendidikan dapat diuraikan menjadi:
- Pemimpin Formal Seseorang yang diangkat/dikukuhkan menjadi pemimpin dengan surat keputusan oleh badan yang lebih tinggi atau lembaga pendidikan formal yang bersifat sengaja, berencana dan sistematis. Pimpinan di lembaga tersebut biasanya diangkat oleh badan yang lebih tinggi dengan kedudukan sebagai Kepala.
- Pemimpin Informal Seseorang yang muncul apabila seorang Kepala tidak berfungsi sebagai pimpinan, orang tersebut di terima oleh semua personal/anggota kelompok yang ada sebagai pemimpin. Orang tersebut dihormati, dipatuhi dan dituruti pendapat, saran dan bahkan perintah-perintahnya oleh semua personal di lingkungannya.
- Pemimpin Kharismatis Pemimpin diterima karena kepribadiannya yang berpengaruh dan dipercayai sehingga diikuti pendapat dan keputusannya. Misalnya beberapa alim ulama, pemuka adat, guru, dan lain-lain.
- Pemimpin Simbol Pemimpin yang secara tradisional ini diakui sebagai simbol kebesaran kelompok/organisasi, walaupun tidak berfungsi dan kepemimpinannya diselenggarakan oleh orang lain yang menjadi pembantunya. Misalnya; raja yang diangkat secara turun temurun
- Pemimpin Headmanship Pemimpin yang ditempatkan sebagai kehormatan karena pengalaman dan posisinya di dalam masyarakat. Misalnya; Gubernur ditempatkan sebagai Ketua Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI)
- Pemimpin Ahli (expert) Pemimpin yang ditunjuk karena memiliki keahlian di dalam bidang tertentu yang menjadi beban tugas suatu organisasi, sehingga harus ditunjuk seorang profesional karena tugas-tugas tersebut tidak mungkin dilaksanakan orang lain. Misalnya; seorang dokter diangkat sebagai Kepala sebuah rumah sakit, atau seorang guru diangkat menjadi kepala sekolah
- Pemimpin Organisator dan Administrator Pemimpin yang karena kecakapannya dalam mengorganisasi sejumlah orang untuk bekerjasama dalam mewujudkan tugas-tugas kelompoknya, baik dalam bentuk kegiatan manajemen administratif maupun dalam kegiatan manajemen operatif. Misalnya: pemimpin dalam organisasi profesi dan organisasi fungsional, seperti PGRI, KNPI, Pramuka, dan lain-lain
- Pemimpin Agitator Pemimpin yang memiliki melakukan tekanan-tekanan, mengadu domba, menimbulkan perpecahan dan mempertajam perselisihan dengan menarik keuntungan mempertajam perselisihan dengan menarik keuntungan untuk dirinya atau kelompoknya disebut pemimpin agitator. Pemimpin seperti itu kerap kali mampu memanfaatkan petentangan yang ditimbulkannya untuk memperoleh dukungan dari kedua belah pihak yang bertentangan, walaupun masing-masing memiliki alasan yang berbeda-beda. Misalnya : pemimpin dalam lingkungan partai politik.
- Pemimpin (Leader) dengan kegiatannya disebut kepemimpinan (Leadership)
- Menejer (Manager) dengan kegiatannya yang disebut manajemen (Management)
- Administrator dengan kegiatannya yang disebut administrasi (Administration)
Dengan memperhatikan bentuk lingkaran diatas kegiatan administrasi mencakup ruang lingkup yang paling luas, berikutnya adalah manajemen dan yang ruang lingkupnya paling kecil adalah kegiatan kepemimpinan. Akan tetapi tidak dapat dibantah bahwa ketiga-tiganya berintikan kegiatan decision making atau kemampuan mengambil keputusan. Kegiatan administrasi memerlukan kemampuan manajemen dan kepemimpinan, kegiatan manajemen memerlukan kemampuan kepemimpinan yang seluruhnya diwujudkan dalam kemampuan mengambil keputusan.
Guru pendidikan jasmani sebagai pemimpin dalam bidang pendidikan. Sudah selayaknyalah guru pendidikan jasmani menjadi pemimpin siswa-siswanya. Sebab ditinjau dari umur, pengetahuan, pengalaman dan nilai-nilai guru ini melebihi siswanya.
Guru pendidikan jasmani adalah insan yang memiliki kompetensi dalam bidang keguruan dan memiliki tugas mendidik, membimbing, melatih dan mengembangkan mata pelajaran pendidikan jasmani di segala jenis sekolah. Guru pendidikan jasmani merupakan suri tauladan yang sangat layak ditiru oleh peserta didik dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Kondisi guru pendidikan jasmani dalam tugas profesinya mengantarkan guru pendidikan jasmani menjadi seorang pemimpin.
Tidak dapat kita pungkiri kepemimpinan guru pendidikan jasmani ikut mempengaruhi pengambilan keputusan dalam segala perkembangan dan perubahan (tranformasi) di sekolah. sebagai pemimpin, guru pendidikan jasmani merupakan pihak yang paling bertanggung jawab dalam ‘mengawal’ peserta didik dalam hal pertumbuhan dan perkembangan jasmani, mental, sosial, dan emosional agar serasi, selaras dan seimbang. Kepemimpinan guru pendidikan jasmani dalam hal manajerial, guru pendidikan jasmani harus mampu merumuskan/menyusun secara jelas tujuan pengajaran, bahan/materi pelajaran, kegiatan belajar-mengajar, alat dan sumber pelajaran dan evaluasi atau penilaian dalam Proses pengajaran pendidikan jasmani itu sendiri.
Guru pendidikan jasmani sebagai pemimpin dalam bidang pendidikan. Sudah selayaknyalah guru pendidikan jasmani menjadi pemimpin siswa-siswanya. Sebab ditinjau dari umur, pengetahuan, pengalaman dan nilai-nilai guru ini melebihi siswanya.
Guru pendidikan jasmani adalah insan yang memiliki kompetensi dalam bidang keguruan dan memiliki tugas mendidik, membimbing, melatih dan mengembangkan mata pelajaran pendidikan jasmani di segala jenis sekolah. Guru pendidikan jasmani merupakan suri tauladan yang sangat layak ditiru oleh peserta didik dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Kondisi guru pendidikan jasmani dalam tugas profesinya mengantarkan guru pendidikan jasmani menjadi seorang pemimpin.
Tidak dapat kita pungkiri kepemimpinan guru pendidikan jasmani ikut mempengaruhi pengambilan keputusan dalam segala perkembangan dan perubahan (tranformasi) di sekolah. sebagai pemimpin, guru pendidikan jasmani merupakan pihak yang paling bertanggung jawab dalam ‘mengawal’ peserta didik dalam hal pertumbuhan dan perkembangan jasmani, mental, sosial, dan emosional agar serasi, selaras dan seimbang. Kepemimpinan guru pendidikan jasmani dalam hal manajerial, guru pendidikan jasmani harus mampu merumuskan/menyusun secara jelas tujuan pengajaran, bahan/materi pelajaran, kegiatan belajar-mengajar, alat dan sumber pelajaran dan evaluasi atau penilaian dalam Proses pengajaran pendidikan jasmani itu sendiri.
Jadi dapat kita simpulkan, kepemimpinan dalam pendidikan jasmani merupakan usaha yang dilakukan oleh seorang pemimpin yang bertanggung jawab dan terlibat dalam bidang pendidikan jasmani untuk mempengaruhi, memotivasi dan memberi kontribusi demi keberhasilan tujuan pendidikan jasmani; menjadikan manusia seutuhnya (jasmani, mental sosial, dan emosional) yang selaras, serasi dan seimbang.
Dalam Pendidikan Jasmani, kepemimpinan mencakup aspek pengelolaan / merencanakan pembelajaran, melaksanakan kegiatan pembelajaran dan menilai hasil belajar pendidikan jasmani.
Dalam Pendidikan Jasmani, kepemimpinan seorang Guru Pendidikan jasmani dapat terlihat jelas perannya sebagai pemimpin pada saat melaksanakan proses pembelajaran. Dalam proses belajar mengajar Pendidikan Jasmani, respons siswa terhadap gurunya itu biasanya terpadu dengan segala perilaku gurunya.
Menurut Supandi (1992) agar perilaku guru ini berpengaruh baik terhadap proses belajar siswa-siswanya maka guru pendidikan jasmani dituntut hal-hal sebagai berikut:
Untuk meraih semua hal tersebut bukanlah perkara mudah, Guru Penjas sebagai manajer lingkungan belajar, hendaknya mampu mempergunakan pengetahuan tentang teori belajar-mengajar dan teori perkembangan sehingga memungkinkan untuk menciptakan kondisi belajar mengajar yang kondusif. Selain itu, Guru penjas harus memiliki keterampilan tertentu, meliputi pengetahuan dan kemampuan. Guru Penjas sebagai pemimpin, dalam kepemimpinannya di kelas harus ditunjang juga dengan Kompetensi Pedagogik, Kompetensi Kepribadian, Kompetensi Sosial dan Kompetensi Profesional.
Menurut Glasser (1988), berkenaan dengan kompetensi guru ada empat hal yang harus dikuasai guru, yaitu menguasai bahan pelajaran, mampu mendiagnosis tingkah laku siswa, mampu melaksanakan proses pembelajaran, dan mampu mengevaluasi hasil belajar siswa.
Guru pendidikan jasmani sebagai manager dituntut keterampilan managerial proses belajar-mengajar pendidikan jasmani, secara garis besarnya menurut Supandi (1992);
B. Gaya Kepemimpinan Dalam Pendidikan Jasmani
Pada umumnya gaya kepemimpinan beberapa diantaranya sebagai berikut:
Dalam Pendidikan Jasmani, kepemimpinan seorang Guru Pendidikan jasmani dapat terlihat jelas perannya sebagai pemimpin pada saat melaksanakan proses pembelajaran. Dalam proses belajar mengajar Pendidikan Jasmani, respons siswa terhadap gurunya itu biasanya terpadu dengan segala perilaku gurunya.
Menurut Supandi (1992) agar perilaku guru ini berpengaruh baik terhadap proses belajar siswa-siswanya maka guru pendidikan jasmani dituntut hal-hal sebagai berikut:
- Menguasai bidangnya baik keterampilan maupun pengetahuan beserta pengalamannya
- Mempunyai keyakinan bahwa Pendidikan Jasmani tidak semata-mata mengembangkan segi jasmaniah siswa tetapi turut membantu perkembangan siswa sebagai manusia seutuhnya.
- Memahami kebutuhan dan karakteristik jasmaniah dan rohaniah siswa serta menyesuaikan upaya pembelajarannya dengan karakteristik dan kebutuhan tersebut.
- Menunjukkan gairah dan semangat kerja yang nyata dalam menjalankan tugas untuk mendorong dan membina semangat belajar siswa.
- Menunjukkan derajat kesehatan dan kebugaran jasmani yang cukup tinggi sebagai teladan dalam kehidupan sehari-hari.
Untuk meraih semua hal tersebut bukanlah perkara mudah, Guru Penjas sebagai manajer lingkungan belajar, hendaknya mampu mempergunakan pengetahuan tentang teori belajar-mengajar dan teori perkembangan sehingga memungkinkan untuk menciptakan kondisi belajar mengajar yang kondusif. Selain itu, Guru penjas harus memiliki keterampilan tertentu, meliputi pengetahuan dan kemampuan. Guru Penjas sebagai pemimpin, dalam kepemimpinannya di kelas harus ditunjang juga dengan Kompetensi Pedagogik, Kompetensi Kepribadian, Kompetensi Sosial dan Kompetensi Profesional.
Menurut Glasser (1988), berkenaan dengan kompetensi guru ada empat hal yang harus dikuasai guru, yaitu menguasai bahan pelajaran, mampu mendiagnosis tingkah laku siswa, mampu melaksanakan proses pembelajaran, dan mampu mengevaluasi hasil belajar siswa.
Guru pendidikan jasmani sebagai manager dituntut keterampilan managerial proses belajar-mengajar pendidikan jasmani, secara garis besarnya menurut Supandi (1992);
- Kemampuan menyusun rencana pelajaran yang merupakan penjabaran lebih lanjut dari kurikulum. Kemampuan menilai, kemampuan perumusan tujuan, merumuskan masalah-masalahnya, menetapkan alternative pemecahan masalah menuju tercapainya tujuan pengajaran. Lebih mendasar lagi kemampuan membuat satuan pelajaran yang akan langsung dipraktikkan dalam waktu seketika.
- Pengorganisasian proses belajar mengajar pendidikan jasmani, yaitu kemampuan memanfaatkan sumber yang mendukung terlaksanya proses belajar mengajar jangka panjang maupun jangka pendek. Pengorganisasian menyangkut banyak sumber dan daya berupa orang-orang, alat dan media, ruang dan tempat, dan iklim belajar mengajar pendidikan jasmani merupakan unsure tersebut perlu digabungkan agar proses belajar-mengajar menjadi produktif.
- Pengendalian kegiatan belajar siswa. Pengendalian dalam proses belajar-mengajar pendidikan jasmani merupakan unsure penting. Kegiatan belajar yang tidak terkendali besar kemungkinan siswa akan mengalami cedera yang fatal.
- Penilaian, penilaian biasa berurusan dengan hal belajar dan prosesnya. Untuk kepentingan umum, guru ataupun siswa, guru dituntut untuk melakukan penilaian proses belajar-mengajar.
B. Gaya Kepemimpinan Dalam Pendidikan Jasmani
Pada umumnya gaya kepemimpinan beberapa diantaranya sebagai berikut:
- Kepemimpinan otoriter : “authoriatarian” pemimpin bertindak diktator terhadap anggota kelompoknya, dominasi berlebihan.
- Kepemimpinan laisses-faire : pemimpin yang keberadaannya haya sebagai lambang, pemimpin yg tidak memberikan kepemimpinan, membiarkan bawahan berbuat berbuat sekehendaknya. Tingkat keberhasilan organisasi disebabkan kesadaran dan dedikasi anggotanya.
- Kepemimpinan demokratis : selalu berusaha menstimulasi anggotanya agar bekerja secara produktif untuk mencapai tujuan bersama.
- Kepemimpinan pseudo-demokratis : nampak seperti demokratis tetapi semu karena tetap otoriter dan demi kepentingan kelompok tertentu saja. Bersifat otokratis.
Dalam pendidikan jasmani, gaya-gaya kepemimpinan yang telah disebutkan di atas digunakan atau disesuaikan dengan model pembelajaran apa yang digunakan oleh seorang guru pendidikan jasmani. Model pembelajaran adalah suatu pola pendekatan menyeluruh yang mendesain pengajaran di dalamnya terdapat strategi dan berbagai teknik pembelajaran.
Guru pendidikan jasmani harus dapat membuat keputusan tentang model pembelajaran yang paling tepat untuk mengaktifkan siswa sehingga terjadi partisipasi semua siswa secara maksimal. Secara umum model-model pembelajaran pendidikan jasmani terdiri dari model komando, model tugas, model berpasangan, model pengajaran mandiri berstruktur, model diskoveri terbimbing dan, model pemecahan masalah.
Guru pendidikan jasmani harus dapat membuat keputusan tentang model pembelajaran yang paling tepat untuk mengaktifkan siswa sehingga terjadi partisipasi semua siswa secara maksimal. Secara umum model-model pembelajaran pendidikan jasmani terdiri dari model komando, model tugas, model berpasangan, model pengajaran mandiri berstruktur, model diskoveri terbimbing dan, model pemecahan masalah.
C. UNSUR-UNSUR KEPEMIMPINAN DALAM PENJAS
Proses kepemimpinan dapat berjalan jika memenuhi unsur-unsur sbb.:
Proses kepemimpinan dapat berjalan jika memenuhi unsur-unsur sbb.:
- Ada yang memimpin = Guru Pendidikan Jasmani
- Ada yang dipimpin = Siswa Belajar Pendidikan Jasmani
- Ada kegiatan pencapaian tujuan = Proses belajar-mengajar Pendidikan Jasmani
- Ada tujuan / target sasaran = Penilaian Proses Belajar Mengajar Pendidikan Jasmani
- Bergaul secara akrab dengan peserta didik
- Mengetahui kekuatan dan kemampuan peserta didik
- Tahu yang di inginkan dan disenangi peserta didik
- Menanamkan rasa janggung jawab
- Menanamkan disiplin diri pada peserta didik
- Kepemimpinan berpedoman pada trilogi kepemimpinan
- Ing arsa sung thuladha, artinya di depan anak didiknya harus sanggup untuk jadi tauladan
- Ing madya ambangun karsa, artinya di tengah-tengah anak didiknya harus mampu membangun kehendak
- Tutu wuri handayani, seorang pemimpin harus selalu mampu memberikan dorongan meskipun hanya secara phisik sehingga pemimpin itu akan selalu mengikuti atau selalu memonitor keadaan anak didiknya.
“Anda tidak memimpin dengan memukul kepala orang – itu penyerangan bukan kepemimpinan”.
(Dwight D. Eisenhower)Terima kasih.
Wassalam.
Sumber;
- Aksara, Engga & Vulanda, Tezario. 2014. THE ART OF LEADERSHIP: 102 Tips Jadi Pemimpin Berpengaruh. Jogjakarta: Literindo.
- Muhammadiah. 2005. Perencanaan Pengajaran Pendidikan Jasmani dan Kesehatan. Makassar: Badan Penerbit UNM Makassar
- Nawawi, Hadari. 1984. Administrasi Pendidikan. Jakarta: PT Gunung Agung.
- Nur, Masjumi. 2005. Dasar-Dasar Pendidikan Jasmani. Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Makassar
- Rusman. 2010. Model-Model Pembelajaran : Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
- Sutrisno. 2012. Kepemimpinan Pendidikan. Yogyakarta: PT. Pustaka Insan Madani
- Sarifuddin, Aip & Rachman, Asmuni. 1983. Olahraga Pendidikan Di Sekolah Dasar. Jakarta: PT Palagan Jakarta
No comments:
Post a Comment