INTENSITAS LATIHAN
Salah satu bagian dari prinsip dan asas latihan adalah
intensitas latihan. Intensitas latihan merupakan dimana atlet harus dilatih
melalui suatu program yang intensif yang dilandaskan pada prinsip beban lebih
(overload principle) yang secara progresif menambahkan beban kerja, jumlah
pengulangan gerakan (repetisi), serta kadar intensitas dari repetisi tersebut.
Intensitas yang kurang dari 60%-70% dari kemampuan maksimal atlet tidak akan
terasa “training effectnya” (dampak/manfaat latihannya).
Intensitas latihan dari Bompa
(1983), mengatakan bahwa tingkat intensitas dapat diukur sesuai dengan tipe
atau bentuk latihan. Untuk latihan kecepatan diukur dalam meter/detik dari
pelaksanaan suatu gerakan, sedangkan intensitas aktivitas mengatasi beban dapat
diukur dalam kilogram (kg), sementara untuk olahraga tim berdasarkan irama atau
tempo permainan.
Pada waktu atlet berlatih, biasanya latihan tersebut
melibatkan unsur-unsur jumlah (kuantitas) dan kuallitas (intensitas) latihan.
Karena itu kita harus bedakan kedua unsure tersebut dalam latihan. Misalnya
kalau seorang perenang menempuh jarak yang direnangkan tersebut disebut sebagai
Volume; sedangkan kecepatan (velocity) renangnya disebut sebagai
indikator unsur intensitas.
Sebagai pedoman dalam merencanakan volume dan
intensitas latihan ialah, pada tahap persiapan penekanannya adalah pada volume
(kuantitas) latihan, sedangkan intensitas latihan secara relative masih rendah,
sekitar 60-70% dari kemampuan maksimal atlet. Sebaliknya pada tahap latihan
selanjutnya, yaitu tahap pertandingan (competition
period), yang dominan ialah intensitas latihan (bisa sampai sekitar 90%),
sedangkan volume latihan menurun. Intensitas latihan sebaiknya didesain dengan
system gelombang atau wave-like system
(naik turun, dan seterusnya). Maksudnya ialah, hari-hari latihan berat harus
selalu diselingi dengan hari-hari latihan ringan. Tujuannya ialah untuk
memberikan kesempatan kepada tubuh guna melakukan proses regenerasi.
Tabel 1: Ukuran
intensitas untuk latihan kecepatan dan kekuatan (dengan penambahan, menurut
Harre, 1981).
Nomor Intensitas
|
Presentasi Penampilan Maksimal
|
Intensitas
|
1
2
3
4
5
6
|
30-50 %
50-70%
70-80%
80-90%
90-100%
100-105%
|
Rendah
Sedang
Menengah
Sub Maksimal
Maksimal
Super Maksimal
|
Alternatif lain untuk menentukan
intensitas adalah berdasarkan atas sistem energi yang dipakai dalam kegiatan
tertentu. Klasifikasi ini (berdasarkan petunjuk dari Farfel, 1960, Atrand dan
Saltin, 1961, Margarai dkk, 1963, dan Mathew dan Fox, 1971) lebih tepat untuk
cabang olahraga yang siklik (tabel 2)
Tabel 2: Lima
daerah intensitas untuk olahraga siklik.
Nomor Daerah
|
Waktu Kerja
|
Tingkat Intensitas
|
Sistem Energi
|
Ergogenesis %
|
|
Anaerobik
|
Aerobik
|
||||
1
2
3
4
5
|
1-15DT
16-60DT
1-6 mn
6-30 mn
Lebih 30 mn
|
a.d.
batas kemampuan maksimal
Maksimal
Sub.
Maksimal
Menengah
Rendah
|
ATP-PC
ATP-PC & LA
LA & Aerobik
Aerobik
Aerobik
|
100-95
90-80
70-(40-30)
(40-30)-10
5
|
0-5
10-20
30-(60-70)
(60-70)-90
95
|
Tabel 3: Empat
daerah Intensias berdasarkan reaksi denyut jantung
terhadap beban latihan. (Nikoforof, 1974).
Daerah
|
Jenis Intensitas
|
Denyut Jantung / Menit
|
1
2
3
4
|
Rendah
Menengah
Tinggi
Maksimal
|
120-150
150-170
170-185
Lebih dari 185
|
Sumber:
Bompa, T.O. & Haff, G.G. (2009). Periodization: theory and methodology of training. 5th ed. ed. the United States of America: Human Kinetics.
Kenney, W., Wilmore, J. & Costil, D. (2012). Physiology of Sport and Exercise 5th edition. Human Kinetics.
No comments:
Post a Comment