Wednesday, 15 August 2018

PERBEDAAN PENDIDIKAN JASMANI DAN PENDIDIKAN OLAHRAGA

Postingan kali ini akan membahas tentang perbedaan pendidikan jasmani dan pendidikan olahraga, ditinjau dari perbedaan tujuan, perbedaan dalam materi ajar, dan perbedaan dalam perencanaan dan evaluasi.

      Perbedaan Pendidikan Jasmani dan Pendidikan Olahraga ini berisi tentang: penjelasan mengenai perbedaan tujuan pendidikan jasmani dan pendidikan olahraga, perbedaan dalam materi ajar pendidikan dan pendidikan olahraga, perbedaan dalam perencanaan dan evaluasi pendidikan jasmani dan pendidikan olahraga.

            1.     PERBEDAAN TUJUAN
Untuk memahami perbedaan tujuan pendidikan jasmani dan tujuan pendidikan olahraga tentunya harus mempertimbangkan hubungan pendidikan jasmani (physical education) dan pendidikan olahraga (sport education). Karena pemahaman pendidikan jasmani dan pendidikan olahraga yang masih terbatas di kalangan Guru penjas maka sering menjadi hambatan dalam pelaksanaan pembelajarannya. Dengan mempelajari materi ini sangat diharapkanakan membantu Guru penjas untuk memahami peranan, fungsi,dan tujuan pendidikan jasmani secara konseptual.
Dari pengertian pendidikan jasmani salah satu definisi yang sesuai sebagai dasar pelaksanaan kurikulum yaitu menurut Badan Standar Nasional Pendidikan (BNSP) pendidikan jasmani adalah suatu proses pembelajaran melalui aktivitas jasmani yang didesain untuk meningkatkan kebugaran jasmani, mengembangkan keterampilan motorik, pengetahuan dan perilaku hidup sehat dan aktif, sikap sportif, dan kecerdasan emosional. Sedangkan pernyataan mengenai pendidikan jasmani yang dikembangkan pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah bagian integral dari pendidikan secara umum, berupa aktivitas jasmani, yang bertujuan meningkatkan individu secara organik, neuromuskular, intelektual, dan sosial.
Pada kontek lain pengertian olahraga adalah suatu teknik bermain yang terorganisir dan bersifat kompetitif. Sebagian para ahli memandang bahwa olahraga semata-mata suatu teknik permainan yang terorganisasi, yang menempatkannya lebih dekat kepada istilah pendidikan jasmani.Jadi pendidikan olahraga adalah memanfaatkan olahraga yang dijadikan media untuk tujuan-tujuan pendidikan, khususnya pendidikan jasmani.
Pendidikan olahraga adalah pendidikan yang dilaksanakan sebagai bagian proses pendidikan untuk mengembangkan, dan membina potensi-potensi jasmaniah dan rohaniah seseorang sebagai perorangan atau anggota masyarakat dalam bentuk permainan, perlombaan atau pertandingan, dan kegiatan jasmani yang intensif untuk memperoleh rekreasi, kemenangan, dan prestasi puncak dalam rangka pembentukan manusia yang sportif, jujur, dan sehat.
Pada ruang lingkup olahraga menurut UU No 3 tahun 2005 tentang SKN poin 1 dijelaskan bahwa olahraga pendidikan adalah pendidikan jasmani dan olahraga yang dilaksanakan sebagai bagian proses pendidikan yang teratur dan berkelanjutan untuk memperoleh pengetahuan, kepribadian, keterampilan, kesehatan, dan kebugaran jasmani.
Dalam memberikan gambaran pada perbedaan tujuan pendidikan jasmani dan tujuan olahraga, maka sesuai dalam rincian Abdul Kadir Ateng dijelaskan bahwa pendidikan jasmani memiliki tujuan untuk pendidikan secara keseluruhan, kepribadian dan emosional, sedangkan tujuan olahraga lebih spesifik pada tujuan untuk mengembangkan kinerja motorik (motor performance/kinerja gerak untuk prestasi).
Lebih lanjut yang dikuatkan oleh Syarifudin, dalam bulletin pusat perbukuan, tujuan pendidikan jasmani adalah program yang dikembangkan sebagai sarana untuk teknik pertumbuhan dan perkembangan totalitas subjek, sedangkan pada tujuan pendidikan olahraga lebih fokus tujuannnya pada program yang dikembangkan sebagai sarana untuk mencapai prestasi optimal.
Jadi nuansa pendidikan jasmani pada dimensi fisik lebih luas pengembangannya, sedangkan dimensi fisik dalam pendidikan olahraga lebih spesifik pada pengembangan untuk teknik dalam olahraga. Tujuan pendidikan jasmani menurut Syarifudin dalam Pokok-pokok Pengembangan Program Pembelajaran Pendidikan Jasmani memuat empat komponen tujuan, yaitu   
  1.  Komponen organik, merupakan gambaran tujuan aspek fisik dan psikomotor yang harus dicapai pada setiap proses pembelajaran, yang meliputi; kapasitas fungsional dari organ-organ seperti daya tahan jantung dan otot.
  2.  Komponen neuromuskuler, merupakan gambaran tujuan yang meliputi aspek kemampuan unjuk kerja keterampilan gerak yang didasari oleh kelenturan, kelincahan, keseimbangan, dan kecepatan. 
  3. Komponen intelektual, merupakan gambaran yang dapat dipadankan dengan kognitif.
  4. Komponen emosional, merupakan gambaran yang dapat dipadankan dengan afektif.

Pada tujuan pendidikan jasmani yang tertuang pada kurikulum 2004 lebih lanjut diuraikan, yaitu: meletakkan landasan karakter moral yang kuat melalui internalisasi nilai dalam pendidikan jasmani. Secara umum tujuan pendidikan jasmani adalah:
  1. Untuk membangun landasan kepribadian yang kuat, sikap cinta damai, sikap social dan toleransi dalam konteks kemajemukan budaya, etnis dan agama. 
  2. Menumbuhkan kemampuan berfikir kritis melalui pelaksanaan tugas-tugas ajar.
  3. Mengembangkan sikap sportif, jujur, disiplin, bertanggung jawab, kerjasama, percaya diri dan demokrasi melalui aktivitas jasmani. 
  4. Mengembangkan kemampuan gerak dalam keterampilan berbagai macam permainan. 
  5. Mengembangkan keterampilan pengelolaan diri dalam upaya pengembangan dan pemeliharaan kebugaran jasmani serta pola hidup sehat melalui  berbagai aktivitas jasmani.
  6. Mengembangkan keterampilan untuk menjaga keselamatan diri sendiri dan orang lain. 
  7. Mengetahui dan memahami konsep aktivitas jasmani sebagai informasi untuk mencapai kesehatan, kebugaran, dan pola hidup sehat.

Pendidikan jasmani harus dilakukan terus menerus sepanjang hidup manusia dengan berbagai macam pola, dan juga diselenggarakan pada sekolah mulai dari taman kanak-kanak sampai perguruan tinggi. Tujuan pendidikan jasmani konsisten dengan tujuan pendidikan umum. Berikut disajikan, tujuan-tujuan pendidikan jasmani yang menjadi pedoman kerja bagi guru-guru sekolah, misalnya:
  1. Tujuan untuk percaya terhadap diri sendiri, mengembangkan daya ingatan, keterampilan dalam proses fundamental untuk berbicara, menulis dan berhitung; penglihatan dan pendengaran, memperoleh pengetahuan kesehatan, pengembangan kebiasaan hidup sehat, mengenal kesehatan masyarakat; pengembangan untuk hiburan, intelegensi, perhatian terhadap keindahan, dan pengembangan budi pekerti yang baik. 
  2. Tujuan yang berhubungan dengan kemanusiaan, saling menghormati, persahabatan, kerja sama, berbudi bahasa luhur, menghargai keluarga dan bersikap demokrasi di rumah. 
  3. Tujuan untuk efisien ekonomi: menghormati pekerjaan, berkemampuan menyaring hal-hal yang berhubungan dengan informasi, berhubungan dengan efisiensi, berhubungan dengan apresiasi dan penyesuaian, ekonomi pribadi, pertimbangan terhadap pemakai, efisiensi dalam belanja, dan perlindungan terhadap pemakai. 
  4. Tujuan yang berhubungan dengan tanggung jawab sebagai warga negara yang baik dan berkeadilan sosial, pengertian terhadap masyarakat, penilaian terhadap kritik, toleransi, kelestarian lingkungan, aplikasi masyarakat terhadap ilmu pengetahuan, sebagai warga dunia yang baik, waspada terhadap hukum ekonomi, terhadap membaca dan menulis politik kewarganegaraan, dan taat terhadap demokrasi.
  Lebih spesifik mengulas tujuan pendidikan jasmani sesuai yang termaktub dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 2 tahun 1989 tentang sistem Pendidikan Nasional dalam Bab II pasal 4 disebutkan bahwa: Pendidikan Nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan. Dengan demikian tujuan pendidikan tersebut harus menjadi perhatian guru-guru dalam menunaikan tugas mengajarnya agar sasaran yang diharapkan dapat tercapai.
Walaupun tujuan pendidikan secara umum sama sesuai dari penjelasan di atas, Daryl Siedentop (2004; 7) secara spesifik menjelaskan bahwa tujuan pendidikan olahraga: untuk mendidik peserta didik menjadi pemaindalam arti sepenuhnya dan membantu mereka mengembangkan kompetensinya, melek huruf, dan menjadi olahragawan yang antusias. Sedangkan objek olahraga secara umum adalah:
  1. Mengembangkan olahraga lebih spesifik pada teknis dan kebugaran.
  2. Menghargai dan dapat mengeksekusi olahraga lebih spesifik pada strategi bermain.
  3. Berpartisipasi pada tingkat sesuai tahapan perkembangan. 
  4.  Berbagi perencanaan danadministrasi pengalaman olahraga. 
  5. Bekerja secara efektif dalam suatu kelompok untuk mencapai sasaran bersama.
Dengan uraian mengenai berbagai tujuan baik pendidikan jasmani dan pendidikan olahraga dapat lebih rinci bahwa pendidikan jasmani memiliki cakupan ruang lingkup lebih luas dibandingkan dengan pendidikan olahraga. Karena pada pendidikan jasmani pengembangan individu melalui kemampuan fisiknya, intelektualnya, dan perasaannya seorang individu ditingkatkan keterampilannya untuk mampu mengatasi dan menyelesaikan berbagai hal masalah yang berhubungan dengan lingkungan, permainan, dan kompetisi dalam olahraga.Sedangkan pada pendidikan olahraga pengembangan individu pada keterampilannya untuk mampu mengatasi dan menyelesaikan berbagai hal masalah yang berhubungan dengan kompetisi dalam olahraga.

            2.     PERBEDAAN DALAM MATERI AJAR
Pendidikan jasmani pada hakikatnya adalah proses pendidikan yang memanfaatkan aktivitas fisik untuk menghasilkan perubahan holistik dalam kualitas individu, baik dalam hal fisik, mental, serta emosional. Pendidikan jasmani memperlakukan anak sebagai sebuah kesatuan utuh, mahluk total, daripada hanya menganggapnya sebagai seseorang yang terpisah kualitas fisik dan mentalnya.
Untuk menjamin agar pendidikan jasmani dapat menjalankan fungsinya dengan baik, maka materi yang disajikan dalam implementasi program-programnya di lapangan harus melalui strategi atau gaya-gaya pembelajaran yang efektif dan efisien, dalam arti memiliki fleksibilitas yang cukup tinggi dalam berinteraksi dengan berbagai faktor pendukung program pendidikan jasmani.
Program pendidikan jasmani dapat diartikan sebagai usaha merancang komponen-komponen pembelajaran yang dapat memberikan pengaruh langsung atau tidak langsung terhadap pencapaian tujuan pembelajaran sesuai dengan perkembangan siswa.Tujuan pada bagian psikomotor adalah pencapaian keterampilan dan kebugaran jasmani secara optimal. Sementara itu, walaupun pendidikan jasmani menggunakan aktivitas fisik sebagai media proses pembelajaran, bukan berarti mengabaikan pengembangan bagian kognitif dan apektif, melainkan melalui dampak pengiring dari aktivitas fisik secara langsung dapat memberikan konstribusi terhadap pencapaian tujuan pada ranah kognitif dan afektif.
Pada penyajian pendidikan jasmani maupun pendidikan olahraga maka materi yang disajikan seyogyanya terakumulasi dalam ketiga ranah tersebut.Gabbard, Leblanc, dan Lowy (1987) mengutarakan bahwa pertumbuhan, perkembangan dan belajar lewat aktivitas jasmani akan mempengaruhi:
  1.  Ranah kognitif : Kemampuan berpikir (bertanya, kreatif, dan menghubungkan) kemampuan memahami (perceptual ability) menyadari gerak, dan penguatan akademik 
  2. Ranah psikomotor: Pertumbuhan biologik, kesegaran jasmani, keterampilan gerak, dan peningkatan keterampilan gerak. 
  3. Ranah Afektif:  Rasa senang, penanggapan yang sehat terhadap aktivitas jasmani, kemampuan menyatakan dirinya (mengaktualisasi diri), menghargai sendiri, dan ada konsep diri, Sukintaka (1992).
Membedakan pendidikan jasmani dan pendidikan olahraga bahwa hal itu merupakan bagian dari pendidikan secara umum, dimana pendidikan jasmani tujuannya untuk membantu anak agar tumbuh dan berkembang secara wajar menjadi manusia Indonesia seutuhnya.Sedangkan pendidikan olahraga tujuannya untuk membantu anak agar menguasai teknik tertentu (keterampilan) pada cabang olahraga. Materi yang disajikan pada pelaksanaan gerak dirancang secara sadar oleh guru yang diberikan dalam situasi yang tepat guna merangsang pertumbuhan dan perkembangan anak.

           3.     PERBEDAAN DALAM PERENCANAAN DAN EVALUASI
                  a)     Silabus
Silabus merupakan penjabaran standar kompetensi dan kompetensi dasar ke dalam materi pokok, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian. Dengan demikian, silabus pada dasarnya menjawab pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut: (1) apa kompetensi yang harus dicapai siswa yang dirumuskan dalam standar kompetensi, kompetensi dasar dan materi pokok;  (2) bagaimana cara mencapainya yang dijabarkan dalam pengalaman belajar beserta alokasi waktu dan alat sera sumber belajar yang diperlukan; dan (3) bagaimana mengetahui pencapaian kompetensi yang ditandai dengan penyusunan indikator sebagai acuan dalam menentukan jenis dan aspek yang akan dinilai.
Selain pengertian tersebut dapat dipahami pengertian berikut, bahwa silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu dan/atau kelompok mata pelajaran/tema tertentu yang mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar. Pada konteks ini, yang dimaksud mata pelajaran tersebut adalah pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan
Silabus diterapkan dalam proses pembelajaran, dievaluasi, dan ditindaklanjuti oleh masing-masing guru. Pengkajian dan pengembangan secara berkelanjutan dilakukan dengan memperhatikan catatan dari  hasil evaluasi hasil belajar, evaluasi proses (pelaksanaan pembelajaran),dan evaluasi rencana pembelajaran secara menyeluruh.

                  b)    Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) merupakan penjabaran dari silabus yang telah disusun pada langkah sebelumnya. RPP disusun untuk setiap kali pertemuan. Di dalam RPP tercermin kegiatan yang dilakukan guru dan peserta didik untuk mencapai kompetensi yang telah ditetapkan.
Selain pengertian tersebut, juga dikemukakan pengertian lain tentang rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) ini, yaitu; rencana yang menggambarkan prosedur dan pengorganisasian pembelajaran untuk mencapai satu kompetensi dasar yang ditetapkan dalam Standar Isi dan telah dijabarkan dalam silabus. Lingkup rencana pelaksanaan pembelajaran paling luas mencakup 1 (satu) kompetensi dasar yang terdiri atas 1 (satu) atau beberapa indikator untuk 1 (satu) kali  pertemuan atau lebih.

                  c)     Evaluasi
Pada  penilaian sering dikenal dengan sistem gain score dan final score pada suatu proses pembelajaran maupun pelatihan. Gain score berarti penilaian yang didasarkan pada pertambahan nilai, yaitu selisih antara hasil panilaian awal dan hasil penilaian akhir yang didapat oleh peserta didik, dan ini yang ditekankan dalam menilai hasil belajar anak. Sedangkan nilai akhir (gain score) menjadi penekanan dalam penilaian yang dilakukan pada olahraga kompetitif.
Seluruh peserta didik dalam suatu sekolah wajib mengikuti seluruh proses pembelajaran dalam pendidikan jasmani, sehingga partisipasi dalam penjas disebut sebagai partisipasi wajib. Sedangkan untuk memilih keikutsertaan anak pada suatu kelompok berlajar cabang olahraga tertentu pada pendidikan olahraga.
Secara sepintas kita membahas mengenai apa itu evaluasi. Stufflebeam seperti yang dikutif Suparman (2012; 301) evaluasi adalah suatu investigasi, penelitian, penyelidikan, atau pemeriksaan yang sistematik terhadap nilai suatu objek. Pada halaman yang sama Scriven menyatakan bahwa evaluasi adalah suatu proses menentukan manfaat, harga, dan nilai dari sesuatu dan evaluasi adalah produk dari proses tersebut.
Setelah memahami apa yang harus dilakukan dalam perencaan dan evaluasi, selanjutnya pada akhir materi ini akan dirinci lebih lanjut perbedaan dalam perencanaan dan evaluasi pada pendidikan jasmani dan pendidikan olahraga.  Untuk memudahkan membedakannya maka Anda dapat menelaah lebih lanjut diagram berikut:
                                             Diagram 1 Perbedaan dalam perencanaan
PENDIDIKAN JASMANI
PENDIDIKAN OLAHRAGA
1.   Tujuan berisi program sebagai sarana untuk membentuk pertumbuhan dan perkembangan totalitas peserta didik
1.   Tujuan berisi program sebagai sarana untuk mencapai prestasi (teknik kecabangan).
2.   Materi yang diberikandisesuaikan dengan kebutuhan/kemampuan peserta didik.
2.   Materi yang diberikan untuk mencapai target penguasaan teknik kecabangan guna mencapai prestasi optimal.
3.   Intensitas kerja fisik disesuaikan dengan kemampuan organ-organ tubuh peserta didik.
3.  Intensitas kerja fisik harus mendekati siklus pertandingan.
4.   Pelaksanaan  permainan menggunakan peraturan yang disesuaikan dengan tujuan pembelajaran (dimodifikasi).
4.   Pelaksanaan permainan memakai peraturan dalam kecabangan olahraga.
5.   Alat dan sarana dapat dimodifikasi sesuai kemampuan peserta didik.
5.   Alat dan sarana harus sesuai yang dipergunakan pada perlombaan/pertandingan olahraga.
6.   Peserta didik semua diharapkan dapat melakukan kegiatan proses pembelajaran
6.   Peserta didik tidak semua dapat melakukan kegiatan proses pembelajaran
7.   Media aktivitas gerak fisik menggunakan; aktivitas permainan, aktivitas olahraga, dan aktivitas lainnya.
7.   Media aktivitas gerak fisik menggunakan; aktivitas permainan dalam cabang olahraga.

                                                      Diagram 2 Perbedaan evaluasi
PENDIDIKAN JASMANI
PENDIDIKAN OLAHRAGA
1.   Kontek evaluasi untuk menilai proses pembelajaran terhadap kemajuan peserta didik
1.   Kontek evaluasi untuk menilai proses pembelajaran terhadap hasil materi peserta didik
2.   Penilaian terhadap peserta didik dilakukan terhadap proses pelaksanaan keterampilan
2.   Penilaian terhadap peserta didik dilakukan terhadap hasil capaian keterampilan
3.   Alat ukur penilaian menggunakan  acuan patokan (kriteria).
3.   Alat ukur penilaian cenderung menggunakan  acuan norma (baku).
4.   Dasar evaluasi meliputi kognitif, afektif, dan psikomotor
4.   Dasar evaluasi lebih dominan pada psikomotor

Foto bersama Asesor BAN-PT Bidang Studi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi

    DAFTAR PUSTAKA

Coakley, J. (2007). Sport and Character Development among Adolescents.Makalah dipresentasikan dalam the Improved Sport for Hundreds of Millions of Chinese Children, Beijing, China.

Daryl Siendentop, Peter A. Hastie, dan Hans van der Mars, (2004). Complete Guide to Sport Education, United States: Human Kinetics.

Harsuki, (2003).Perkembangan Olahraga Terkini, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Kirk, D. (2010). Physical Education Futures.London: Routledge.

Siedentop, D. & Lock, L. (1997).Making a Difference for Physical Education: What professors and practitioners must build together.Journal of Physical Education,  Recreation and Dance, 68: 25-33.

No comments:

Post a Comment

Model Evaluasi Context, Input, Process, Product (CIPP)

đŸŒº MODEL EVALUASI CIPPđŸŒº đŸ‘‰Evaluasi didefinisikan sebagai Proses Menggambarkan, Mendapatkan, dan Menyediakan Informasi yang Bermanfaat untuk...

OnClickAntiAd-Block