Kehadiran modifikasi olahraga dalam pendidikan jasmani salah satunya adalah akibat banyak dari guru pendidikan jasmani yang mengeluhkan kekurangan peralatan dan fasilitas untuk proses pembelajaran penjasorkes. Minimnya sarana dan prasarana pendidikan jasmani yang dimiliki sekolah-sekolah ini ditandai dengan ketiadaan lapangan di halaman sekolah, peralatan olahraga untuk pembelajaran yang serba minim, dan rasio sarana-prasarana dengan anak didik yang terlalu besar. Oleh karenanya. Guru pendidikan jasmani, dituntut untuk dapat mengatasi kendala ini dengan kreatifitas dan fleksibilitas yaitu dengan cara memodifikasi dalam proses pembelajaran Penjas.
A. PENGERTIAN MODIFIKASI
Arti modifikasi secara umum adalah mengubah atau menyesuaikan. Modifikasi adalah cara merubah bentuk barang dari yang kurang menarik menjadi lebih menarik tanpa menghilangkan fungsi aslinya, serta menampilkan bentuk yang lebih bagus dari aslinya.
Mengenai pengertian modifikasi, Bahagia (2010:13), mengemukakan bahwa: modifikasi dapat diartikan sebagai upaya melakukan perubahan dengan penyesuaian-penyesuaian baik dalam segi fisik material (fasilitas dan perlengkapan) maupun dalam tujuan dan cara (metoda, gaya, pendekatan, aturan serta penilaian).
Apabila modifikasi dikaitkan dengan pembelajaran pendidikan jasmani mempunyai makna yang cukup luas, baik modifikasi dalam bentuk benda atau kecakapan yang dimiliki peserta didik. Pelaksanaan modifikasi sangat diperlukan bagi setiap guru sebagai salah satu alternative atau solusi mengatasi permasalahan yang terjadi dalam proses pembelajaran pendidikan jasmani.
B. TUJUAN MODIFIKASI
Lutan (1988) menyatakan bahwa: modifikasi dalam mata pelajaran pendidikan jasmani diperlukan, dengan tujuan agar:
- Anak didik memperoleh kepuasan dalam mengikuti pelajaran.
- Meningkatkan kemungkinan keberhasilan dalam berpartisipasi.
- Anak didik dapat melakukan pola gerak secara benar.
Dari pendapat tersebut dapat diartikan bahwa pendekatan modifikasi dapat digunakan sebagai suatu alternatif dalam pembelajaran pendidikan jasmani, oleh karenanya pendekatan ini mempertimbangkan tahap-tahap perkembangan dan karakteristik anak, sehingga anak akan mengikuti pelajaran pendidikan jasmani dengan senang dan gembira. Pendekatan modifikasi ini dimaksudkan agar materi yang ada dalam kurikulum dapat disajikan sesuai dengan tahap-tahap perkembangan kognitif, afektif dan psikomotorik anak.
C. MODIFIKASI PENDIDIKAN JASMANI
1). Modifikasi Kondisi Lingkungan Pembelajaran
Modifikasi pembelajaran dapat diartikan dengan kondisi lingkungan yang pembelajarannya. Modifikasi lingkungan pembelajaran ini dapat diklasifikasikan seperti yang diuraikan di bawah ini.
- Peralatan
Guru pendidikan jasmani dapat mengurangi dan menambahkan tingkat kompleksitas dan kesulitan tugas ajar dengan cara memodifikasi peralatan yang digunakan untuk melakukan keterampilanm itu, misalnya, berat ringannya, besar kecilnya, tinggi rendahnya, panjang pendeknya peralatan yang digunakan.
- Penataan ruang gerak dalam berlatih
Guru pendidikan jasmani dapat mengurangi dan menambahkan tingkat kompleksitas dan kesulitan tugas ajar dengan cara menata ruang gerak peserta didik dalam berlatih. Misalnya, Dribling, passing bawah, atau lempar tangkap di tempat, bermain di ruang kecil atau besar.
- Jumlah anak didik yang terlibat
Guru dapat mengurangi atau menambahkan tingkat kompleksitas dan kesulitan tugas ajar dengan cara mengurangi atau menambahkan jumlah anak didik yang terlibat dalam melakukan tugas ajar. Misalnya: belajar passing sendiri, berpasangan, bertiga, berempat, dst.
- Organisasi dan formasi berlatih
Formasi belajar juga perlu dimodifikasikan agar lebih berorientasi pada curahan waktu aktif belajar. Usahakan agar informasi formasi tidak banyak menyita waktu, namun masih tetap memperhatikan produktifitas belajar dan tingkat perkembangan belajar anak didiknya. Formasi formal, kalau belum dikenal peserta didik, biasanyanya cukup banyak menyita waktu sehingga waktu aktif belajarnya berkurang. Formasi berlatuh ini sangat banyak ragamnya tergantung kreatifitas guru.
2) Modifikasi Evaluasi Pembelajaran
Evaluasi materi maksudnya adalah penyusunan aktifitas belajar yang terfokus pada evaluasi keterampilan yang sudah di pelajari peserta didik pada berbagai situasi. Aktifitas evaluasi dapat merubah fokus perhatian peserta didik dari bagaimana seharusnya suatu keterampilanm dilakukan menjadi bagaimana keterampilanm itu digunakan atau apa tujuan keterampilan itu. Oleh karena itu, guru pendidikan jasmani harus pandai-pandai menentukan modifikasi evaluasi yang sesuai dengan keperluannya. Modifikasi evaluasi, terutama yang lebih berorientasi pada hasil dapat meningkatkan penampilan peserta didik yang sudah memiliki keterampilanm dan percaya diri yang memadai. Sebaliknya dapat merusak keterampilan peserrta didik yang belum meraih kemampuan dan percaya diri yang memadai. Untuk itu, bentuk modifikasi evaluasi harus betul-betul singkron dengan tujuan dan aktifitas belajarnya.
Ada beberapa bentuk modifikasi evaluasi yang Anda bisa lakukan di sekolah tempat Anda mengajar, seperti berikut ini:
- Self-Testing (Individu atau Berpasangan)
Pada bentuk ini peserta didik di dorong untuk mengetes secara individu atau berpasangan tentang penguasaan materi yang sudah dipelajarinya, misalnya:
- Lakukanlah beberapa kali, peserta didik dapat melakukan lempar tangkap tanpa jatuh terdahulu ke tanah (bolabasket).
- Lakuakanlah beberapa kali, peserta didik dapat melakukan dribling sambil memejamkan mata (bolabasket).
- Self Testing (Kelompok/Grup)
Pada bentuk ini peserta didik didorong untuk mengetes secara kelompok tentang penguasaan materi yang sudah dipelajarinya, misalnya:
- Lakukanlah beberpa lama kelompok peserta didik dapat melakukan pas bawah tanpa jatuh terlebih adahulu ke tanah.
- Seberapa jauh kelompok peserta didik dapat melakuakan pas bawah bersambung tanpa jatuh ke tanah.
- Pertandingan
Pada bentuk ini peserta didik didorong untuk mengetes penguasan materi yang sudah dipelajarinya, misalnya:
- Lakukanlah, beberapa lama kelompok peserta didik dapat melakukan pas bawah tanpa jatuh terlebih dulu ke tanah (bolavoli).
- Seberapa jauh kelompok peserta didik dapat melakukan pas bawah bersambung tanpa jatuh ke lantai (bolavoli).
- Lakukanlah dribling satu lawan satu (bolabasket).
- Lakukan sepak bola 3 lawan 3 (sepakbola).
Sumber:
- Belka, David E., (1994). Teaching Children Games: Becoming a Master Teacher, Illinois: Human Kinetics, Champaign.
- Gallahue, David L., (1982). Developmental Movement Experiences for Children. New York: John Wiley & Sons.
- Graham, G., (1992). Teaching Children Physical Education: Becoming a Master Teacher: Illinois: Human Kinetics, Champaign.
- Graham, G., dkk., (1993). “Children Moving: A Reflective Approach to Teaching Physical Education”. Toronto: Third Edition, Mayfield Publishing Company.
- Haywood, Kathleen M., (1993). Life Span Motor Development. Illinois: Second Edition, Human Kinetics Publisher, Champaign.
- Rink, Judith E., (1993). Teaching Physical Education For Learning. St. Louis: Second Edition, Mosby.
- Sarumpaet, A., dkk.,(1992). Permainan Besar. Jakarta: Depdiknas Ditjen Dikti, Proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan 1992.
- Yoyo Bahagia, Adang Suherman. (2000). Prinsip-prinsip Pengembangan dan Modifikasi Cabang Olahraga, Jakarta: Depdiknas, Ditjen Pendidikan Dasar dan Menengah Bagian Proyek Penataran Guru SLTP Setara D-III Tahun 2000.
Saat jadi Guru Honorer Penjas di SD Negeri Aroeppala Makassar (2010-2014) |
No comments:
Post a Comment