Hai teman-teman pecinta
pendidikan jasmani yang berbahagia dimanapun berada, postingan kali ini akan
membahas mengenai kurikulum pendidikan jasmani.
Kurikulum pendidikan jasmani yang
akan kita bahas saat ini adalah menggunakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP).
Semoga postingan kali ini
lagi-lagi dapat menambah referensi mengenai kurikulum pendidikan jasmani.
“Let’s Rock”
A. KURIKULUM PENDIDIKAN JASMANI
Peningkatan keterampilan gerak, kesegaran jasmani,
pengetahuan, dan sikap positif terhadap Pendidikan Jasmani sangat ditentukan
oleh sebuah kurikulum yang baik. Kurikulum itu sendiri nampaknya terlalu
abstraks untuk didefinisikan secara tegas dan jelas sebab di dalam kurikulum
tersebut termasuk segala sesuatu yang direncanakan dan diterapkan oleh para
guru, baik secara implisit maupun eksplisit. Namun secara sederhana mungkin
dapat dikatakan bahwa kurikulum pada dasarnya merupakan perencanaan dan program jangka panjang tentang berbagai
pengalaman belajar, model, tujuan, materi, metode, sumber, dan evaluasi termasuk pula ‘apa’ dan ‘mengapa’ diajarkan.
Seperti halnya sistem tubuh manusia, semua bagian dari
kurikulum harus terpadu dan bekerja terarah untuk membantu mengembangkan anak
didiknya yang sedang belajar. Pembuat kurikulum sudah selayaknya bertanya,
apakah program yang ada dalam kurikulum itu sudah valid? Apakah kurikulum
tersebut sudah dapat meraih tujuan yang akan dicapainya? Contoh pertanyaan yang
lebih spesifik: apakah dengan kurikulum itu siswa lulusannya sudah mempunyai
berbagai keterampilan gerak dasar dan siap untuk belajar keterampilan yang
lebih bersifat spesifik dan kompleks pada jenjang berikutnya?
Pertanyaan-pertanyaan tersebut sudah barang tentu
sangat untuk sulit dijawab dengan tegas, namun demikian pertanyaan tersebut
paling tidak akan membantu para guru dalam menentukan arah program yang
dibuatnya. Tulisan ini dimaksudkan untuk melihat gambaran arah program
Pendidikan Jasmani pada jenjang pendidikan SD/MI dikaitkan dengan beberapa
karakteristik yang melandasinya, yang antara lain meliputi: asumsi dasar,
pelaksanaan, dan keberhasilannya sehingga dengan demikian diharapkan kita dapat
melihat berbagai isu dan alternatif pemecahannya.
Menurut Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP)
mengemukakan yang dimaksud dengan Pendidikan Jasmani adalah suatu proses
pembelajaran melalui aktivitas jasmani yang didesain untuk meningkatkan
kebugaran jasmani, mengembangkan keterampilan motorik, pengetahuan dan perilaku
hidup sehat dan aktif, sikap sportif, dan kecerdasan emosi. Lingkungan
belajar diatur secara seksama untuk meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan
seluruh ranah, jasmani, psikomotor, kognitif, dan afektif setiap siswa.
1.Asumsi Dasar
Program Pendidikan Jasmani
Asumsi dasar
pada dasarnya adalah pijakan yang kokoh dan dapat dipertanggungjawabkan dalam
menyelenggarakan sesuatu. Asumsi dasar program Penddikan Jasmani merupakan
pijakan yang kokoh yang dapat dipertanggungjawabkan dalam membuat dan
menyelenggarakan program penjas. Tiga asumsi dasar program Penddikan Jasmani
meliputi:
a.Program Pendidikan Jasmani dan program olahraga mempunyai tujuan yang
berbeda
Pembuatan
program olahraga terutama ditujukan untuk mereka yang betul-betul mempunyai
keinginan atau tertarik untuk mengkhususkan diri pada salah satu atau beberapa
cabang olahraga dan berkeinginan untuk memperbaiki kemampuannya agar dapat
berkompetisi dengan orang yang lain yang mempunyai keinginan dan minat yang
sama pula.
Sebaliknya,
pembuatan program Penddikan Jasmani ditujukan untuk setiap anak didik (dari
mulai anak yang berbakat sampai anak yang yang sangat kurang keterampilannya;
dari mulai anak yang tertarik dan tidak tertarik sama sekali). Tujuan utama
pembuatan program tersebut adalah menyediakan dan memberikan berbagai
pengalaman gerak untuk membentuk fondasi gerak yang kokoh yang pada akhirnya
diharapkan dapat mempengaruhi gaya hidupnya yang aktif dan sehat (active
life style). Olahraga mungkin akan merupakan salah satu bagian dari program
Penddikan Jasmani, akan tetapi bukan satu-satunya pilihan.
b.Anak-anak bukanlah ‘miniature’ orang dewasa
Kemampuan,
kebutuhan, perhatian, dan minat anak-anak berbeda dari kemampuan, kebutuhan,
minat, dan perhatian orang dewasa. Oleh karena itu, sudah barang tentu kurang
cocok apabila pembelajaran dikonotasikan seperti menuangkan air dari gelas yang
satu ke gelas yang lainnya. Para guru tidak cukup dengan memberikan program
aktivitas jasmani atau olahraga untuk
orang dewasa kepada anak-anak.
Demikian
juga pengalaman latihan yang diperoleh para guru sewaktu kuliah belum tentu
cocok diberikan kepada anak didiknya. Anak-anak membutuhkan program yang secara
khusus dibuat sesuai dengan minat, kemampuan, dan kebutuhannya (Developmentally
Appropriate Practice/DAP).
c.Anak-anak yang kita ajar sekarang tidak untuk dewasa sekarang
Para pendidik
mempunyai tantangan yang cukup besar dalam mempersiapkan anak didik di masa
yang akan datang, yang belum bisa didefinisikan dan dimengerti secara jelas.
Atau paling tidak, dalam berbagai aspek, dunia nanti mungkin akan sangat
berbeda dengan dunia yang ada sekarang. Program Penddikan Jasmani yang ada
sekarang berusaha memperkenalkan anak didik pada dunia yang ada sekarang dan
juga sekaligus mempersiapkan anak didik untuk hidup dalam dunia yang belum
pasti di masa yang akan datang. Dengan kata lain program tersebut berusaha
membantu siswa belajar bagaimana belajar (learning how to learn) dan
membantu siswa menyenangi proses discovery dan eksplorasi tantangan-tantangan
baru dan berbeda dalam domain fisik.
Aktivitas fisik
dan olahraga di masa yang akan datang mungkin sangat berbeda dengan aktivitas
fisik dan olahraga yang ada dan popular pada masa sekarang. Oleh karena itu
program yang ada sekarang selayaknya mempersiapkan anak didik dengan
keterampilan-keterampilan gerak dasar yang sangat diperlukan untuk setiap
aktivitas fisik, baik yang sedang popular pada masa sekarang maupun aktivitas
fisik yang mungkin akan ditemukan di masa yang akan datang.
Penguasaan berbagai
keterampilan gerak dasar oleh para siswa akan mendorong perkembangan dan
perbaikan berbagai keterampilan fisik yang lebih kompeks, yang pada akhirnya
akan membantu siswa memperoleh kepuasan dan
kesenangan dalam melakukan aktivitas fisiknya.
2.Karakteristik
Program Pendidikan Jasmani
Sehubungan dengan anggapan dasar tersebut di atas,
maka program dan penyelenggaraan program
Pendidikan Jasmani hendaknya mencerminkan anggapan dasar tersebut di atas. Dua
pedoman yang seing digunakan untuk dapat mencerminkan anggapan dasar tersebut
antara lain adalah “Developmentally Appropriate Practices” (DAP) dan
“Instructionally Appropriate Practices” (IAP).
a.Developmentally
Appropriate Practices (DAP)
Maksudnya
adalah tugas ajar yang memperhatikan perubahan kemampuan anak dan tugas ajar
yang dapat membantu mendorong perubahan tersebut. Dengan demikian tugas ajar
tersebut harus sesuai dengan tingkat perkembangan anak didik yang sedang
belajar. Tugas ajar yang sesuai ini harus mampu mengakomodasi setiap perubahan
dan perbedaan karakteristik setiap
individu serta mendorongnya ke arah perubahan yang lebih baik.
b.Instructionally
appropriate practices (IAP)
Maksudnya
adalah tugas ajar yang diberikan diketahui merupakan cara-cara pembelajaran
yang paling baik. Cara pembelajaran tersebut merupakan hasil penelitian atau
pengalaman yang memadai yang memungkinkan semua anak didik memperoleh
kesempatan dan keberhasilan belajar secara optimal. Untuk memperoleh gambaran
yang lebih lengkap tentang karakteristik pembelajaran penjas tersebut, berikut
ini dipaparkan komponen-komponen kurikulum yang harus dilihat kesesuaiannya.
3.Keberhasilan
Program Pendidikan Jasmani
Untuk mengetahui apakah program pendekatan Pendidikan
Jasmani yang kita gunakan tersebut cukup berhasil atau masih perlu
disempurnakan, maka diperlukan suatu evaluasi. Untuk keperluan itu banyak
kriteria yang dapat digunakan. Untuk itu, khususnya di Amerika, NASPE (National
Association for Sport and Physical Education, 1992) telah menentukan
“Physically Educated Person” sebagai salah satu kriterianya. Kriteria ini
menjabarkan keberhasilan program Pendidikan Jasmani ke dalam 20 karakteristik
yang diklasifikasikan ke dalam lima katagori dan merupakan penjabaran dari
pencapaian tujuan jangka pendek (short term) dan jangka panjang (long
term) dari program Pendidikan Jasmani di sekolah-sekolah. Untuk lebih
jelasnya karakteristik seseorang yang terdidik jasmaninya tersebut adalah
sebagai berikut:
a. Memiliki
keterampilan-keterampilan yang penting untuk melakukan bermacam-macam kegiatan
fisik antara lain:
1) Bergerak
dengan menggunakan konsep-konsep kesadaran tubuh, kesadaran ruang, usaha, dan
hubungannya.
2) Menunjukkan
kemampuan dalam aneka ragam keterampilan manipulatif, lokomotor, dan non
lokomotor.
3) Menunjukkan
kemampuan mengkombinasikan keterampilan manipulatif, locomotor dan
non-locomotor baik yang dilakukan secara perorangan maupun dengan orang lain.
4) Menunjukkan kemampuan pada aneka ragam
bentuk aktivitas jasmani.
5) Menunjukkan
penguasaanpada beberapa bentuk aktivitas jasmani.
6) Memiliki
kemampuan tentang bagaimana caranya mempelajari keterampilan baru.
b. Bugar secara
fisik
1) Menilai,
meningkatkan, dan mempertahankan kebugaran jasmaninya.
2) Merancang
program kesegaran jasmani sesuai dengan prinsip latihan tetapi tidak
membahayakan.
c. Berpartisipasi
secara teratur dalam aktivitas jasmani
1) Berpartisipasi
dalam program pembinaan kesehatan melalui aktivitas jasmani minimal 3 x per
minggu.
2) Memilih dan
secara teratur berpatisipasi dalam aktivitas jasmani pada kehidupan
sehari-hariya.
d. Mengetahui
akibat dan manfaat dari keterlibatan dalam aktivitas jasmani
1) Mengidentifikasi
manfaat, pengorbanan, dan kewajiban yang berkaitan dengan teraturnya
partisipasi dalam aktivitas jasmani.
2) Menyadari
akan faktor resiko dan keselamatan yang berkaitan dengan teraturnya partispasi dalam aktivitas jasmnai.
3) Menerapkan
konsep-konsep dan prinsip-prinsip pengembangan keterampilan gerak.
4) Memahami
bahwa hakekat sehat tidak sekedar fisik yang bugar.
5) Mengetahui
aturan, strategi, dan perilaku yang harus dipenuhi pada aktivitas jasmani yang
dipilih.
6) Mengetahui
bahwa partisipasi dalam aktivitas jasmani dapat memperoleh dan meningkatkan
pemahaman terhadap budaya majemuk dan budaya internasional.
7) Memahami
bahwa aktivitas jasmani memberi peluang untuk mendapatkan kesenangan, menyatakan
diri pribadi, dan berkomunikasi.
e. Menghargai
aktivitas jasmani dan kontribusinya terhadap gaya hidup yang sehat
1) Menghargai
hubungan dengan orang lain yang diperoleh dari partisipasi dalam aktivitas
jasmani.
2) Hormat
terhadap peraturan yang terdapat dalam aktivitas jasmani sebagai cara untuk
mencapai kesehatan dan kesejahteraan sepanjang hayat.
3) Menikmati
perasaan bahagia yang diperoleh dari partisipasi teratur dalam aktivitas
jasmani.
B. ISU KURIKULUM PENDIDIKAN JASMANI
Berdasarkan
uraian di atas, secara teortis kita menyadari bahwa pembuatan dan pelaksanaan
kurikulum Pendidikan Jasmani cenderung diarahkan dalam membantu anak didik
untuk tumbuh dan berkembang sesuai dengan tujuan pendidikan. Namun demikian
harapan tersebut tidak selalu dapat dengan mudah terwujud dalam pelaksanaannya.
Beberapa isu
yang muncul dalam kurikulum Pendidikan Jasmani SMA/MA dapat kita telusuri
berdasarkan beberapa sudut pandang sebagai berikut.
1) Isu Program
Isu program
kurikulum SMA/MA dapat kita amati antara lain dari dua sisi, yaitu materi
kurikulum dan distribusi alokasi waktunya. Walaupun tujuan Pendidikan
Jasmani di SMA/MA sangat sesuai dengan
tujuan pendidikan pada umumnya, namun seringkali para guru terlena oleh materi
kurikulumnya. Materi kurikulum SMA/MA pada dasarnya merupakan berbagai gerak
dasar, yang antara lain dapat diklasifikasikan ke dalam cabang olahraga
atletik, permainan, senam, beladiri, dan olahraga tradisional. Kenyataan ini
sering menggiring para guru:
a. Memaksakan
diri mengajar olahraga yang untuk beberapa siswa mungkin belum saatnya karena
persyaratan fisik dan koordinasinya belum memadai sehingga PBM kurang DAP.
b. Berpegang
teguh bahwa penguasaan keterampilan olahraga merupakan tujuan utama dari
Pendidikan Jasmani di SMA/MA.
c. Kurang
memperhatikan tujuan yang bersifat afeksi seperti kesenangan dan keceriaan.
d. Kurang
menyadari bahwa olahraga merupakan media untuk mencapai tujuan pendidikan pada
umumnya.
e. Kurang
memperhatikan aspek gerak dasar siswa yang bermanfaat bagi keterlibatannya
dalam berbagai aktivitas sehari-hari untuk mengisi waktu luang dan
berpartisipasi dalam berbagai aktivitas fisik di sekolah maupun di masyarakat
dan pembentukan gaya hidup yang sehat.
Apabila dilihat dari distribusi alokasi waktunya yang
hanya satu kali dalam satu minggu dengan lama 2 x 45 menit, kemungkinan besar
tujuan yang berhubungan dengan pengembangan kesegaran jasmani tidak bisa
tercapai. Program aktivitas untuk pengembangan kebugaran jasmani menuntut
frekuensi 3 x dalam seminggu. Sementara itu perkembangan kesegaran jasmani
siswa seringkali merupakan tujuan yang paling diharapkan tercapai dalam
pendidikan jasmani. Untuk itu program
kesegaran jasmani yang realistik untuk situasi seperti ini perlu
dipertimbangkan.
2) Isu Proses
Pembelajaran
Beberapa isu yang berhubungan dengan proses belajar
mengajar dan perlu mendapat perhatian para pelaksana di lapangan antara lain
adalah sebagai berikut:
a) Pengembangan
dan variasi aktivitas belajar yang diberikan cenderung miskin dalam hal
pengembangan tujuan secara holistic dan cenderung didasarkan terutama pada
minat, perhatian, kesenangan, dan latar belakang gurunya. Dengan kata lain,
aktivitas belajar cenderung kurang didasarkan pada karakteristik anak didiknya,
misal, terdiri dari sejumlah permainan olahraga untuk orang dewasa.
b) Aktivitas
Pendidikan Jasmani yang diperoleh siswa cenderung terbatas. Siswa
berpartisipasi pada permainan dan aktivitas yang jumlahnya relatif terbatas.
Demikian juga kesempatan dan waktu aktif belajar untuk mengembangkan konsep
dasar dan keterampilan gerakpun terbatas. Hasil penelitian Lutan dkk. (1992)
mengungkapkan bahwa aktif belajar siswa SMA berkisar 1/3 dari seluruh alokasi
Penjas.
c) Siswa
diharuskan berpartisipasi dalam berbagai aktivitas penjas, namun aktivitas
tersebut kurang membantu siswa memahami dampaknya bagi peningkatan kebugaran
jasmani dan gaya hidup sehatnya di masa yang akan datang.
d) Peranan unik
dari Pendidikan Jasmani, yaitu belajar gerak dan belajar sambil bergerak,
cenderung kurang dipahami oleh para pengajar dan kurang tercermin dalam
pembelajaran.
e) Siswa kurang
mendapat kesempatan untuk mengintegrasikan aktivitas Pendidikan Jasmani dengan
pengalaman-pengalaman pendidikan pada bidang bidang lainnya.
f) Guru kurang
mengembangkan aspek afektif karena kurang melibatkan aktivitas yang dapat
mengembangkan keterampilan sosial, kerjasama, dan kesenangan siswa terhadap
Pendidikan Jasmani.
g) Guru
cenderung masih kurang memperhatikan kesempatan pemberian bantuan kepada siswa
agar mengerti emosi-emosi yang dirasakannya pada waktu melakukan aktivitas
Pendidikan Jasmani.
h) Siswa
disuruh untuk melakukan aktivitas-aktivitas yang terlalu mudah atau terlalu
sukar yang dapat menyebabkan mereka bosan, frustrasi, atau melakukannya dengan
salah.
i) Jumlah siswa
dalam pelajaran penjas lebih dari jumlah siswa dalam kelas yang sebenarnya,
misal, mengajar empat kelas sekaligus.
j) Siswa
disuruh mengikuti pelajaran lain karena alasan-alasan lain atau sebagai hukuman
atas perbuatannya dalam pelajaran Pendidikan Jasmani.
k) Proporsi
jumlah waktu aktif belajar sangat terbatas sebab siswa harus menunggu giliran,
memilih team, terbatasnya peralatan, atau karena permainan gugur yang pada umumnya siswa yang lamban yang gugur.
3) Isu
Penilaian
Evaluasi merupakan bagian yang tak dapat dipisahkan
(integral) dari suatu proses belajar mengajar. Evaluasi berfungsi sebagai salah
satu cara untuk memantau perkembangan belajar dan mengetahui seberapa jauh
tujuan pengajaran dapat dicapai oleh siswa. Beberapa isu yang seringkali muncul
daam pelaksanaan evaluasi antara lain adalah sebagai berikut:
a. Pelaksanaan
penilaian belum begitu nampak terintegrasi dalam sebuah proses belajar
mengajar. Pengecekan terhadap pemahaman siswa dan pemberian umpan balik yang
memadai dalam rangka meningkatkan penguasaan materi oleh siswa sebagai salah
satu bentuk evaluasi, nampaknya belum merupakan bagian yang menyatu dalam
sebuah proses belajar mengajar. Guru merasa dikejar-kejar oleh bahan yang harus
tuntas pada pertemuan itu tanpa memperhatikan apakah siswa sudah saatnya
menerima materi berikutnya atau belum. Untuk itu seringkali guru memberikan
evaluasi harian yang sifatnya formalitas saja, asal menyampaikan tanpa
dijadikan umpan balik untuk perbaikan proses berikutnya.
b. Materi
evaluasi terkadang kurang kurang relevan dengan materi yang diberikan pada proses belajar mengajar. Kecenderungan untuk
mengambil materi evaluasi dari bang-bang soal dari luar sekolah atau dari soal
sebelumnnya tanpa terlebih dahulu direvisi atau disesuaikan dengan materi
belajar yang sudah diberikan, memang merupakan cara yang cepat. Namun apabila
hal itu tidak dilakukan dengan teliti, bisa jadi akan melemahkan validitas dan
reliabilitas soalnya. Suatu soal yang valid pada kelompok siswa sekolah
tertentu belum tentu valid untuk sekolah tempat kita mengajar. Tingkat keterampilan
siswa, fokus pembelajaran, dan relevansi materi evaluasi seringkali merupakan
aspek pokok validitas instrumen.
c. Situasi
pelaksanaan evaluasi. Dalam situasi ujian tes tulis di kelas, hasil tes mungkin
hanya diketahui oleh yang dites dan gurunya. Sementara
itu, dalam tes penampilan di lapangan, hasil tes diketahui oleh semua orang.
Semua siswa tahu siapa yang larinya paling lambat, siapa yang skor shootingnya
paling rendah, dsb. Keadaan ini sedapat mungkin dihindari oleh para guru Penjas
sehingga dapat memelihara kondisi perasaan siswa agar tetap positif.
d. Alokasi
waktu pelajaran Penjas di sekolah amat terbatas untuk mengadakan pengetesan.
Alokasi waktu pelajaran Penjas rata-rata satu kali perminggu, selama 2 x 45
menit dalam setiap semester (kurang lebih enam bulan) dengan pertemuan sebanyak
12 kali. Pengetesan sering menggunakan waktu yang cukup lama. Untuk melakukan
satu butir tes kesegaran jasmani saja, missal tes lari 2,4 km (tes aerobik)
diperlukan satu pertemuan bahkan kadang lebih.
e. Masalah lain
adalah evaluasi seolah-olah hanya dapat dilakukan oleh ahli statistik, sebab
statistik diperlukan untuk pengolahan data. Bila demikian guru harus bekerja
ekstra keras, menyisihkan waktu dan mengeluarkan tenaga yang lebih banyak, dan konsentrasi penuh pada evaluasi. Pertanyaan
yang perlu dijawab adalah bagaimana mengurangi masalah tersebut di atas?
4) Isu Jumlah
dan Karakteristik Siswa
Guru penjas di SMA/MA sering dihadapkan dengan masalah
jumlah siswa yang cukup banyak mulai dari Kelas X sampai Kelas XII, bahkan
ditambah dengan siswa dari kelas paralel. Lebih rumit lagi karena yang
dipelajari adalah sesuai dengan kemampuan fisik dan perkembangan mental yang berbeda-beda. Guru
Penjasorkes harus menangani siswa sebanyak 400 sampai 500 perminggunya.
5) Isu Sarana dan
Prasarana Pembelajaran Penjas
Kurangnya sarana dan prasarana pembelajaran penjas
merupakan salah satu isu yang cukup merata dan sangat terasa oleh para
pelaksana penjas di lapangan. Pada umumnya sekolah-sekolah di Indonesia pada
setiap jenjang pendidikannya selalu dihadapkan dengan permasalahan kekurangan
sarana dan prasarana ini. Tidak sedikit sekolah di Indonesia, khususnya di
daerah perkotaan tidak memiliki tempat atau lahan untuk melakukan aktivitas
jasmani, khususnya yang berkaitan dengan olahraga misalnya lapangan. Walaupun
ada, jumlahnya tidak proporsional dengan jumlah siswa, seringkali ditambah
dengan kualitasnya yang kurang memenuhi tuntutan pembelajaran.
Sarana dan prasarana ini meliputi alat-alat, ruangan,
dan lahan untuk melakukan berbagai aktivitas Pendidikan Jasmani, termasuk
olahraga. Idealnya sarana dan prasarana ini harus lengkap, tidak hanya yang
bersifat standar dengan kualitas yang standar pula, tetapi juga meliputi sarana
dan prasarana yang sifatnya modifikasi dari berbagai ukuran dan berat
ringannya. Modifikasi ini sangat penting untuk melayani berbagai kebutuhan
tingkat perkembangan belajar anak didik di sekolah bersangkutan yang terkadang
sangat beragam karakteristik kemampuannya.
6) Isu
Keberhasilan Kurikulum Penjas
Keberhasilan kurikulum Pendidikan Jasmani pada setiap
jenjang pendidikan sampai saat ini masih dirasakan samar. Ukuran yang digunakan
oleh setiap orang dalam menafsirkan keberhasilan program masih bersifat samara
dan cenderung bersifat lokal belum menyeluruh sebagaimana tercantum dalam
tujuannya. Namun demikian salah satu indikator yang mungkin dapat kita telusuri
adalah karakteristik para lulusannya.
Untuk itu kita dapat bercermin pada karakteristik
lulusan Pendidikan Jasmani yang dijadikan patokan di beberapa negara maju,
misalnya seperti yang dikemukakan oleh NASPE (National Association for Sport
and Physical Education, 1992) yang intinya adalah sebagai berikut:
a) Memiliki
keterampilan-keterampilan yang penting untuk melakukan bermacam-macam kegiatan
fisik.
b) Bugar secara
fisik.
c) Berpartisipasi secara teratur dalam
aktivitas jasmani.
d) Mengetahui akibat dan manfaat dari
keterlibatandalam aktivitas jasmani.
e) Menghargai aktivitas jasmani dan
kontribusinya terhadap gaya hidup yang sehat.
Demikianlah teman-teman pecinta
pendidikan jasmani sekalian, pembahasan mengenai supervisi pendidikan jasmani
yang penulis dapat postingkan. Terima kasih telah membaca semoga bermanfaat dan
Penulis sangat mengharapkan kritikan dan masukan yang membangun untuk postingan
selanjutnya.
C. Contoh RPP dan Silabus Penjas
Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran
Mata
Pelajaran :
Pendidikan, Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan
Kelas/Semester :
…………………..
Pertemuan
ke :
I dan II
Alokasi
Waktu :
4 X 40 menit
Standar Kompetensi :
1 Mempraktekkan berbagai teknik dasar permainan dan olahraga, serta nilai-nilai
yang terkandung di dalamnya
Kompetensi Dasar : 1.1 Mempraktekkan variasi dan kombinasi teknik
dasar salah satu permainan dan olahraga beregu bola besar lanjutan dengan
koordinasi yang baik serta nilai kerjasama, toleransi, percaya diri,
keberanian, menghargai lawan, bersedia berbagi tempat dan peralatan **)
Indikator : Menendang dan menghentikan bola dengan kontrol yang baik,
Mengkoordinasikan gerakan dengan teman
satu tim, Bermain sepakbola dengan peraturan
yang dimodifikasi
I. Tujuan Pembelajaran :
1. Siswa
dapat menendan dan menahan bola menggunakan kaki bagian dalam, luar dan
punggung kaki dengan benar
2. Siswa
dapat melakukan koordinasi gerakan menendang dengan benar
3. siswa
dapat bermain sepakbola menggunakan peraturan yang dimodifikasi dengan benar
II. Materi AjarMateri Pokok:
Permainan Sepakbola
III. Metode Pembelajaran
1. Demonstrasi
2. Bagian-bagian
keseluruhan (Part-part whole)
3. Saling
menilai sesama teman (Resifrocal)
4. Cakupan
(Sistim mistar miring)
IV. Langkah-Langkah
Pembelajaran
Pertemuan I
a. Pendahuluan
(15 menit)
·
Berbaris, berdoa, presensi,
apersepsi, motivasi dan penjelasan tujuan pembelajaran
·
Pemanasan
b. Inti
(45 menit)
·
Melakukan teknik menendang bola
menggunakan kaki bagian dalam dan luar
·
Melakukan teknik menahan bola
menggunakan kaki bagian dalam dan luar
·
Bermain dengan peraturan yang
dimodifikasi
c. Penutup (20 menit)
·
Pendinginan, berbaris, evaluasi
proses pembelajaran dan pemberian tugas
Pertemuan II
a. Pendahuluan (15 menit)
·
Berbaris, berdoa, presensi,
apersepsi, motivasi dan penjelasan tujuan pembelajaran
·
Pemanasan
c. Inti
(45 menit)
·
Penguatan teknik menendang dan
menahan bola menggunakan kaki bagian dalam dan luar
·
Melakukan teknik menendang bola
dengan punggung kaki
·
Koordinasi teknik dasar
menendang dan menahan bola
·
Bermain bola dengan peraturan
yang dimodifikasi
c. Penutup
(20 menit)
·
Pendinginan, berbaris, evaluasi
proses pembelajaran dan pemberian tugas
V. Alat, Bahan dan Sumber Belajar
a. Alat:
·
Bola kaki/sejenisnya
·
Tiang pancang
b. Bahan:
·
Kain untuk membuat bola atau
bahan yang lainnya yang tidak membahayakan
c. Sumber
Belajar:
·
Media cetak
·
Media elektronik
·
Media lingkungan
VI. Penilaian
a. Tes
·
Kuis tentang konsep sepakbola
·
Praktek teknik menendang,
menahan, dan bermain sepakbola
b. Non
tes
·
Tugas Pengamatan
…………………………………
Mengetahui Guru Mata Pelajaran
Kepala Sekolah
SILABUS
Nama
Sekolah :
………………………………….
Mata
Pelajaran : Pendidikan
Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan
KelasSemester : ……………………………………..
Standar Kompetensi : Mempraktekkan berbagai teknik dasar
permainan dan olahraga, serta nilai-nilai yang terkandung di dalamnya
Kompetensi Dasar
|
Materi Pokok
|
Pengalaman Belajar
|
Indikator
|
Penilaian
|
Alokasi Waktu
|
Sumber/
Bahan/
Alat
|
1.1 Mempraktekkan variasi dan kombinasi teknik
dasar salah satu permainan dan olahraga beregu bola besar lanjutan dengan
koordinasi yang baik serta nilai kerjasama, toleransi, percaya diri,
keberanian, menghargai lawan, bersedia berbagi tempat dan peralatan **)
|
Permainan
Sepakbola
|
· Menendang bola
dengan kaki bagian dalam, luar
dan punggung kaki, secara berpasangan berkelompok dengan jarak + 6 - 7 m
· Melakukan koordinasi gerakan dengan teman satu tim
· Bermain sepakbola
menggunakan 3-4 gawang kecil pada ukuran lapangan basket/voli dengan jumlah pemain 6 - 8 regu perkelompok
|
· Menendang dan
menghentikan bola dengan kontrol
yang baik
· Mengkoordinasikan
gerakan dengan teman satu tim
· Bermain sepakbola dengan peraturan yang dimodifikasi
|
·
Tes
(Praktek)
·
Non
Tes (pengamatan)
|
12 x 40
menit
|
· Media cetak
· Media
· elektronik
· Lingkungan
· Bola kaki
· Tiang pancang
|
Wassalam.
Salam olahraga’
No comments:
Post a Comment