Sunday, 21 May 2017

GULAT

SEJARAH GULAT

Asal usul gulat dapat di telusuri kembali sejak 15.000 tahun yang lalu melalui gambar di sebuah gua di perancis. Sebuah Relief yang terdapat dalam mitologi bangsa Babilonia dan mesir menunjukan aktivitas dan teknik-teknik para pegulat, sehingga diketahui semua orang saat ini.

Dalam tradisi barat, referensi untuk pertandingan gulat telah ditemukan dalam epik Gilgames bangsa Babilonia. Ini berarti bahwa gulat didunia barat  dipengaruhi oleh bangsa timur dekat, bangsa Babilonia. Dalam dokumen bangsa Babilonia diceritakan tentang kemenangan seorang pahlawan yang menumpas kejahatan. Dengan menganalisis dokumen tersebut, ternyata, diketahui bahwa mereka yang menjadi pahlawan dan pemenang itu telah mempraktekan teknik gulat untuk mengalahkan musuhnya.

Di zaman mesir kuno, pertarungan gulat merupakan upaya untuk menunjukan kecakapan fisik dan kemampuan militer para tentara kepada para bangsawan. Wolfgang Decker, seorang peneliti olahraga dijaman mesir kuno, berpendapat bahwa gulat terutama sekali digunakan sebagai bentuk pelatihan bagi tentara.

Dalam sejarah yunani kuno, gulat menduduki tempat penting dalam legenda dan sastra. Gulat yang dikenal saat itu adalah gulat kompetisi, karena tidak dibentingi oleh peraturan. Namun demikian, gulat tetap menjadi olahraga olimpiade bangsa yunani. Bahkan, gulat yang dikembangkan oleh bangsa Romawi kuno banyak meminjam teknik gulat yunani. Di yunani banyak didirikan palaestra atau sekolah gulat, di sekolah ini anak laki-laki mempelajari aturan sederhana, tentang gulat yunani. Orang yunani bergulat dalam lubang pasir yang disebut skamma, dan kontestan masih tertutup oleh minyak dan dilapisi debu sebelum memasuki arena pertandingan.

Vases menggambarkan angka-angka dari Mitologi yunani, terutama Heracles dan Theseus ( penemu gulat ilmiah ), dengan menunjukan bahwa mereka dapat mengalahkan monster fantastik dengan menggunakan teknik gulat yang berlaku dengan standar. Gambar pegulat pun muncul di koin Aspendosm Syracuse, dan Alexandria, dan sejumlah pertandingan gulat dapat ditemukan dalam tulisan Humer, Statius, dan Quintus dari Smirna. Bahkan Plato, seorang filsuf yang terkenal, pernah dieritakan mengikritik kompetisi dalam kejuaraan yang diadakan di Delphi dan Nemea.

Orang-orang yunani bersaing untuk mewakili kota kelahirannya dalam festival gulat yang waktu itu jumlahnya selalu meningkat di setiap tahun, pegulat profesional yang paling terkenal pada saat itu adalah Milo dari kota Croton. Milo mendapatkan pengakuan pada olimpiade masa yunani kuno di abad 540 SM. Dan memenangkan lagi dalam enam olimpiade berturut-turut, milo tidak pernah berpartisipasi dalam gulat yang lebih brutal atau yang pada saat itu sering dikenal dengan istilah Pankration. Pankration jauh lebih brutal dari gulat profesional modern, kemenangan dicapai dengan memaksa lawan anda mengakui kekalahan.

Selama abad pertengahan, gulat mencerminkan gaya hidup orang eropa. Gulat tidak membutuhka peralatan yang khusus dan semakin populer karena taruhan para penonton difasilitasi oleh pihak penyelenggara pertandingan. Dalam tradisi Inggris, telah dikembangkan dan dimodifikasi pada saat periode Renaissance. Pembukaan pertandingan memerlukan berbagai gaya yang berbeda. Sebagai contoh, di Cumberland dan Westmorelend, dimulai dengan pertandingan dagu beristirahat di bahu lawan kemudian menjatuhkan lawan ke tanah untuk memenangkan pertandingan.

Do cornwall, jenis jaket gulat menjadi bentuk yang lebih disukai, dengan melarang pemain memegang bagian dibawah pinggang. Ilistratur berkebangsaan jerman, albrecht rer du, membuat lebih dari seratus gambar teknik memegang dalam gulat, dan fabian von auerwald’s rinferkunst (1539), membuat salah satu buku ilustrasi tentang teknik bergulat secara rinci. Buku karya Elyot Thomas Governour (1531), merupakan karya pertama yang memfokuskan pada pendidikan jasmani, dan gulat di promosikan sebagai latihan sehat. Seabad kemudian seorang matematikawan, Sir Thomas Parkyns, menerbitkan The Inn-Play atau Cornish-Hugg Wrestler, sebuah karya yang tidak hanya menganjurkan olahraga tetapi juga menetapkan aturan untuk menghindari perilaku yang tidak sportif selama pertandingan.

Olahraga gulat dengan varian yang khas di setiap daerah sudah ada sejak jaman nenek moyang. Ketangkasan jasmani merupakan syarat mutlak untuk memelihara keuletan dan keutuhan. Pendidikan jasmani yang tidak disengaja ini telah dilakukan oleh nenek moyang kita, tapi belum didasari nilai dan manfaatnya. Bukti sejarah menunjukan bahwa “ gulat “ memang merupakan olahraga asli Indonesia, walau diluar negeri gulat juga ada dan tumbuh sejak keemasan Yunani dan Romawi Kuno.

Bukti sejarah bahwa gulat bukan barang impor dapat kita temukan melalui studi dokumentasi. Melalui studi itu, kita dapat menemukan beberapa jenis olahraga gulat tradisional di Indonesia, antara lain sebagai berikut.
  1. Di aceh gulad disebut Gedul-gedul
  2. Di tapanuli gulat disebut Marsiranggut
  3. Di jawa barat gulat disebut Benjang
  4. Di jawa tengah gulat disebut Mbek-mbekan
  5. Di rembang ( jawa tengah ) gulat disebut Pathol
  6. Di jawa timur gulat disebut Pitingan
  7. Di madura ( jawa timur ) gulat disebut Okol
  8. Di nusa tenggara barat gulat disebut Paluru
  9. Di sulawesi selatan gulat disebut Silotteng
  10. Di ujung pandang gulat disebut Sinotto
  11. Di kalimantan selatan gulat disebut Baguling
Dilihat dari gerakannya, gulat tradisional merupakan komposisi olahraga dan seni budaya yang timbul dari naluri / instink, di sini terdapat koordinasi latihan antara otak, otot, keberanian, keuletan, kesatriaan dan kesadaran.

Sebelum Perang Dunia II, Indonesia sudah mengenal gulat yang berkembang di dunia internsional. Gulat dibawa oleh tentara belanda yang pada waktu itu menduduki wilayah Indonesia sebagai negara koloni. Tahun 1941-1945 sewaktu pendudukan tentara jepang, seni bela diri jepang seperti judo, sumo dan kempo masuk ke indonesia, sehingga gulat secara berangsung-angsur mulai dilupakan.

Adanya kejuaraan di yokohama pada tahun 1961 membuat PGSI mengadakan seleksi nasional untuk menentukan tim Indonesia ke juaraan dunia yang berlangsung pada Juni tahun 1961 itu, empat pegulat terpilih pada waktu itu untuk mewakili Indonesia, yaitu Rachman Firdaus (kelas 68 kg, gaya bebas), Yosept  Taliwongso (kelas 68 kg gaya Yunani-Romawi), Sudrajad  (kelas 62 kg, gaya bebas), Elias margio (kelas 62 kg, gaya Yunani). Mereka ini didampingi oleh Kapten Obos Purwono sebagai manajer tim da Balting Ong sebagai pelatih.

Dalam PON V tahun 1961 di Bandung gulat termasuk salah satu cabang olahraga yang dipertandingkan, dilaksanaka di bioskop Varia (sekarang nusantara). Tahun 1962, Asian Games IV berlangsung di Jakarta. Indonesia menurunkan pegulat secara fuel team, mulai dari kelas 52 kg – 87 kg. Indonesia hanya meraih dua medali perunggu melalui Mujari (kelas 52 kg) dan Rachman Firdaus (kelas 63 kg) yang keduanya menggunakan gaya Yunani-Romawi. Tahun 1964, PB PGSI mengirim para pegulat ke RRC kan Korea Utara. Tahun 1965 menjelang PON VI di Jakarta muncul pegulat-pegulat yang penuh bakat, seperti Suparman Hamid, Tigor Siahaan, dan Johny Gozali. Dan semua acara ini gagal karena situasi politik. Tahun 1966  menjelang Asin Games V  di Bangkok, PHSI mengadakan kejuaraan nasional di Bandung. Tahun 1967, diselenggarakan kejuaraan nasional di Surabaya. Tahun 1968, merupakan tahun yang sepi bagi PGSI karna tidak adanya kegiatan tingkat nasional. Tahun 1969,  diadaka PON VII di Surabaya, dimana para pegulat  dari Sumatera Utara, DKI jaya, Jawa barat, Jawa tengah, D.I. Yogyakarta, Jawa timur dan Sulawesi Selatan mengukur kekuatan dalam arena tersebut. Tahun 1970, PGSI mendapat kesempatan lagi untuk ambil bagian dalam Asian Games VI di Bangkok. Tahun 1971, untuk pertama kalinya dan merupakan terakhir kalinya gulat di pertandingkan di POM (Pekan Olahraga Mahasiswa) di palembang. Tahun 1972 menjelang PON VIII di Jakarta, terlebih dahulu diadakan babak kualifikasi bagi daerah-daerah yang akan ikut serta dalam PON. Tahun 1973, PGSI juga kembali mengikuti kejuaraan gulat di Glanbator, Mongolia, tim indonesia diwakili oleh Tigor Siahaan, Syampurno, Johny Gozali, dan Darmanto. Selain itu kegiatan internasional yang di ikuti oleh pegulat kita adalah:
  • Tahn 1974 Asian Games VII di Teheran, PGSI mengirimkan pegulat tigor siahaah kelas 48 kg, dan Johny Gozali kelas 62 kg.
  • Kejuaraan dunia tahun1978 di Mexico, PGSI menurunkan pegulat Suwrto kelas 57 kg, Alfan Sulaiman kelas 62 kg, Tahi sihombinf kelas 68 kg, dan Eddy santoso kelas 74 kg.
  • Tahun 1980, di Rumania PGSI mengirimkan pegulat Suwarto kelas 57 kg,  Edison kelas 62 kg, dan Alfan Sulaiman kelas 68 kg.
  • Tahun 1982, Asian Games IX di New Delhi, PGSI mengirimkan Rubianto Hadi kelas 48 kg, Rusdi kelas 57 kg, dan Alfan Sulaiman kelas 62 kg.
Sejak pembentukannya tahun 1960 PGSI telah banyak melakukan kegiatan baik lokal, nasional maupun internasional.  

PENGERTIAN DAN KLASIFIKASI GULAT

Gulat adalah kontak fisik antara dua orang, di mana salah seorang pegulat harus menjatuhkan atau dapat mengontrol musuh mereka. Olahraga gulat indentik dengan dua orang yang saling berhadapan dan berusaha untuk mengungguli lawanya dengan cara menarik, mendorong, membanting, menjegal, dan mengunci sampai punggung lawan menempel di atas matras. 

Teknik-teknik dalam gulat dapat menyebabkan luka yang serius. Gulat merupakan salah satu cabang olahraga beladiri individu yang berasal dari yunani-romawi.

KLASIFIKASI GULAT

Ada dua gaya yang dipertandingkan olahraga gulat yaitu; gaya Bebas (Freestyle) dan gaya Romawi Yunani (Greeco Roman).

1). GULAT GAYA BEBAS (Freestyle)

Dalam gulat gaya bebas, pegulat dapat menggunakan kali dan boleh memegang lawan baik di atas maupun di bawah pinggang. Olahraga gulat gaya bebas terdapat berbagai teknik serangan atas yaitu: tangkapan kaki, tangkapan satu kaki, tangkapan dua kaki, tarikan lengan, bantingan bahu, bantingan leher, bantingan lengan, kayang depan, kayang samping, kayang belakang (zubless).

Batasan permainan untuk gaya bebas yaitu seorang pegulat diperbolehkan menangkap kaki lawan, mengkait kaki lawan, dan menggunakan kaki secara aktif untuk melakukan suatu gerakan atau menggunakan seluruh bagian anggota badan untuk melakukan serangan, dengan kata lain bahwa dalam gaya bebas, atlet diperbolehkan menggunakan seluruh anggota badan untuk melakukan serangan.

Teknik dan tangkapan dua kaki merupakan teknik dasar gulat gaya bebas yang sering digunakan dalam setiap latihan dan pertandingan, karena jika seorang pegulat berhasil melakukan teknik tangkapan dalam latihan atau pertandingan maka seorang pegulat dengan mudah untuk mengungguli lawanya, secara analisis gerak pada saat melakukan teknik tangkapan dua kaki, melangkah dengan cepat untuk menjangkau lawan dan lengan menangkap paha bagian belakang, posisi kepala tegak dan menempel di samping pinggang, disaat yang bersamaan kedua paha lawan ditarik sampai lawan terjatuh di atas matras.

2). GULAT GAYA ROMAWI YUNANI (Greeco Roman)

Dalam Gulat Yunani-Romawi, yunani, seorang pegulat dilarang keras dibawah garis pinggang atau mengkait kaki lawan atau menggunakan kaki secara aktif untuk melakukan suatu gerakan. Gaya Greeco Roman tidak boleh menyerang bagian tungkai baik dengan menggunakan tangan maupun kaki. Demikian pula tidak boleh menggunakan tungkai secara aktif dalam melakukan gerakan atau teknik serangan,contohnya melakukan sapuan kaki seperti dalam olahraga judo.

Pada gaya romawi yunani (greeco roman) terdapat berbagai teknik serangan atas yaitu : bantingan pinggang, bantingan leher, bantingan lengan, bantingan sway, kayang depan, kayang samping, zubless dll. Seorang pegulat harus menguasai teknik serangan, counter, dan bertahan baik untuk mengungguli lawannya,

Untuk melakukan teknik diatas maka perlu di tunjang unsur-unsur kondisi fisik, peran komponen kondisi fisik terlihat sangat menonjol dalam olahraga gulat dan pada level pertandingan tertentu olahraga gulat berlangsung sangat dinamis. Seorang pegulat di level tersebut harus dapat menggunakan berbagai teknik pergumulan atau pergulatan dengan dukungan fisik yang prima, karena biasanya berlangsung dalam waktu yang relatif lama.

Olahraga gulat mempertandingkan 2 macam gaya yaitu gaya bebas dan gaya Yunani-Romawi. Gulat gaya bebas dan gaya Yunani-Romawi masing-masing meliputi kelas-kelas :

1. Kelas 48 kg     6. Kelas 74 kg

2. Kelas 52 kg     7. Kelas 82 kg

3. Kelas 57 kg     8. Kelas 90 kg

4. Kelas 62 kg     9. Kelas 100 kg

5. Kelas 68 kg     10. Kelas 100 kg, + (over + 100 kg).

arham syahban

TEKNIK-TEKNIK DASAR GULAT

“Teknik dasar ialah semua gerakan yang mendasari permainan, dan dengan modal tersebut seseorang dapat bermain dengan atau berlatih secara terarah.” Dari pengertian tersebut tentunya para atlet harus mampu menguasai teknik-teknik yang menjadi dasar setiap cabang olahraganya terutama cabang olahraga gulat gaya bebas. Sudradjat (2010). 

Berikut adalah teknik-teknik dalam gulat gaya:
Teknik tangkapan :
  • Tangkapan kaki
  • Tangkapan satu kaki
  • Tangkapan kaki kiri
  • Tangkapan kaki kanan
  • Tangkapan dua kaki
Teknik bantingan :
  • Bantingan kepala
  • Bantingan lengan
  • Bantingan ketiak
  • Bantingan pinggang
  • Sway
  • Kayang samping
  • Kayang depan
  • Kayang belakang
Teknik bawah :
(PARTERE)
  • Gulungan kepala
  • Gulungan lengan
  • Gulungan dada
  • Gulungan purut
  • Gulungan paha
  • Gulungan kaki satu
  • Gulungan kaki dua
  • Gulungan kaki silang
Teknik gulungan :
(POSISI BUAYA)
  • Gulungan kepala
  • Gulungan lengan
  • Gulungan dada
  • Gulungan perut
  • Gulungan kaki
  • Gulungan kaki satu
  • Gulungan dua kaki
  • Nelson
  • Double nelson
PENILAIAN DALAM GULAT

1 angka, teknik:
  • Bagi pegulat yang membawa lawannya ke bawah dan menguasainya dari belakang (kontak 3 titik dengan matras yakni 2 lengan dan 1 lutut atau 1 lengan dan 2 lutut)
  • Bagi pegulat yang bisa mengatasi tangkapan dan penguasaan lawannya dengan mengambil alih posisi dari belakang (over pass)
2 angka, teknik:
  • Bagi pegulat yang melakukan tangkapan pada posisi parterre yang menyebabkan lawannya berada dalam posisi danger atau jatuhan
  • Bagi pegulat penyerang yang lawannya berguling dengan pundaknya
3 angka, teknik:
  • Bagi pegulat yang melakukan tangkapan dari posisi berdiri membawa lawannya ke posisi danger dengan bantingan yang membentuk garis lengkung kecil
  • Bagi pegulat yang melakukan tangkapan grand amplitude, tetapi awannya tidak jatuh dalam posisi danger (jatuh dalam posisitelungkup)
5 angka teknik:
  • Semua tangkapan yang dieksekusikan pada posisi berdiri dengan tangkapan grand amplitude, sehingga membuat pegulat bertahan langsung berada dalam posisi danger
  • Eksekusi tangkapan kepada pegulat yang sedang berada pada posisi parterre diangkat dengan mengangkatnya sehingga terlepas dari matras dan kemudian dibanting dengan tangkapan grand amplitude yang mengakibatkan lawannya langsung berada pada posisi danger (tambahan 1 angka teknik karena dimulai dengan mengangkat lawan yang sedang berada dalam posisi parterre dari matras).
Referensi:
  1. Counture, R. Wrestling for fighting: Natural Way. Beijing; victory belt
  2. FILA. 1990. Manual Of Basic Holds In Westling For Children. Novisad: forum
  3. FILA. 2008 . Peraturan Pertandinagn Gulat Internasianal. Paris, perancis. Diterjemahkan oleh PB PGSI, jakarta, 2009
  4. http://repository.upi.edu/operator/upload/s_pko_0700361_chapter2.pdf

2 comments:

  1. Beberapa orang Jakarta ingin latiha GULAT, tetapi kurang keterangan tempat latihan GULAT. Dimana saja tempat latihan GULAT di Jakarta?

    ReplyDelete
  2. Dimana tempat latihan GULAT di Jakarta?

    ReplyDelete

Model Evaluasi Context, Input, Process, Product (CIPP)

đŸŒº MODEL EVALUASI CIPPđŸŒº đŸ‘‰Evaluasi didefinisikan sebagai Proses Menggambarkan, Mendapatkan, dan Menyediakan Informasi yang Bermanfaat untuk...

OnClickAntiAd-Block